Guru Profesional (Psikologi Guru)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidak ada aspek lain dari pengajaran
yang sering disebut sebagai masalah yang besar karena perspektif, permulaan
tahun ajaran baru, dan pengalaman guru sebagai pengelola kelas. Tidak ada aspek
lain dari pengajaran yang begitu sering didiskusikan dalam buku-buku
profesional atau tempat duduk disekolah atau difakultas. Alasan ini adalah
sederhana saja, karena pengelolaan kelas adalah suatu rangkaian tingkah laku
yang kompleks, dimana guru dituntut untuk mengembangkan dan mengatur kondisi
kelas yang akan memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar secara efesien.
Guru yang mengajar dengan menarik ,
memberikan pelajaran secara tersusun dengan baik, memberikan tugas sesuai
dengan kemempuan siswa yang berbeda, menggunakan incentive atau hadiah, dan
mengatur waktu secara efektif akan kurang menghadapi masalah. Mengingat pentingnya guru sebagai komponen pendidikan
maka dalam laporan ini kami akan membahas bagaimana menjadi guru yang sesuai
dalam pembelajaran dilihat dari faktor psikologi pendidik.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian psikologi pendidikan?
2. Bagaimanakah Guru yang profesional?
3. Bagaimanakah Guru yang berpotensi akademik?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang dapat
diambil dalam pembahasan ini yaitu kita dapat mengetahui bagaimana cara
pendidik yang profesional dilihat dari psikologi dan potensi akademiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. KEPUTUSAN YANG DIBUAT
GURU
Sebelum
mempelajari aspek belajar mengajar yang terpisah, kita seharusnya mengerti
variable-variabel lain yang lebih luas. Limbo (1989) mengidentifikasi model
pengajaranb yang tepat sebagai diagnosis, petunjuk, dan normative. Yang disebut
diagnosis sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
kemampuan kognitif siswa.
2.
Menunjuk tujuan
intruksional yang tepat untuk kemampuan kognitif, cara, atau gaya belajar
siswa.
3.
Menyelesaikan masalah
dari aktivitas pengajaran.
Model
ini intinya menunjuk pada perbaikan (remedial) jika tidak terjado belajar.
Model instruksional yang baik adalah memberikan petunjuk atau
ketentuan-ketentuan dan juga memberikan beberapa prosedur garis pengarahan
untuk mengembangkan situasi belajar.
Akhirnya,
model instruksional yang baik adalah normatif, artinya memberikan
criteria-kriteria umum untuk menentukan apakah kondisi belajar tidak ditemukan. Model ini juga
nenekankan pada tingkah laku guru yang dapat menyebabkan timbulnya belajar.
Tugas
Mengajar
Beberapa
ahli psikologi menunjuk penilaian ini sebagai tingkah laku keterlibatan siswa
(entry behavior). Dalam mengukur keterlibatan siswa diperlukan paling sedikit
dua jenis pengukuran. Pertama adalah kontimum-dari
mudah ke sulit-yang paling banyak pada bidang-bidang isi mata pelajaran.
Contoh, seorang siswa yang baru dapat mengalikan satu digit angka (3x5) tidak
dapat mengalikan dua atau tiga digit angka (45x34, 234x432). Memulai dengan
memperhatikan tingkat kesulitan merupakan sesuatu yang penting dalam program
pengajaran.
Dimensi
kedua dari tempat mengajar adalah tingkat kesulitan. Contoh, taksonomi tujuan
pendidikan-ranah kognitif (Bloom et al.,
1956) yang dibicarakan dalam bab IV, mengategorikan pengetahuan kedalam
sejumlah tingkat-tingkat yang membantu guru untuk menentukan apakah siswa
mempunyai pengetahuan dan pengertian, menyimpulkan, menerapkan, menganalisis,
menyintesis, mengevaluasi dengan pengetahuan lain, atau beberapa kombinasi dari
semua ini.
1)
Tingkah
Laku Siswa
Sebelum
menentukan tujuan instruksional, kita juga harus mempertimbangkan tingkah laku
siswa. Apa yang harus mereka lakukan untuk belajar? Membaca, menulis atau
mengarang? Tingkah laku mereka haris sesuai dengan tujuan. Siswa-siswa tidak
dapat belajar berdiskusi hanya dengan membaca buku tentang bagaimana kita
berdiskusi atau menyelesaikan soal kimia hanya dengan mengingat rumus.
Sintesis
pertama dan kedua adalah keputusan mengajar, apa yang akan siswa pelajari, dan
bagaimana mereka akan belajar mata pelajaran itu, merupakan tujuan
instruksional dari satu mata pelajaran. penentuan tujuan ini akan mebantu kita
apakah kita sukses dalam mengubah tingkah laku siswa.
Mengindetivikasi
beberapa model merupakan tanggung jawab kita untuk mempertimbangkan bagaimana
kita akan mengajar suatu mata pelajaran. Merencanakan tujuan
pengajaran tanpa pertama-tama mengukur kebutuhan dan kemampuan siswa-siswa akan
mengarah pada pengajaran hal-hal yang tidak perlu atau tidak tepat.
2)
Tingkah
Laku Guru
Keputusan
lain yang paling pnting adalah menjawab pertanyaan bagamana proses intruksional
itu. Bagaimana guru akan membuat siswa belajar dengan mudah? Setiap guru
berbeda dalam cara mengajar. Perbedaan ini meliputi tingkat perencanaan,
sejumlah pengontrolan tingkah laku siswa, metode pengajaran, pembentukan
kelompok dan sebagainya.
Metode
dari gambar 1.1 menunjukan identifikasi dari sejumlahvariabel yang seharusnya
mempengaruhi metodologi dari instruksional guru. Teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar, perbedaan individu siswa, dan tingkah laku guru.
Teori
dan prinsip-prinsip belajardapat membantu guru dalam menentukan variable dan
kondisi mana yang akan mendukung siswa dlam memperbaiki prestasi (Lembo, 1989)
menunjukan bahwa tidak semua pengajaran adalah sama dan guruy membutuhkan cara
mengajar yang baik yang akan berpengaruh terhadap pengajaran. Pengulangan dan
prinsip-prinsip penting dalam pengajaran. Mengetahui teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar dapat memperbaiki keputusan yang dibuat guru dalam
memilih metodologi pengajaran yang tepat. Ini juga akan membantu seorang guru
untuk mengerti asumsi-asumsi yang lebih baik yang terletak dibelakang berbagai
prosedur dan praktik pendidikan.
Variable
lain adalah mempertimbangkan suatu keputusan, bagaimana seharusnya guru
mengajar. Seperti telah ditunjukan pada permulaan, informasi-informasi ini juga
penting ketika guru memutuskan apa yang harus dipelajari. Contoh, guru harus
membuat modifikasi belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa mereka.
Seorang ahli psikologi perkembangan, Piaget (1964) menyatakan bahwa kemampuan
seorang anak untuk belajar konsep tertentu berhubungan dengan tahap-tahap
perkembangan kognitif mereka. Variable
lain yang mempengaruhi adalah bagaimana guru mengajar. Seperti halnya siswa,
guru juga berbeda dalam cara atau gaya mengajar, kepribadian tertentu dan
harapan-harapanya.
Pengelolaan
kelas adalah komponen penting dari tingkah laku guru. Lembereh(1989) memandang
bahwa mengatur kelas mirip seperti membuat karangan. Tugas guru adalah
merencanakan kurikulum, mengorganisaikan prosedur dan sumber-sumber, mengatur
lingkungan, untuk dapat bekerja secara lebih efisien, dan mengatur
masalah-masalah potensi yang dipunyai siswa. Penelitian ini menunjukan bahwa
guru-guru yang mengatur kelas dengan baikjuga cenderung untuk menghasilkan
siswa yang lebih suka belajar (Good & Drows, 1975, McDonald & Ebas,
1976).
Walaupun
penilaian adalah suatu variable yang terpisah, penilaian ini memanifestasikan
perencanaan tujuan dan kelanjutan melalui proses instruksional. Dengan menggunakan
model belajar mengajar, sekarang kita dapat mengumpulkan keputusan penting
sehingga proses belajar-mengajar terjadi. Harap diingat bahwa setiap keputusan
tidak beroperasi sendiri-sendiri, tetapi berinteraksi dengan yang lain dan
dengan cara-cara terentu. Kesimpulan tersebut sebagai berikut.
1)
Tugas-tugas belajar apa
yang adapat dilakukan siswa dalam tahap keterlibatan siswa?
2)
Tingkah laku belajar
bagaimana yang cocok dengan tugas-tugas dan sifat-sifat atau kepribadian siwa?
3)
Tujuan instruksiaonal
pelajaran manakah yang penting?
4)
Prinsip-prinsip belajar
apakah yang guru terapkan dalam tugas-tugas mengajar?
5)
Perubahan apa yang
diperlukan bagi siswa?
6)
Bagaimana kopetensi
guru sendiri serta kepribadianya dapat digunakan untuk menerapkan keputusan-keputusan
pengajaran dalam kegiatan belajar yang efektif?
7)
Metode manakah yang
terbaik untuk mencapai tujuan instruksional?
8)
Bagaimana guru akan
memadukan keputusan-keputusan yang terdahulu kedalam proses belajar mengajar?
9)
Bagaimana proses
belajar mengajar dapat sukses? Apa yang terjadi sekarang?
Dalam
pengajaran, peranan guru dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan tiga
fungsi dasar pengajaran ditunjukan dalam gambar 1.2 yaitu (1) perencanaan (2)
pelaksanaan (3) evaluasi.
1. Fungsi
perencanaan mengharuskan guru untuk membuat keputusan tentang kebutuhan siswa
mereka, tujuan yang paling tepat dan tujuan untuk membantu menemukankebutuhan
itu, perlunya motivasi untuk mendapatkan tujuan mereka, serta model pengajaran
dan strategi mengajar yang paling cocok untuk pencapain tujuan itu.
Beberapa
ketrampilan mengajar yang mendukung fungsi perencanaan meliputi:
mengobservasitingkah laku siswa, mendiagnosis kebutuhan siswa,merangkai urutan
tujuan dan menentukan kegiatan belajar yang tepat yang berhubungan dengan tujuan.
2. Fungsi
pelaksanaan mengharuskan guru melaksanakan keputusan yang dibuat pada
tahap perencanaan, terutma yang berhubungan dengan model pelaksanaan, strategi
mengajar, dan kegiatan belajar.
Ketrampilan
mengajar yang mendukung fungsi pelaksanaan meliputi antara lain: menyampaikan
dan menjelaskan mata pelajaran, mendengarkan, memperkenalkan,
mendemonstrasikan, memperoleh respons dri siswa dan menutup.
3. Fungsi
evaluasi atau penilaian memerlukan keputusan tentang tujuan yang
dipilih yang sama dengan pedoman strategi pengajaran terhadap tujuan, dan
akhirnya apakah siswa mengerti atau tidak terhadap apa yang disampaikan guru.
Ketrampilan
belajar khusus yang di evaluasi, gambaran informasi yang dibutuhkan untuk
membuat penilaian, mendapatkan, menganalisis, dan mencatat informasi itu, dan
akhirnya membuat keputusan. Umpan
balik adalah informasi baru yang kiap roses untuk membuat keputusanagar sesuai
dengan fungsi perencanaan, pelaksanaan, atau evaluasi,atau melanjutkan pada
basis yang sama. System ini adalah system pembuat keputusan dengan mengoreksi
diri sendiri.
![]() |
Model
ini khususnya mewakili suatu teori pengajaran dan membuat beberapa asumsi dasar
yaitu:
1. Pertama, model
ini mengansumsikan bahwa pengajaran bertujuan langsung, yaitu ada beberapa
perubahan dalam berpikir siswa atau tingkahlaku siswa yang ditemukan.
2. Kedua, model
ini mengasumsikan bahwa guru aktif dalam membentuk tingkah lakunya sendiri.
Merka membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan, dan menyesuaikan dengan
informasi baru mengenai dampak dari kegiatan mereka.
3. Ketiga, model
ini mengasumsikan bahwa pengajaran pada dasarnya merupakan proses yang rasional
yang dapat diperbaiki dengan memeriksa komponen-komponen dan menganalisisnya.
4. Keempat, model
ini juga mengasumsikan bahwa guru, oleh kegiatan mereka sendiri, dapat
mempengaruhi siswa untuk merubah tingkah laku yang diinginkan.
B.
BIDANG
BIDANG KOPETENSI GURU PADA UMUMNYA
Guru
yang terlatih dengan baik, akan mempersiapkan empat bidang kopetensi guru yang
efektif dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Kopetensi itu sebagai
berikut.
1.
Memiliki
pengetahuan tentang teori belajar dan tingkah laku manusia.
Guru
yang latar belakang teorinya dan pengertian psikologi pendidikanya kurang, akan
memberikan ilmu pengetahuan yang berasal dari konsep yang menurut kepercayaan
merka paling popular dan masuk akal, pengetahuan itu sering kurang bermanfaat
bagi siswa.
Suatu
contoh konsep yang berasal dari psikologi dan yang mempunyai implikasi untuk
guru-guru adalah konsep penguatan (reintforcements).
Dari pengajaran psikologi yang didapat guru sebelumnya tahu bahwa tingkah
laku yang diperkuat atau barang kali diulang.
Karena
pengetahuan teori dapat digunakan untuk menginterpretasi situasi dan
menyelesaikan masalahn banyak kejasian-kejadian di kelas yang mungkin
sebaliknya tidak dierhatikan atau tetap tidak dapat dijelaskan, diketahui, dan
dipecahkan oleh penerapan teori-teori dan konsep tingkah laku manusia.
2.
Menunjukan
sikap dalam membantu siswa belajar dan memupuk hubungan dengan manusia lain
secara tulus.
Bidang
kedua dari kopetensi yang diidentifikasikan sebagai hal penting untuk
pengajaran yang efektif harus dilakukan dengan sikap. Sikap adalah suatu
kecendrungan untuk berbuat atau bertindak secara positif atau negative terhadap
orang-orang, ide-ide atau kejadian-kejadian. Sebagian besar pendidik yakin
bahwa sikap guru adalah dimensi yang sangat penting dalam proses mengajar.
Sikap mempunyai dampak langsung pada tingkah laku kita. Sikap kita menentukan
bagaimana kita meninjau diri kita sendiri dan bagaimana kita berinteraksi
dengan orang lain.
Kategori
utama dari sikap yang mempengaruhi tingkah laku mengajar adalah:
1) Sikap guru terhadap
dirinya sendiri
2) Sikap guru terhadap
anak-anak
3) Sikap guru terhadap
teman sejawat dan orang tua
4) Sikap guru terhadap
mata pelajaran
3.
Menguasai
mata pelajaran yang dikerjakan.
Menguasai
mata pelajaran yang diajarkan adalah suatu kebutuhan yang diperlukan bagi
setiap guru. Seorang guru suatu mata pelajaran harus mempersiapkan
sungguh-sungguh dua aspek yaitu: (1) mempelajari sungguh-sungguh mata pelajaran
itu sendiri dan (2) memilih secara bijaksana bahan yang dapat diteruskan kepada
siswa dengan berhasil.
Untuk
menjadi komunikator yang efektif, mereka harus tau seberapa jauh pengertian
anak pada mata pelajaran. Guru harus tau bahwa isi mata pelajaran yang
diajarkan, sama seperti guru tahu disiplin ilmu yang dia dapat dari perguruan
tinggi.
4.
Mengontrol
ketrampilan teknik mengajar sehingga memudahkan siswa belajar.
Keempat
bidang kopetensi memerlukan guru yang efekti, yaitu yang memiliki daftar
ketrampilan mengajar. Guru tampil mengajar dapat dengan mudah menghadapi siswa
yang mempunyai latar belakang dan kecerdasan yang bervariasi. Program
pendidikan guru harus meliputi komponen latihan yang memusatkat pada
ketrampilan mengajar. Komponen pengetahuan melibatkan persiapan guru untuk
memusatkan perhatian pada konteks atau pada yang dilatih, seperti
mengobservasi, menganalisis, dan mengubah tingkah laku.
C.
MASALAH-MASALAH
YANG DIHADAPI GURU BARU
Semua
guru dihadapkan pada masalah-masalah. Masalah banyaknya siswa dalam satu kelas,
masalah ekonomi, masalah kenakalan anak-anak, masalah tekanan masyarakat yang
kurang menghargai peranan guru, gaji guru yang tidak pantas, dan sebagainya.
Biasanya guru tidak akan meniggalkan profesi mereka hanya karna tidak dapat
mengajar atau menguasai ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Kemungkinan
mereka meninggalkan profesi guru karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
dalam hal materi.
Ryan
(1985) menemukan bahwa guru-guru muda ini mengeluh, seperti siswa yang sangat
sulit dikuasai, kesulitan motivasi siswa sehingga pelajaran yang diberikan
tidak efektif, serta tugas adminitratif yang tidak sedikit.
Filler
(1995) membagi guru dalam tiga fase. Mereka menyebut fase pertama sebagai fase survive.
Tahap ini ditandai oleh kecemasan dan kekuatan, karena guru dianggap
sebagai orang yang pandai mengajar.”Apakah siswa menyukai saya?” “apakah
pikiran guru lain terhadap saya?” “apakah kepala sekolah berfikir saya telah
melakukan pekerjaan dengan baik?”. Pada saat permulaan mengajar, ada beberapa
guru yang menjadi lebih negative dan otoriter setelah mengalami hal-hal yang
tidak menyenangkan. (Dutton, 1972; Khan & Wess, 1973). Tetapi tingkah laku
guru-guru ini lama-lama akan berubah dan mereka berharap dapat bertingkah laku
yang lebih baik dalam mengajar maupun dalam mengontrol siswa, dan akhirnya
sukses dalam mengajar.
Jika
seorang guru merasa bahwa mereka survive terhadap
tuntutan pengajaran, mereka akan menjadi lebih memperhatikan prestasi siswa dan
masuk tahap kedua, yaitu tahap guru memperhatikan situasi. Dalam tahap ini guru
akan frustasi karna keterbatasan dalam menguasai berbagai bidang ilmu yang
harus diajarkan kepada siswa. Besarnya kelas, terbatasnya waktu, kurang sumber
materi pengajaran adalah contoh-contoh penyebab frustasi karena berbagai
situasi pengajaran.
Sampai
tahap pertama kedua guru tidak tampak menginjak tahap ketiga, dimata Fuller dan
Brown mengidentifikasikanya sebagai tahap memperhatikan siswa misalnya
,mengenal kebutuhan social dan emosi anak-anak pada tingkat perkembangan yang
berbeda, mengidentifikasi perbedaan individu dalam kelas, dan menyadari
beberapa materi yang tidak tepat untuk siswa tertentu.
Chruckshank
dan Callhan (1983) percaya beberapa guru tidak pernah sampai pada tahp ketiga
karena mereka meninggalkan pengetahuan psikologi atau berjuang dalam
tahun-tahun tahap kedua, yaitu sibuk dengan diri mereka sendiri dan dengan apa
yang akan mereka ajarkan. Implikasi penting dari penelitian Fuller dan Brown adalah
bahwa guru-guru yang masih muda membutuhkan waktu untuk memusatkan pikiranya
pada perkembangan pribadi diri mereka sendiri, dan kebutuhan mereka sendiri
akan mempengaruhi hubunganya dengan siswa didalam kelas.
D.
MENGAJAR
SEBAGAI SENI
DAN ILMU PENGETAHUAN
Jika
suatu senin maka pengajaran memerlukan inspirasi, instuisi, bakat dan
kreativitas, sehingga sangat sedikit yang betul-betul dapat diajarkan. Jika
pengajaran adalah suatu ilmu pengetahuan, maka mengajar memerlukan pengetahuan
dan ketrampilan, dan ini sesungguhnya dapat dipelajari. Jika kita mengambil
ilmu pengetahuan secara ekstrim, mengajar adalah hanya memilih dan menerapkan
rumus-rumus yang benar untuk setiap situasi kelas. Beberapa pendidik
kenyataanya berpandangan salah satu yang ekstrem. Mereka percaya sepenuhnya bahwa
mengajar adalah ilmu pengetahuan.
Apakah
kita mengajar anak atau remaja disekolah, dirumah sakit atau di industry,
mengajar adalah kompleks dan rumit. Yang penting untuk diketahui adalah apa itu
mata pelajaran, bagaimana siswa kita, dan bagaimana proses mengajar dan
belajar. Ada juga suatu kebutuhan untuk memiliki atau mengembangkan suatu bakat
tertentu dalammengajar yang berhubungan dengan peranan aspek seni. Bagaimanapun
juga, ternyata lebih banyak yang harus dimasukan dalam suatu definisi mengajar.
Marilah kita lihat beberapa aspek-aspek berikut.
1.
Peranan
guru
Sebagian
besar orang menganggap bahwa guru adalah orang yang membantu orang lain
belajar. Ia tidak hanya menerangkan, melatih, member ceramah, tetapi juga
mendisain materi pelajaran, membuat pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi
siswa, dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, mereka juga harus menyimpan kartu
catatan, mengatur kelas, menciptakan pengalaman belajar, berbicara dengan orang
tua dan membimbing siswa. Seorang guru mempunyai peranan banyak sekali. Kita
akan membicarakan beberapa dari pertanan ini.
1) Guru sebagai ahli
instruksiaonal
Guru harus secara tetap membuat keputusan
tentang materi pelajaran dan metodenya. Keputusan ini didasarkan sejumlah
factor yang meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan
kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai. Bagaimanakah cara
terbaik untuk mengajarkan perkalian pada anak kelas II SD? Bagaimana kita dapat
mengajarkan pelajaran mengarang secara kreatif untuk siswa-siswa kelas I SMP
yang belum pernah di ajar ketrampilan mengarang? Buku apa yang harus kita
gunakan untuk mengajar membaca siswa kelas II SMA? Haruskah kita memperbolehkan
siswa membuat pekerjaan rumah secara mandiri atau kelompok? Yang manakah yang
terbaik untuk mata pelajaran ini: ceramah, diskusi belajar mandiri, atau
menghafal? Apaka kita harus menggunakan OHP, televisi, slide, peta dalam
mengajar, dan apakah kita dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar tersebut?
Guru membuat pilihan keputusan mengajar ini setiap minggu. Ditambah lagi mereka
diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang mata pelajaran itu sendiri.
2) Guru sebagai motivator
Tidak
ada satupyun guru yang dapat mengajar secara otomatis. Siswa juga harus berbuat
dan bertindak. Salah satu peranan guru yaitu paling penting adalah sebagai
motivator. Untuk memenuhi keinginan siswa-siswa, dapat dibuat papan yang bias
diisi oleh siswa sendiri, misalnya karangan, gambar, lukisan, lelucin, dan
sebagainya. Bias juga dengan memberikan nilai (bagi yang baik) yang disertai
dengan hadiah dan yang mendapat nilai buruk dengan mengatakan jangan putus asa
atu belajar lebih giat. Bahan mata pelajaran dapat dipilih bersama siswa (yang
dimintai siswa) dan akan membantu siswa untuk belajar.motivasi siswa tidak
hanya disampaikan pada permulaian tahun ajaran baru saja, tetapi juga pada
saat-saat diperlukan.
3) Guru sebagai manajer
Sebagian
besar guru SD menghabiskan waktu rata-rata 30% sehari untuk berinteraksi
langsung dengan siswa. Di SMP, presentasenya lebih tinggi lagi untuk berada di
sekolah. Mengelola kelas meliputi: mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi
pelajaran, melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, menetapkan nilai,
bertemu dengan guru-guru lain dalam rapat guru,bertemu dengan orang tua siswa,
menyimpan catatan-catatan tentang pribadi siswa-siswanya dan sebagainya.
Sebagai
seorang guru, kita juga akan berhadapan dengan bentuk-bentuk pengolahankelas
yang lain, yaitu mengatur lingkungan belajar yang relative sehat, bebas dari
masalah-masalah tingkah laku, sehingga kelas dapat melanjutkan proses belajar
mereka.
4) Guru sebagai konselor
Walaupun
guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor, mereka harus sensitive dalam
mengobservasi tingkah lakusiswa. Mereka harus mencoba merespons secara
konstruktif ketika emosi siswa mulai mengganggu belajar. Mereka harus tahu
ketika ada siswa yang membutuhkan bantuan ahli jiwa. Guru-guru sering
diharapkan untuk mengadministrasikan tes inteligensi, tes prestasi atau tes
minat, dan menginterpretasikan tes-tes ini untuk siswa dan orang tua mereka.
Dalam setiap kelas, ada saja siswa-siswa yang membawa masalah pribadi yang disampaikan
kepada guru. Kita harus menyadari bahwa adanya bahaya dalam situasi ini.
Peranan orang tua, nilai masyarakat, kebutuhan guru dan siswa harus
dipertimbangkan.
5) Guru sebagai model
Dalam
banyak kasus guru tidak menyadari peranan mereka sebagai model. Sebagai contoh,
guru-guru secara tetap bertindak sebagai model dalam menunjukan bagaimana kita
berfikir untuk menyelesaikan masalah.
Jika
mereka melibatkan siswa-siswa untuk memilih alternative penyelesaian, maka
siswa akan belajar bahwa mereka sendiri mampu menghadapi masalah-masalah itu.
E.
PERANAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi
pendidikan mempelajari pelajar atau siswa, belajar, dan mengajar.
Prinsip-prinsip ini memusatkan perhatian, dimana informasi, keterampilan,
nilai, dan sikap diteruskan dari gurunke siswadi kelas.
Ahli-ahli
psikologi pendidikan menerapkan pengetahuan psikologi pendidikan dari berbagai
bidang ilmu dan juga menciptakan ilmu pengetahuna psikologi sendiri mereka
menggunakan metode ilmiah dan juga mengembangakan metode mereka sendiri. Mereka
menyelidiki belajar dan mengajar di laboratorium, di sekolah dasar, sekolah
menengah dan di akademi militer, di perguruan tinggi, di industri, dan di
banyak tempat-tempat lain. Tetapi, tidak menjadi soal ditempat apa dan subjek
apa yang di pelajari. Ahl-ahli psikolaogi pendidikan memusatkan perhatian
terutama menerapkan pengetahuan mereka untuk memperbaiki belajar dan
pengajaran. Psikologi pendidikan tidak terbatas hanya di laboratorium.
Psikologi pendidikan terutama berhubungan dengan apa yang terjadi di dalam
kelas.
Dengan
mengetahui banyak ilmu psikologi pendidikan, tidak otomatis kita dapat menjadi
guru teladan yang paling baik dalam mengajar siswa. Tetapi, jika todak
mengetahui psikologi pendidikan, kita dapat gagal dalam mengajar, frustasi, dan
menghabiskan waktu karena tidak menemukan bagaimana cara mengajar yang baik
seperti orang lain yang tahu ilmu psikologi pendidikan.
Kita
yakin bahwapsikologi pendidikan dapar berperan penting dalam mengajar terutama
mengingat perkembangan sekarang ini dalam praktik pengajaran. Ada strategi
khusus yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan tugas yang harus mereka
capai. Contoh, strategi untuk memptivasi siswa, strategi untuk mengatur kelas
dan disiplin. Disamping itu guru harus tau juga bagaimana mengajar suatu
pelajaran dan bagaimana memotivasi dan mengatur kelas. Selain itu, ia juga
haris tahu cara-cara menyelesaikan masalah yang timbul dalam kelas.
1.
Kebutuhan
akan pendekatan ilmiah
Apakah
psikologi pendidikan betul-betul mempunyai sesuatu yang baru akan menciptakan
guru di masa yang akan dating? Sebagian besar mengajar adalah masuk akal,
bukankah begitu? Mari kita mengambil beberapa menit untuk menjawab pertanyaan
itu.
1) Bukan sekedar masuk
akal
Dalam
banyak kasus prinsip-prinsip yang diajukan oleh ahli-ahli psikologi sesudah
banyak berfikir, mengadakan penelitian, dan menghabiskan uang kedengaranya
menyedihkan.
2) Menggunakan penelitian
untuk menyelesaikan masalah dikelas
Ahli-ahli
psikologi pendidikan merancang dan memimpin banyak jenis study penelitian dalam
percobaan mereka untuk mencapai pengertian yang lebih baik dari keduanya,
belajar dengan mengajar. Sejumlah study dilakukan berdasarkan observasi kelas. Umumnya hasil yang mau
dilaporkan dalam study ini adalah korelasi,
yang ditemukan untuk menunjukan tingkat dari hubungan antara dua kejadian
atau ukuran.
Korelasi
ini menunjukan kuatnya hubungan keduanya dan hubungan itu merupakan petunjuk.
Bentuk keduanya dari penelitian adalah membiarkan ahli-ahli psikologi
pendidikan untuk meramalkan dan betul-betul mempelajari sebab dan akibat. Jenis
penelitian khusus ini disebut eksperimen yang
harus dilakukan untuk mengidentifikasi kebenaran hubungan sebab akibat.
Untuk
menjawab pertanyaan bagaimana cara memilih siswa agar mereka menceritakan
kembali suatu bacaan di SD, penelitian ini pertama kali mengobservasi siswa dan
guru di beberapa kelas, dan kemudian mengukur prestasi siswa dalam membaca. Mereka
menemukan bahwa strategi mengajar bias berkeliling kelas dan meminta setiap
siswa untuk membaca dihubungkan atau di korelasikan dengan hasil nilai dalam
membaca.
3) Teori untuk mengajar
Tujuan
psikologi pendidikan adalah mengerti proses belajar mengajar. Dan riset atau penelitian
adalah alat utama. Alat
lain untuk membentuk pengertian yang lebih baik dari proses belajar mengajar
adalah teori. Dalam memberikan sejumlah pengembangan prinsip-prinsip, ahli
psikologi pendidikan mencoba menjelaskan tidak hanya hubungan antara dua atau
lebih variable, tetapi system hubungan diperluas. Teori-teori telah
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana motivasi bekerja, bagaimana perbedaan
intelegensi bias terjadi, dan bahkan bagaimana orang belajar.
Tujuan
utama dari buku ini adalah memberikan kepada anda teori yang paling baik dan
paling berguna untuk pengajaran anda. Pelajaran psikologi pendidikan dibuat
agar menekankan aspek-aspek psikologi yang sebagian besar relavan dengan
masalah pengajaran. Sebetulnya, tidak banyak isinya.
Awalnya,
dan bahkan sampai kira-kira dua decade yang lalu, psikologi pendidikan secara
terbuka didefinisikan sebagai prinsip-prinsip psikologi yang diterapkan pada
pendidikan.
Berikut
ini topik yang relavan untuk
psikologi pendidikan.
a)
Teori dan model
pengajaran dan belajar dikelas
b)
Dinamika interaksi
antara guru dan siswa
c)
Prinsip-prinsip belajar
yang efektif dan perkembangan kepribadian
d)
Prinsip-prinsip
motivasi dan pengelolaan kelas
e)
Strategi untuk membantu
secara kreatif perkembangan siswa yang mempunyai kecerdasan tinggi atau rendah
dan cacat mental
f)
Strategi menulis dan
menggunakan tujuan instruksional
g)
Mengordinasikan metode
mengajar pada perbedaan individu
F.
PENELITIAN
DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. Menanyakan dan Menjawab
Pertanyaan
Untuk
mendapatkan pengertian yang lebih baik dari beberapa metode dasar serta
menanyakan dan menjawab pertanyaan dalam psikologi pendidikan, kita dapat
meninjau suatu pertanyaa yang mungkin menarik bagi kita, yaitu “apakah harapan
siswa tentang kopetensi dari seorang guru baru akan mempengaruhi cara siswa
bertingkah laku terhadap guru?” untuk lebih khusus, apakah siswa lebih menaruh
perhatian terhadap seorang guru yang mereka harapkan sebagai guru yang baik?
Mungkin tujuan kita disini ialah supaya seorang ahli psikologi mencari satu
jawaban terhadap pernyataan ini. Metode apa yang akan di gunakan untuk
mengumpulkan informasi?
1)
Membentuk suatu
pertanyaan penelitian
Langkah
pertama mungkin membentuk kerangka yang jelas dan pertanyaan khusus. Dalam
kasus ini, kita mulai dengan sesuatu seperti ini, apakah kepercayaan siswa
seseorang guru yang kopeten akan mempengaruhi sejumlah perhatian siswa kepada
guru. Serbagai contoh, apakah siswa percaya tentang seseorang guru yang dapat
mempengaruhi mereka bertingkah laku dikelas? Begitu banyak batasan yang dapat
mencakup dalam menjawab pertanyaan. Kita membutuhkan sesuatu yang khusus
tentang jenis kepercayaan, percaya tentang kopetensi guru, bukan umur,
intelegensi, atau suatu perkawinan. Dan kita memerlukan suatu yang khusus
tentang tingkah laku siswa, perhatian terhadap guru, bukan antusias terhadap
mata pelajaran atau kecemasan bagaimana tahun ajaran baru nanti.
2)
Memilih variable dan
menyeleksi tekhnik pengukuran
Pada
batasan ini, kita siap untuk mengidentifikasi apa yang sudah dipelajari. Yang
dimaksud variable adalah ciri ciri dari seseorang atau lingkungan yang dapat
berubah, dibawah kondisi yang berbeda atau berbeda dari satu orang ke orang
berikutnya. Dalam hipotesis kita, telah diputuskan untuk meninjau dua variable
kepercayaan siswa tentang kopentensi guru dan perhatian siswa terhadap guru.
Untuk
mempelajari suatu variable secara sistematis harus ada cara unutk mengukur
perubahan-perubahan atau membandingkan tingkat tingkat yang berbeda dari
variable. Untuk menyederhanakan masalah, marilah kita berkonsentrasi hanya pada
satu variable, yaitu perhatian siswa. Kita memerlukannya untuk menemukan suatu
cara mengukur tingkat perhatian yang ditunjukkan oleh siswa.
Dalam
menggunakan metode self-report, kita dapat menanyakan kepada siswa suatu
pertanyaan bagaimana diberikan dengan tertulis atau tatap muka dalam suatu
interview dengan siswa. Jika kita memutuskan menggunakan observasi langsung,
kita dapat mengirim peneliti-peneliti untuk masuk kedalam kelas agar
memperhatikan siswa dan mengukur perhatian mereka.
Pengamat
dapat juga melihat dari videotape recording yang ada dikelas, memutar kembali
tape berkali kali, sehingga setiap siswa dapat di observasi dan tingkat
perhatiannya di cek kembali.
Dengan
tes akan sedikit lebih sulit untuk dilaksanakan dalam kasus ini. Banyak
variable yang dapat diukur dengan tes, terutama yang menyangkut belajar atau
prestasi. Tetapi, ketika perhatian adalah suatu proses lebih dari sekedar
hasil, adalah sulut untuk membuat tes, yang yang dapat mengukur perhatian.
Suatu pendekatan yang memungkinkan adalah dengan menggunakan suatu “Tugas
kewaspadaan” (Vigilance Task). Kita dapat melihat jika siswa sedang menaruh
perhatian, maka guru memberikan tanda yang tidak dapat diramalkan, seperti
berdiri selama pelajaran. Hal ini berarti, kita mengukur perhatian siswa dengan
menjumlah berapa kali guru berdiri.
Akhirnya,
kita akan memutuskan mengguanakan teacher rating atau peer rating. Kita dapat
mengukur dengan menayangkan kepada guru atau siswa untuk menilai perhatian dari
setiap siswa dikelas.
Jelasnya
setiap pendekatan ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Menggunakan
self-report atau rating of teacher atau pieers dapat mempercayakan atau
mengandalkan pada pertimbangan dari pertisipan. Menggunakan observer atau tes
dapat mengganggu kelas, paling sedikit pada awalnya, sedangkan videotape sulit
dan mahal.
Untuk
mendefinisikan dan mengukur variable kita, yaitu kepercayaan siswa tentang
kompetensi guru, kita dapat juga memilih sejumlah metode.
2. Menyatakan hipotesis
dan memilih suatu pendekatan
Pada
masalah ini, kita telah menanyakan penelitian kita, variable yang telah
dipelajari, definisi dari variable, system untuk mengukur guru dan siswa,
subjek yang dipelajari.
Hipotesis
atau pemikiran tentang hubungan antara dua variable, dan satu keputusan tentang
jenis pendekatan apa yang akan kita gunakan dalam penelitian kita. Untuk
beberapa tingkat, hipotesis akan mendikte pendekatan kita. Pada sebagian
tingkat pada umumnya, ada dua pendekatan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Pertama, adalah menggambarkan kejadian dan hubungannya dengan situasi ketika
kejadian terjadi dalam kehidupan nyata. Kedua, pendekatan ini adalah untuk
melangkah dan mengubah suatu aspek sitiasi dan mencatat dampak dari perubahan.
Kedua pendekatan ini umumnya disebut deskriptif dan eksperimental.
Walaupun
guru yang antusias mungkin cenderung mempunyai siswa yang berprestasi daripada
siswa dari guru yang tidak antusias, kita tidak bisa mengatakan bahwa guru yang
antusias mengarah atau mengakibatkan siswa yang berprestasi. Kita tau bahwa
guru yang antusias dan siswa berprestasi cenderung terjadi bersama. Mungkin
disebabkan mengajar siswa yang lebih berprestasi membuat guru lebih antusias.
Mungkin, factor yang ketiga adalah materi pelajaran yang menarik dan seorang
guru yang dipilih, sehingga mengakibatkan guru menjadi antusias dan siswa
berprestasi. Dengan mengetahui bahwa dua variable yang berkorelasi tidak
mengatakan kepada kita bahwa satu variable menyebabkan variable yang lain, kita
seharusanya tidak perlu memperdebatkan dari korelasi ke sebab akibat, tetapi
kita dapat membuat ramalan.
Walaupun
kita dapat meramalkan tingkatan dari satu variable ke tingkat variable lain
yang berguna, guru sering tertarik untuk menemukan factor apa yang betul betul
menyebabkan suatu keinginan untuk mengubah tingkah laku. Untuk ini mereka
memerlukan suatu jenis peneliatian yang lain, yaitu penelitian berdasarkan
manipulasi eksperimen.
Pendekatan
eksperimen, kembali pada pertanyaan kita semula tentang kepercayaan siswa dan
perhatian, mungkin kita mebuat hipotesis yang berbeda. Lebih dari sekedar
hipotesis bahwa perhatian siswa dan kepercayaan tentang kopetensi guru berjalan
bersama, siswa memberi perhatian kepada guru adalah kepercayaan bahwa seorang
guru adalah kompeten. Dalam kasus ini, hipotesis menyatakan hubungan kausal.
Dalam menguji hipotesis ini, kita harus mengubah satu variable untuk melihat
jika perubahan ini betul betul menyebabkan perubahan pada variable lain. Dalam
penelitian ini, mengasumsikan sebab yang dikenal sebagai variable bebas. Tujuan
dari eksperimen kita adalah untuk melihat jika perubahan didalam variable ini
betul betul mengakibatakan perubahan dalam variable lain atau disebut juga
variable tergantung.
Bagaimanapun
juga dengan eksperimen yang nyata, kita akan memerlukan pengetahuan yang lebih
banyak tentang bagaimana tepatnya setiap langkah penelitian dilaksanakan. Dan
kita juga ingin tahu apakah peneliti lain dapat muncul dengan hasil yang sama
dengan eksperimen yang sama.
3.
Apakah
penelitian valid?
Untuk
mengevaluasi suatu penelitian, ada dua hal yang bermanfaat ganda. Jenis
berfikir yang dibutuhkan adalah nilai dari berfikir itu sendiri. Ini adalah
jenis yang sama diperlukan untuk menilai suatu ide yang kompleks, yang
memerlukan perencanaan, argumentasi, atau proyek. Dalam semua kasus ini, kita
memerlukan bagaimana mencari kesalahan, pandangan yang berlebih, tidak
konsisten. Kemampuan menganalisis penting untuk menilai penelitian dan berguna
dalam suatu pekerjan.
Agar
valid, hasil dari suatu eksperimen harus melewati beberapa tes. Perubahan dalam
variable tergantung semata mata untuk memanipulasi variable bebas. Kecuali
dalam perlakuan, perbedaan dalam variable bebas. Suatu eksperimen penelitian
menunjukan :
1) Apakah
kelompok dipelajari secara layak, sama sebelum eksperimen dimulai?
2) Apakah
semua variable, kecuali variable bebas, mengontrol sehingga hanya perbadaan
nyata dalam perlakuan dari setiap kelompok berubah dalam variable bebas?
3) Apakah
prosedur pengukuran diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok?
4) Apakah
hasil dari penelitian ini karena prosedur eksperimen terjadi pada situasi yang
baru?
5) Apakah
peneliti yang merancang penelitian bagaimanapun bias terhadap hasil?
6) Apakah
ini pantas bahwa hasil penelitianya tidak terjadi secara kabetulan?
7) Apakah
penemuan dalam penelitian ini barangkali cocok untuk penelitian yang lain dalam
situasi yang sama?
8) Dapatkah
penelitian ini ditiru?
G.
PENTINGNYA
PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan
kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang menejer yang efektif
adalah seseorang yang mengoordinasi dan menyususn kegiatan untuk menemukan
tujuan dan sasaran khusus. Disamping itu, harapan orang tua dan masyarakat
supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka
sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah. Mengelola kelas adalah suatu ketrampilan yang
memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan
yang efektif, maka proses belajar terganggu , guru kembali menertibkan dan
kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.
Guru
kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama mengajar setiap hari .
berikut adalah sampel yang haya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang
dilakukan guru setiap hari.
1) Merencanakan
dan mempersiapkan pengajaran.
2)
Melanjutkan interaksi
dengan siswa.
3)
Melaksanakan
pengajaran.
4)
Menggerakan siswa
melalui kegiatan yang berbeda.
5)
Mengembangkan tata
tertib.
6)
Menciptakan lingkungan
untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar.
7)
Mengorganisasi waktu
dan materi pelajaran.
8)
Membuat tes dan
melakukan penilaian.
Berdasarkan
penelitian edmund, emmer, dan carolyn evertson(1981), pengelolaan kelas
didefinisikan seperti berikut.
1)
Tingkah laku guru yang
dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa
dikelas.
2)
Tingkah laku siswa yang
tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
3)
Menggunakan waktu
belajar yang efesien.
Perspektif
pengelolaan kelas telah disampaikan oleh emmer dan evertson dan yang lain dalam
membahas definisi pengelolaan kelas. Dua perspektif yang lain akan kita
bicarakan dalam bab ini , yaitu perspektif sejarah dan perspektif psikologi.
Perspektif sejarah akan dilihat dari sudut pandang kepala sekolah. Perspektif
psikologi akan disampaikan dari sudut pandang dua ahli filsafat tingkah laku
yang berbeda. Perspektif
psikologi:
Dua
teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas
berhubungan pengaturan kelas berdasarkan teori skinner dan rongers. Baik
skinner maupun rongers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas.
Reinforcement.
B.F. skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasildari
lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah
laku manusi dapat dibentuk atau diubah.
Contoh,
jika guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, bebrapa siswa mengacungkan
tangan mereka keatas, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah
laku keduanya adalah wjar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa menjawab
mengacungkan tanganya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan
mengganggu saat tanya jawab.dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement
guru hanya memberi kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan
tangan terlebih dahulu.
Mengubah
tingkah laku. Ide psikologi skinner diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan
pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingakh laku. Jika
guru dapat mengontrol lingkungan kelas , maka tingkah laku siswa daat diubah
untuk dicocokan dengan standar tingkah laku.
Komunikasi
Pengajaran
adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok siswa. Tugas
guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar.
Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab
dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefesien mungkin, dan
mengatur jalanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Memperjelas tujuan dan sasaran adalah langkah pertama dalam menciptakan harapan-harapan
apa yang dibutuhkan siswa supaya pelajaran dapat berfungsi efektif bagi siswa
dalam kelas.
Komunikasi
nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak
ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan
tubuh dari guru, siswa akan merespons informasi nonverbal.
Interaksi
nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan nonverbal.
Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa menjawab dengan benar atau mengangguk
untuk menunjukan bahwa siswa pada jalan yang benar. Gerakan tangan dapat
diartiakan dengan dorongan. Guru juga mengomunikasikan perasaan negative dengan
cara nonverbal.
Pengaturan
nonverbal . guru dapat menggunakan 3 kunci strategi manapun pada tingkat apapun
untuk menghentikan tingkah laku.
1) Kedekatan
fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama
mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan tugas.
2) Kontak
mata. Guru membutuhkan kontak mata dengan seluruh siswa dikelas selama
mengajar. Jika siswa sedang mengerjakan tugas , guru dapat mendatanagi siswa
yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju kemeja guru untuk
bertanya.
3) Sikap
diam. Kombinasi kontak mata dan siakap diam akan membiarkan guru untuk melihat
siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam kasus ,
ketika guru berhenti berbicara seorang siswa yang bersalah akan melihat tatapan
guru.
Komunikasi,
verbal dan non verbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses,
mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum.
H.
KEDISIPLINAN
Salah satu peran yang paling penting
untuk guru dalam mencapai pengelolaan kelas yang baik adalah kepemimpinana.
Situasi yang berbeda memerlukan bentuk kepemimpinan yang berbeda, tetapi jug
harus dicocokan dengan tanggung jawab guru. Ada tugas utama untuk seorang
peminmpin . pertama adalah menembangkan suasana kerja yang baik dan yang kedua
adalah memepertahankan lingkungan yang positif ketika timbul masalah.
Ada beberapa langkah untuk mengembangkan
disiplin yang baik dikelas. Pertama adalah perencanaan. Ini meliputi membuat
aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.
Langkah kedua, adalah mengajar siswabagaimana mengikuti aturan. Pekerjaan ini
harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari penelitian yang kita
bahas dalam bab ini menunjukan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas adalah
masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi
yang baik antara guru dan siswa.
Salah satu cara yang terbaik adalah
mencegah masalah dari semua kejadian . beberapa guru sangat sukses dalam
mencegah terjadinya masalah. Langkah ketiga adalah merespons secara tepat dan
konstruktif ketika masalah timbul ( seperti yang sealalu guru lakukan ).
Contoh, apa yang akan kita lakukan ketika siswa menantang kita secara terbuka
dimuka kelas; ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana menyelesaikan
masalah yang sulit; ketika kita menangkap seorang siswa yang menyontek; ketika
seorang siswa “hilang” dan tidak mau berpartisispasi?
Banyak masalah tingkah laku timbul
karena siswa frustasi atau bosan disekolah. Bagaimanapun juga “ kelas yang baik
“ bukanlah satu-satunya yang dapat menjamin tingkah laku yang tepat.
1. Kepemimpinan
dalam kelas.
Bany
dan jhonson (1985) memisahkan pekerjaan guru kedalam tiga pola kegiatan
penting, seperti yang ditunjukan dalam gambar 5.1. walaupun kepemimpinan adalah
penting untuk pengajaran yang sukses , pengajaran lebih terlihat dari pada
memimpin. Jika guru sebagai pemimpin kelompok mampu menciptakan struktur
organisasi yang dan efesien dan lingkungan pekerjaan yang baik, maka pengajaran
dan penilaian dapat dikerjakan bersama. Suatu kelompok yang seluruhnya
diorganisasi , tujuanya tidak jelas, dan pertengkaran yang terus berlangsung,
tidak akan menjadi kelompok belajar yang baik. Pola keemimpinan yang
mengembangkan (memudahkan) lingkungan belajar yang positif, akan menunjukan
bahwa lingkungan yang demikian akan membuat pengajaran dan penilaian terjadi.
Pertama
kali guru masuk kelas, guru akan berhadapan dengan kelas yang berisi
idividu-individu. Jika guru-guru adalah sorang pemimpin yang sukses, mereka
akan membantu siswa mengembangkan suatu sistem hubungan yang mendorong kerja
sama.
2. Struktur
dan kebebasan
Lingkungan
kelas yang sehat tidak dapat diciptakan jika siswa tidak respek atau menghargai
siswa. Guru adalah pemimpin dikelas dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan
kelas. Walaupun guru, sebaiknya bersama-sama dengan siswa dalam melaksanakan
aturan-aturan sekolah atau kelas. Tetapi ketika guru harus mengatur dan
mengorganisasi kelas, mereka adalah pemimpin yang mengembangkan dan “memaksa”
siswa untuk tunduk pada peraturan-peraturan yang telah dibuat. Guru-guru yang
tidak mengembangkan wibawa mereka barangkali menghabiskan waktu untuk
menghadapi masalah-masalah tingkah laku, atau berteriak dimuka kelas dan
mengharapkan pelajaran yang diberikan dapat lebih efektif. Selanjutnya,
struktur yang lebih jelas dan prosedur yang teretur dikelas akan memberikan
kebebasan pada guru untuk dapat membiarkan siswa bertindak sesuai dengan aturan
yang berlaku.
3.
Mengatur tingkah laku
yang tidak tepat.
Masalah-masalah
tingkah laku yang paling menjengkelkan bagi guru adalah setiap hari harus
menghadapi gangguan-gangguan yang relatif lebih kecil . tingkah laku yang tepat
adalah bila mereka sedang bermain, tetapi tidak didalam kelas. Ini meliputi
berbicara keras, keluar kelas tanpa meminta izin, gagal mengikuti aturan-aturan
kelas, dan tidak ada perhatian. Memang tingkah laku ini tidak terlalu serius,
tapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil mungkin dengan lingkungan belajar
yang cocok yang dapat diciptakan.
Dalam
menghadapi masalah-masalah tingkah laku yang selalu ada dikelas, prinsip yang
paling penting adalah tingkah laku harus dibetulkan dengan menggunakan campur
tangan (invervention) yang paling sedrhana. Tujuan guru dalam menghadapi
tingkah laku yang tidak tepat yang dilakukan terus-menerus secara rutin oleh
siswa adalah sesuatu yang efektif dan menghindari gangguan yang terjadi
dikelas. Jika mungkin, pelajaran “jalan terus” sementara menghadapi masalah
tingkah laku. Suatu rangkaian strategi menghadapi masalah tingkah laku dimulai
dari yang paling kecil sampai yang paling besar , strategi ini meliputi :
1)
Pencegahan.
2)
Isyarat nonverbal
3)
Pujian yang tidak cocok
4)
Membetulkan tingkah
laku
5)
Memuji siswa lain
6)
Memperingatkan secara
lisan
7)
Mengingatkan
berulang-ulang
8)
Menerapkan konsekuen
9)
Menerapkan negative
reinforcement
10)
Positive practice
11)
Satiation, dan
12)
Hukuman
I.
MENGIDENTIFIKASI
MASALAH-MASALAH DIKELAS
1.
Identifikasi masalah.
Gu
dan ahli psikologi telah merangking tingkah laku yang serius walaupun
berbeda.walaupun demikian, tingkah laku sosial dan menyendiri jika dihubungkan
dengan prestasi akademik hasilnya rendah. Adapun tingkah laku tersebut antara
lain sebagai berikut :
1)
Tidak perhatian,
apatis, dan menyendiri dari kegiatan kelas.
2)
Sangat tergantung pada
guru atau siswalain terhadap suatu hal, dimana anak tidak mampu atau tidak
bersedia membuat keputusan atau bersedia mencoba tugas yang dibebankan
kepadanya.
3)
Hubungan dengan guru sangat
jauh, siswa curiga, takut atau tidak percaya pada guru.
4)
Tidak sabar dan rendah
diri.
5)
Motivasi pribadi
rendah.
6)
Jawaban-jawaban yang
tidak relevan dan banyak bicara yang
menginterupsi kegiatan kelas merupakan gambaran seorang anak yang ingin menarik
perhatian.
7)
Permusuhan,
pertentangan, perasaan, dan perbuatan-perbuatan negative.
Dari
timbulnya maslah-masalah tersebut, kalau kita selidiki lebih dalam sebetulnya
ada penyebabnya, seperti kemiskinan, penolakan orang tua, kemampuan yang rendah
yang menyebabkan frustasi, kurikulum yang tidah relevan , dan sekolah yang
kacau.
2.
Cara Penyelesaian
Cara
penyelesaian yang paling baik adalah dengan melakukan preventive, yaitu
menghindari kesempatan dan insentif untuk tingkah laku menyimpang sebelum
tingkah laku terjadi. Guru
yang menaruh perhatian dengan pengaturan kelas yang baik akan :
1)
Mengembangkan
aturan-aturan yang jelas dan masuka akal, tetapi sesedikit mungkin.
2)
Mengembangkan
harapan-harapan positif dan hubungan kerja sama yang baik.
3)
Membiarkan siswa-siswa
tahu bahwa mereka harus bertanggung jawab atas tingkah laku dan tugas-tugas
mereka.
J.
MOTIVASI
Didalam kelas, masalah besar untuk
guru-guru siswa-siswa adalah motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa
menggunakan bakat dan waktunya selama disekolah sehingga tujuan belajar terjadi
secara maksimum.
1. Pentingnya Motivasi
Motivasi
adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Apa yang membuat
siswa ingin belajar ? kesediaan siswa untuk belajar adalah hasil dari banyak
faktor , mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan
tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat karena telah belajar, situasi belajar
yang mendorong siswa untuk belajar, dan sebagainya.
Dalam
kata latin, kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu
bergerak. Kata bahasa inggris motivation berasal dari kata motivum . istilah “
motivasi “ mempunyai artis sedikit bagi motivasi itu sendiri; pertanyaanya
adalah “motivasi untuk melakukan apa ?” ketika bu septi mengeluh karena
siswa-siswanya tidak ada motivasi untuk belajar adalah keliru. Siswa-siswa itu
tidak dimotivasi untuk mengerjakan matematika sebanyak mereka dimotivasi untuk
belajar adalah keliru.
Motivasi
memounyai intensitas dan arah (direction). Jika orang lapar kearah mana dia
bertingkah laku...diam saja atau mencari makan. Dua orang siswa dimotivasi
untuk bermain bulu tangkis. Yang satu kearah bermain bulu tangkis, tetapi yang
lain dari mereka mungkin motivasinya lebih kuat kearah bermain sepak bola.
2.
Teori-teori motivasi.
1)
Motivasi dan penguat (
reinforcer)
Konsep
motivasi berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah
diperkuat pada waktu yang lalu barangkali diulang, misalnya, siswa yang rajin
belajar dan mendapat nilai yang bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku
yang tidak diperkuat atau dihukum tidak akan diulang, misalnya siswa yang
menyontek dihukum. Sekinner dan ahli teori tingkah laku lain setuju bahwa tidak
perlu memisahkan antara teori belajar dan motivasi, karena motivasi secara
sederhana adalah hasil dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah
direinforced atau diperkuat untuk belajar (contoh, dengan memberikan nilai yang
bagus, atau pujian dari orang tua dan guru )akan “bermotivasi” untuk belajar,
tetapi siswa-siswi yang tidak diperkuat
untuk belajar, karena mereka telah belajar tetapi tidak mendapatkan
nilai yang bagus atau karena orang tuanya atau gurunya tidak memuji belajarnya
tidak akan “termotivasi” untuk belajar.
2)
Hadiah untuk penguat
(reward dan reinforcer)
Beberapa
siswa mungkin tidak perduli dengan nilai mereka, karena orang tua mereka tidak
perduli dengan nilai anaknya, atau karena mereka pernah gagal mendapatkan nilai
bagus disekolah, dan menganggap nilai bukan hal yang penting. Jika guru
mengatakan, “pekerjaanmu bagus, saya tahu bahwa kamu dapat melakukan jika kamu
mencoba “, ini merupakan reinforcer bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas
dengan segala kesulitan, tetapi merupakan hukuman bagi siswa yang mengaggap
bahwa tugas itu sangat mudah, karena pujian guru mengatakan bahwa dia telah
bekerja keras untuk tugas yang mudah . sesuatu hal yang sulit untuk menentukan
motivasi siswa dari tingkah laku mereka karena banyak motivasi yang berbeda
yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
3)
Cognitive dissonance
Kebutuhan
untuk menyatakan bahwa dirinya adalah seseorang yang baik ( positif ) merupakan
suatu motivator yang kuat . contoh, jika kita percaya bahwa dirikita orang yang
baik dan jujur, kita barangkali bertingkah laku baik dan jujur bahkan ketika tidak
seorang pun yang tahu, karena kita ingin menunjukan kesan diri kita yang
positif. Jika kita percaya bahwa kita mampu dan merasa pandai, kita akan
mencoba untuk memuaskan diri kita sendiri dengan bertingkah laku sebagai orang
yang mampu dan pandai.
Tetapi
dalam satu situasi dimana kita gagal menunjukan diri kita yang positif, kita
biasanya menggunakan rasionalisasi untuk melindungi diri kita . contoh, seorang
siswa yang tertangkap menyontek mengatakan bahwa semua teman-temanya juga
melakukanya atau soalnya sangat sulit dan penuh jebakan.
Salah
satu teori psikologi yang menerangkan tetntang tingkah laku seseorang dengan
memberi alasan untuk menunjukan bahwa dirinya positif adalah teori cognitive
dissonance. Teori ini berpengang bahwa orang akan marah atau tidak senang jika
nilai kepercayaanya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak
konsisten.
4) Teori
atribusi (attribution theory )
Teori
atribusi ( lihat contoh, weiner, 19979) mencari penjelasan dan mencoba untuk
mengerti mengapa seseorang seperti istiarto itu memberikan alasan-alasan yang
demikian itu, terutama jika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan.
Weiner mencoba menjelaskan tentang sukses dan gagal. Menurut dia, sukses dan
gagal mempunyai tiga ciri. Pertama, apakah penyebab sukses dan gagal itu dari
internal ( dalam diri seseorang ) atau ekternal (dari luar ). Kedua, stabil
atau tidak stabil. ketiga, apakah sukses
dan gagal diterima sebagai kontrol atau tidak. Seperti dalam teori cognitive
dissonance teori atribusi juga menyebutkan bahwaorang mencoba untuk menyatakan
bahwa dirinya positif atau mempunyai kesan positif ( aronson , 1972 ).
Oleh
karena itu, jika sesuatu yang baik terjadi maka yang baik itu karena kemampuan
mereka. Sebaliknya, jika sesuatu yang buruk terjadi mereka akan percaya bahwa
ini karena tidak ada kontrol. Contoh, jika seseorang diberi tugas dan gagal,
maka orang itu mengatakan bahwa dia sedang sial, atau tidak ada kontrol.
Sebaliknya, jika tugasnya berhasil atau sukses dia akan mengatakan bahwa dia
memang orang yang mampu dan cerdas.
Teori
atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk sukses dan gagal, dalam prestasi
yaitu : (1) kemampuan, (2) usaha, (3) tugas yang sulit, dan (4) keberuntungan
atau nasib. Kemampuan dan usaha adalah dari dalam (internal) dan tugas yang
sulit dan keberuntungan atau nasib adalah dari luar (eksternal). Kemampuan
tidak sama dengan usaha . kemampuan ada hubungan dengan stabil, artinya tak
dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubah. Persamaan antar kemampuan dan
usaha ialah bahwa tugas yang sulit jika diusahakan dengan sungguh-sungguh akan
berhasil dan ini adalah penting untuk membentuk siafat yang stabil.
Satu
konsep untuk teori atribusi adalah locus of control (rotter, 1954). Kata
“locus” berarti “location”. Seseorang dengan “ internal locus of control “
adalah seseorang yang percaya bahwa sukses atau gagal adalah haknya atau karena
usahanya sendiri atau kemampuanya sendiri. Seseorang dengan “eksternal locus of
control “ adalah seseorang yang lebih percaya karena ada faktor-faktor lain,
seperti keberuntungan atau nasib, tugas yang sulit atau perbuatan orang lain
yang menyebabkan aggal atau sukses.locus of control dapat menjadi sangat
penting dalam menjelaskan kepada siswa yang berprestasi. Siswa yang percay
bahwa sukses dan kegagalan disekolah adalah karena nasib atau keberuntungan
atau tingkah laku guru atau faktor eksternal lain, yang bukan karena kerja
keras. Sebaliknya, ada siswa yang percaya bahwa sukses dan gagal memang usaha
mereka sendiri. Sukses dikelas adalah suatu hasil dari usah keras dan juga
karena adanya kemampuan pada diri siswa ( faktor internal ) dan juga karena
adanya faktor eksternal seperti keberuntungan, tingkah laku guru dan
sebagainya.
teori
humanistik untuk motivasi
3. Motivasi
dan kepribadian
Kata
motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan tau keinginan
untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Seseorang dapat dimotivasi untuk
makan jika belum makan selama 16 jam , untuk menonton bioskop yang memutar film
yang mendapatkan piala oscar hari ini, dan untuk mendapatkan nilai
bahasainggris yang lebih baik pada semester yang akan datang , dengan kata lain
kata motivasi dapat diterapkan pada tingkah laku dalam berbagai situasi.
4. Motivasi
berprestasi
McClelland
( et. Al. 1953) menggambarkan empat prinsipmotif yang diekspresikan oleh orang
yang berbeda dalam thematic apperaption test atau TAT . TAT ini berisi sejumlah
gambar seri yang melukiskan berbagai gambar situasi. Orang yang mengambil tes
tersebut diharapkan dapat menceritakan sesuatu berdasarkan gambar-gambar yang
tercantumdalam tes.
Empat
rangkaian pertanyaan beriukut yang disampaikan kepada testee.
1) Apa
yang sedang terjadi ? siapa saja orang-orangnya?
2) Hal-hal
apa saja yang terjadi , sehingga sampai pada situasi ini ? apa nyang telah
terjadi pada waktu yang lalu?
3) Apa
yang sedang dipikirkan? Apa yang diinginkan? Oleh siapa ?
4) Apa
yang akan terjadi ? apa yang akan dilakukan ?
Smith
dan field membuat petunjuk bagaimana mengerjakan tes ini. Sejumlah bagian dari
cerita ini menunjukan langkah-langkah pertanyaan.
K.
HARAPAN-HARAPAN
GURU
Brophy dan good (1980) menunjukan bahwa
harapan-harapan guru mungkin akan mempengaruhi siswa dengan cara- cara sebagai
berikut . guru mulai dengan cara mengondisi harapan-harapanya , bagaimana
dengan siswa yang berbeda akan melakukan tugas dengan baik dikelas. Jika guru
mengharapkan siswa mengerjakan tugas dengan baik , siswa mungkin diberi lebih
banyak dorongan dan lebih banyak waktu ketika menjawab pertayaan guru. Karena
siswa diperlakukan berbeda, dan sering memenuhi harapan guru. Siswa yang lebih
diberi lebih banyak dorongan dan diberi lebih banyak waktu, sering menjawab
dengan benar. Jika peraturan ini diulang setiap hari untuk sebulan , diberi
banyak waktu dan dorongan akan melakukan tugas lebih baik, maka skor pada tes
prestasi juga menunjukan kenaikan.
1. Sumber
harapan guru.
Skor
tes intelegensi adalah sumber yang nyata terutama jika guru tidak
menginterprestasi skor secara tepat. Seks juga mempengaruhi guru. Sebagian
besar juga guru cenderung menganggap anak laki-laki lebih banyak membuat
masalah dari pada anak perempuan.masalah datang ketika guru menggunakan
informasi untuk memperoleh harapan yang tidak tepat atau ketika ramalan tepat
diikuti oleh keputusan untuk menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat.
2. Tingkah
laku guru dan reaksi siswa.
Kelompok
yang berbeda selama proses mungkin mempunyai dampak yang baik pada diri siswa .
ini tampak pada siswa yang masih kecil menetapkan untuk masuk kekelompok yang
kemampuan membacanya masih rendah, karena menyadari akan kemampuanya dan
cenderung lebih memilih siswa yang berada pada kelompok yang kemampuan
membacanya lebih tinggi. Siswa yang diharapkan untuk berprestasi cenderung
ditanya lebih banyak pertanyaan, diberikan lebih banyak kesempatan dari pada
siswa yang diramalkan mempunyai prestasi rendah. Jika kita berpikir tentang ini
dari perspektif guru, dapat dimengerti. Mempersiapkan siswa-siswa yang
mempunyai harapan untuk berprestasi tinggi lebih mudah dan dapat bermanfaat
dalam diskusi kelas. Ini sangat sering terjadi pada siswa yang selalu menjawab
dengan benar. Mendapatkan latihan-latihan ekstra , berpartisipasi dalam kelas
berarti siswa-siswa ini menjadi terampil dalam diskusi dan membuat diskusi
lebih menyenangkan.
L.
KECEMASAN
DIDALAM KELAS.
Siswa yang khawatir karena mereka tidak
dapat menyelesaikan tugasnya secara memuaskan sering mengakhiri dengan perasaan
cemas “pengalaman yang mebuat gelisah, merupakan tanda bahwa ada keterangan.”
Fakta dari hasil penelitian ditemukan bahwa siswa yang mengalami kegagalan
akademik dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20% merasa cemas,
hanya 6% siswa yang tidak merasa cemas (spielberg, 1986).
1. Perbedaan
individu dalam masalah kecemasan
Seorang
siswa yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi cemas atua khawatir barangkali
lebih banyak merespons terhadap banyak bentuk situasi, dengan telapak tangan
yang berkeringat , dengan jantung yang berdetak keras. Ini disebut sebagai
trait anxiety (sifat kecemasan). Individu dengna sifat-sifat ini pada umumnya
mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemasnya lebih
intensive dari pada orang lain.
Baru-baru
ini, sigmund tobias (1999) menjelaskan bagaimana kecemasan mempengaruhi siswa
yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk
mencapai prestasi. Ketika siswa sedang belajar materi baru, perhatian sangat
diperlukan. Kita tidak akan belajar jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang
penting. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi secara jelas membagi perhatian mereka
pada materi baru dan pada perasaan nervous mereka. Ketika siswa sedang
berkonsentrasi pada materi baru ( dengan membaca atau mendengarkan kuliah),
mereka menyimpan perasaan kuat dalam dada mereka, mungkin mengatakan kepada
diri mereka sendiri “saya begitu tegang dan saya tidak pernah mengerti materi
ini “. Jadi , sejak siswa mulai merasa cemas dia mungkin telah kehilangan
banyak informasi yang disampaikan guru atau buku yang sedang dibaca.
2. Mengatasi
kecemasan
Seorang
guru seharusnya membantu siswa yang mempunyai kecemasan untuk melihat persoalan
lebih realistis. Kecemasan
dapat muncul secara tiba-tiba dan menganggau perhatian siswa . pelajaran yang
paling efektif untuk siswa yang mempunyai kecemasan tinggi, yang mempunyai
kemampuan rata-rata atau yang memepunyai kemampuan tinggi, ialah dengan membuat
pelajaran yang terstruktur . program yang terstruktur menawarkan penyelesaian.
Program itu membiarkan siswa untuk mengulang dan mengurangi kegagalan yang
sering membuat ketakutan pada siswa yang mempunyai kecemasan tinggi.
Kemungkinan lain adalah dengan audio atau vidio tape yang dapat diputar ulang
untuk mengulang bagian-bagian yang hialng membantu siswa yang cemas agar bisa
belajar.
Timbulnya
kecemasan yang paling besar disekolah pada semua tingkat adalah pada waktu
siswa menghadapi tes atau ujian. Siswa tahu bahwa hasil tes akan mempengaruhi
keputusan pendidikan yang akan datang dan pekerjaan, sehingga tes cenderung
menimbulkan kecemasan pada setiap siswa. Jika siswa cenderung
cemas , barangkali skortes mereka tida valid untuk mengukur kemampuan mereka .
M.
MENJADI
GURU PROFESIONAL
1. Pengertian
Profesionalisme Guru
Profesionalisme
berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan.
Dalam
buku model- model pembelajaran, Didi Atmadilaga, “profesi merupakan wewenang
praktik suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada kemanusiaan secara
intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan
pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang penyelenggaranya
dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi”.
Jadi
dapat ditarik kesimpulan profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian
tertentu yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan
tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang
intensif.
Menurut
Dr. Rusman, M.Pd. profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh sesorang dan menjadi sumber penghasil kehidupan yang memerlukan keahlian
atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
Profesionalisme
berasal dari profession yang berarti
pekerjaan. Menurut Dr. Rusman,M.Pd profesionalisme mengarah kepada komitmen
para anggoa suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembannya.
Profesionalisme
guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencarian.
2.
Pentingnya
Profesionalisme Guru Dalam Pendidikan
Dalam
buku model- model pembelajaran, Sanusi et.al (1991:23) mengutarakan adanya 6
ansumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan yaitu:
1) Subjek
pendidikan
2) Pendidikan
dilakukan secara intensional
3) Teori-
teori pendidikan
4) Pendidikan
bertolak dari asumsi pokok
5) Inti
pendidikan terjadi dalam prosesnya
6) Sering
terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan
Dengan kata lain, profesionalisasi guru
tidsk selesai dengan diberikannya lisensi mengajar kepada mereka yang berhasil
menamatkan pendidikanya.
3. Syarat Menjadi Guru
Profesional
Kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:
1)
Kompetensi pedagogic
2)
Kompetensi personal
3)
Kompetensi profesional
4)
Kompetensi social
Apabila
guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut, maka guru telah memiliki hak
profesional karena ia telah jelas memenuhi syarat- syarat berikut:
1)
Mendapat pengakuan dan
perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung
jawabnya.
2)
Memiliki kebebasan
untuk mengambil langkah- langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya
dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3)
Menikmati teknis
kepemimpinan dan dukungan pengolalaan yang efektif dan efisien dalam rangka
menjalankan tugas sehari- hari.
4)
Menerima perlindungan
dan penghargaan yang wajar terhadap usaha- usaha dan prestasi yang inovatif
dalam bidang pengabdiannya.
5)
Menghayati kebebasan
mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun secara
institusional.
Ciri-
ciri profesi keguruan menurut NEA (National Education Association) yaitu:
1)
Jabatana yang
melibatkan kegiatan intelektual
2)
Jabatan yang menggeluti
batang tubuh ilmu yang khusus
3)
Jabatan yang memerlukan
persiapan latihan yang lama
4)
Jabatan yang memerlukan
latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5)
Jabatan yang
menjanjikan karier hidup dan keanggotaang yang permanen
6)
Jabatan yang menentukan
standarnya sendiri
7)
Jabatan yang
mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
8)
Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang
kuat dan terjalin erat.
4. Kode Etik Guru
Indonesia
Menurut
basumi (ketua umum PGRI, 1973), kode etik guru indonesia adalah landasan moral
dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Menurut
R.Hermawan S (1979) tujuan umum kode etik profesi adalah untuk kepentingan
anggota dan organisasi profesi itu sendiri yaitu:
1)
Untuk menjunjung tinggi
martabat profesi
2)
Untuk menjaga dan
memelihara kesejateraan para anggota
3)
Untuk meningkatkan
pengabdian para anggota profesi
4)
Untuk meningkatkan mutu
profesi
5)
Untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi
Rumusan
kode etik guru indonesia terdiri atas enam bagian, yaitu pengertian tujuan dan
fungsi, sumpah dan janji guru indonesia, nilai- nilai dasar dan nilai- nilai
operasional, pelaksanaan, pelanggaran dan sanksi, ketentuan tambahan dan
penutup.
5. Kinerja Guru
Profesional
Berkaitan
dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam
proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.
Berkenaan
dengan standar kinerja guru, Piet A.Sahertian menjelaskan bahwa, standar
kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya
seperti:
1)
Bekerja dengan siswa
secara individual
2)
Persiapan dan
perencanaan pembelajaran
3)
Pendayagunaan media
pembelajaran
4)
Melibatan siswa dalam
berbagai pengalaman belajar
5)
Kepemimpinan yang aktif
dari guru.
Ukuran
dari kinerja menurut T.R.Mitchell (1989) dapat dilihat dari quality of works,
promthness, initiative and communication. Keempat komponen tersebut adalah
ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik
buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru.
Quality
of works diperjelas bahwa ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari
produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output siswa yang
dihasilkan.
Kualitas
kinerja guru dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan nasional RI No. 16
tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dijelaskan
bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegerasi dalam kinerja guru.
1. Kriteria
Kompetensi Pedagogik, meliputi:
1)
Penguasaan terhadap
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.
2)
Penguasaan terhadap
teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik.
3)
Mampu mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
2. Kompetensi
kepribadian, kriterianya meliputi:
1)
Bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional indonesia.
2)
Menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
3)
Menunjukan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.
3. Kompetensi
sosial, meliputi:
1)
Berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua dan masyarakat.
2)
Beradaptasi di tempat
bertugas diseluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya.
3)
Berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi latihan secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain.
4. Kompetensi
profesional
1)
Menguasai materi,
struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu
2)
Mengembangkan materi
pemlajaran yang diampu secara kreatif
3)
Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
6. Peranan Guru
1)
Guru sebagai
demonstrator
2)
Guru sebagai pengelola
kelas
3)
Guru sebagai mediator
dan fasilitator
4)
Guru sebagai evaluator
Kompetensi
guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban- kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak.
1)
Keterampilan
merencanakan pembelajaran
2)
Keterampilan
melaksanakan pembelajaran
3)
Keterampilan menilai
pembelajaran
Tugas
guru sesungguhnya sangatlah berat dan rumit karena menyangkut nasib dan masa
depan generasi manusia. Mengingat demikian strategisnya tugas guru, maka guru
harus memiliki kompetensi profesional yang memadai. Tugas guru pada dasarnya
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: tugas guru dalam berprofesi, tugas
guru dalam bidang kemanusia di Sekolah dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
7. Indikator Kinerja Guru
Berkenaan
dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Dengan mengaplikasikan
sepuluh kompetensi dasar guru melalui fungsi manajemen pendidikan, secara
operasional selanjutnya indikator penilaian terhadap kinerja guru dalam hal
inipun dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan
guru dalam program pembelajaran
Menurut R.Ibrahim dan Nanan Syaodih
Sukmadinata (1993:37) menyatakan bahwa: Umumnya guru- guru hanya dituntut
menyusun dua macam program pembelajaran, program pembelajaran untuk jangka
waktu yang cukup panjang seperti program semesteran (untuk SMP dan SMA) atau
program catur wulan (untuk SD) dan program untuk jangka waktu singkat yaitu
untuk setiap satu pokok bahasan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dikelas adalah
inti penyelenggaran pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan
kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan metode dan strategi
pembelajaran.
a.
Pengelolaan kelas
b.
Penggunaan media dan
sumber belajar
c.
Penggunaan mtode
pembelajaran
3. Evaluasi
dalam kegiatan
Pada tahap ini seorang guru dituntut
memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan dan cara- cara evaluasi, penyusunan alat- alat evaluasi,
pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Evaluasi tersebut meliputi:
1.
Kegiatan remedian
2.
Kegiatan perbaikan
program pembelajaran
Keterampilan
dasar mengajar merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui
tidakan. Keterampilan dalam mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat
digambarkan melalui sembilan keterampilan mengajar, yakni:
1)
Keterampilan membuka
pelajaran
2)
Keterampilan bertanya
3)
Keterampilan memberi penguatan
4)
Keterampilan mengadakan
variasi
5)
Keterampilan
menjelaskan
6)
Keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil
7)
Keterampilan mengelola
kelas
8)
Keterampilan
pembelajaran perseorangan
9)
Keterampilan menutup
pelajaran
8. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis serta menafsirkan
data tentang proses dan hasil yang dilakukan secra sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengampilan
keputusan. Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian
kegiatan yang terdapat pada SK Menpan No.84/1993 dilakukan dengan memfokuskan
pada unsur kegiatan berikut:
1)
Pendidikan
2)
Pengembangan profesi
3)
Kegiatan penunjang
proses pembelajaran dan bimbingan
Pelaksanaan
Penilaian Kinerja Guru
Teori
dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai guru hubungannya dengan
kualitas kinerja guru menurut T.R.Mitchell (1978) yaitu:
|
Dari
formula tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi dan abilitas adalah unsur yang
berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
1.
Motivasi
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan intensif keuangan dan pendekatan analisis pekerjan serta struktur penggajian. Berdasarkan pendekatan tersebut maka dikalangan para guru jabatan guru dapat dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi para guru untuk meningkatkan kemampuannya.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan intensif keuangan dan pendekatan analisis pekerjan serta struktur penggajian. Berdasarkan pendekatan tersebut maka dikalangan para guru jabatan guru dapat dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi para guru untuk meningkatkan kemampuannya.
2. Abilitas
Menurut Bob Davis et.al. (1994:235)
skill dan abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan dimana abilitas
seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.
3. Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks
profesi guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar.
Indikator
jabatan fungsional kinerja guru sesuai
dengan rincian kegiatan yang terdapat dalam SK Menpan No. 84/1993, dilakukan
dengan memfokuskan pada unsur kegiatan sebagai berikut:
1)
Pendidikan
Pendidikan
adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan
terlihat upaya yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikannya.
2)
Pengembangan profesi
Upaya-
upaya pengembangan yang dilakukan guru dapat dilihat dari kegiatan- kegiatan
yang diikutinya seperti kegiatan karya tulis / karya ilmiah dalam bidang
pendidikan, penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan, membuat
alat- alat peraga sederhana untuk proses pembelajar dan mengikuti kegiatan pengembangan
kurikulum.
3)
Kegiatan penunjang
proses pembelajaran dan bimbingan
Kegiatan
penunjang disini adalah kegiatan yang menggambarkan upaya guru dalam menambah
wawasan dan pengalaman sebagai kebutuhan yang akan menunjang kemampuan guru
dalam proses pembelajaran.
Memantau
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
memantau pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan
yang terjadi dalam interaksi langsung melalui kegiatan monitoring antara
seseorang pemantau dengan seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
sehingga pembelajaran dapat dilakukan sebaik mungkin. Dengan kegiatan ini
diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan baik, sehingga proses
pembelajaran menjadi kegiatan yang menyenangkan siswa.
N.
PROFESI GURU DAN
KEPENDIDIKAN DALAM SISTEM ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Kedudukan
Guru dan Tenaga Kependidikan Sebagai Tenaga Profesional dalam Administrasi dan
Manajemen Pendidikan
Administrasi
sebagai suatu seni (art) atau administrasi dalam praktek, sesungguhnya telah
ada bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia. Sampai tahun 1886 manusia
hanya mengenal administrasi sebagai seni (art) kemudia pada tahun 1886
muncullah ilmu baru dibidnag administrasi dan ilmu-ilmu lain. Walaupun
administrasi merupakan manajemen, akan tetapi administrasi mempunyai banyak
aspek lain lagi, sehingga sampai batas-batas tertentu dapatlah dikatakan bahwa
manajemen merupakan inti dari administrasi.
2. Konsep
Dasar Administrasi Pendidikan
Administrasi
pendidikan adalah kegiatan orang banyak yang menuju ke pada satu tujuan yang telah ditetapkan
sebelum pekerjaan itu dimulai. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya
tentang administrasi salah satunya Admosudirdjo (1980) administrasi sebagai
objek studi ilmu administrasi paling sedikit mempunyai beberapa arti salah
satunya adalah (1) administrasi merupakan suatu fenomena social, suatu
perwujudan dalam masyarakat modern, (2) administrasi merupakan suatu hayat atau
kekuatan yang memberikan hidup atau gerak kepada suatu organisasi, (3)
administrasi merupakan suatu fungsi fungsi tertentu mengendalikan,
menggerakkan, mengembangkan, dan mengarahkan suatu organisasi, yang dijalankan
oleh administrator dibantu oleh tim bawahannya.
Konsep
Dasar Manajemen Pendidikan
Suatu
aktifitas atau seni mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin
dikerjakan melalui proses perencanaan, mengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Fungsi-
Fungsi Administrasi dan Manajemen Pendidikan
1) Fungsi
Perencanaan
Perencanaan
sebagai keseluruhan proses pemikiran dan menentukan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan pada masa akan datang untuk pencapaian tujuan yang telah
ditentukan (Siagian, 1980).
2) Fungsi
Pengorganisasian
Pengorganisasian
menurut Terry (1977) adalah pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk
diselesaikan oleh anggota kelompok, penentuan hubungan – hubungan pekerjaan di
antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatutunya.
3) Fungsi
Penggerakkan (Actuating)
Penggerakkan
atau istilah pembimbingan menurut The Liang Gie merupakan aktivitas seorang
manajer dalam pemerintah, menegaskan, menjuruskan, mengarahkan, dan menuntun
karyawan atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekejaann dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4) Fungsi
Pengorganisasian
The
Liang Gie (1983 :216) merupakan rangkaian aktifitas menghubungkan ,
menyatupadankan, dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya.
5) Fungsi
Pengarahan
Pengarahan
dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah
ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadi
pemborosan.
6) Fungsi
Pengawasan dan Pemantauan
Untuk
memastikan semua program dan kegiatan telah dan sedang dilaksanakan sesuai yang
direncanakan, maka setiap organisasi melakukan kegiatan pengawasan atau
control.
4. Refleksi
Penerapan Administrasi Pendidikan dalam Perspektif Profesi Kependidikan
Pembahasan
mengenai teori administrasi dan manajemen pendidikan adalah sesuatu yang tidak
sederhana, sebab bagi sebagian besar orang sulit untuk menentukan kebijakan
oleh eksekutif dan legislative termasuk bagian dari kegiatan administrasi dan
manajemen pendidikan.
1) Refleksi
Penyelengaraan Administrasi Sekolah
Administrasi
pendidikan sebagai bagian dari system penyelenggaraan pendidikan untuk
pengimplementasikan fungsi-sungsi manajemendalam menggerakkan roda organisasi
sebagai upaya mencapai tujuan.
2) Refleksi
Profesi Kependidikan
Organisasi
pendidikan pemerintah daerah dan organisasi sekolah, merupakan suatu badan baik
yang hubungannya merata (horizontal) maupun menegak (vertical) yang disebut
dengan struktur organisasi yang terdiri
dari pimpinan dan pelaksana.
O.
GURU PROFESIONAL
MEMPUNYAI KEMAMPUAN MELAKUKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM MENDUKUNG PROSES
PEMBELAJARAN
1. Pengembangan
dan Implementasi Kurikulum
Kurikulum
menyiapkan peserta didik untuk dapat hidup dan mempersembahkan karyanya dalam
masyarakat. Dengan demikian dalam system pendidikn, kurikulum merupakan komponen
penting untuk menjelaskan tujuan dan arah pendidikan serta pengalaman belajar
yang harus dimiliki peserta didik. Segala (2007) menegaskan bahwa kurikulum
merupakan salah satu indicator yang menentukan berhasil tidaknya kinerja suatu
pendidikan, oleh karena itu kurikulum harus dikelola secara baik dan
professional oleh orang yang professional.
Menurut
Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran
(out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal
1, ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Ada
beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang perlu diperhatikan yaitu : (1)
objektivitas; (2) keterpaduan; (3) manfaat; (4) efesiensi dan efektifitas; (5)
kesesuaian; (6) keseimbangan; (7) kemudahan; (8) berkesinambungan; (9)
pembakuan.
2. Model
Pengembangan Kurikulum
1) Model
Taba
Model
pengembangan oleh Taba (1962) lebih menitikberatkan bagaimana cara
mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses memperbaiki dan menyempurnakan
dengan cara induktif.
2) Model
Tyle
Lebih
bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai tujuan, dan misi suatu
lembaga pendidikan.
3) Model
Weinstein dan Fantini
Bahwa
suatu mdel dikembangkan melalui perwakilan dan perpindahan kedudukan; model ini
memusatkan pada kebutuhan dan perhtian dari orang yang belajar.
4) Model
Miller dan Seller
Model
implementasi kurikulum yang dikembangkan dan digunakan menurut Miller dan
Seller (1985 : 249) untuk mendukung proses belajar mengajar.
5) Model
Rongers
Ada
empat pengembangan model Rongers, yaitu (1) pemilihan target drai system
pendidikan; (2)partisipasi guru secara sukarela dalam pengalaman kelompok yang
intensif; (3)pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas
atau unit pelajaran; (4) partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok yang
dapat dikoordinasi oleh komite sekolah masing-masing.
3. Implementasi
kurikulum
Terjemahan
kurikulum dokumen menjadi kurikulum sebagai aktivitas atau kenyataan
seperangkat kegiatan yang menyusul suatu keputusan untuk mencapai sasaran. Guru Profesional
Mampu mengembangkan dan
Mengimplementasikan Kurikulum.
1. Kompetensi
Pendidik
Kompetensi
pada hakikatnya mengambbarkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
yang harus dikuasaipeserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak. Pusat kurikulum Depdiknas (2002) mengatakan kompetesi merupakan
pengetahuan, ketrampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dn bertindak secara konsistem dan terus menerus.
2. Guru
melakukan sentuhan pedagogik dalam mengembangkan kurikulum
Kompetensi
pedagogic adalah kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar
bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang
disiapkan yaitu bagaimana pendidik (1) memiliki pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan (2) memiliki pemahaman terhadap peserta didik (3) mampu
mengembangkan kurikulum/silabus (4) mampu menyusun rancangan pembelajaran (5)
melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dll.
3. Model
kurikulum dan hasil belajar
Model
dan hasil belajar saling berkaitan satu sama lain model yang dapat dilaksanakan
dengan baik tentu dapat menghasilkan hasil yang baik pula.
Model
kurikulum teknologis atau kurikulum berbasis kompetensi menekankan isi
kurikulum, tetapi berupa kompetensi atau kecakapan dan ketrampilan kerja,
dengan cirri utama pencapaian kompetensi minimal dalam bidang studi tertentu,
oleh karena itu disebut berbasis kompetensi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tugas
guru adalah merencanakan kurikulum, mengorganisaikan prosedur dan
sumber-sumber, mengatur lingkungan, untuk dapat bekerja secara lebih efisien,
dan mengatur masalah-masalah potensi yang dipunyai siswa.
Psikologi
pendidikan mempelajari pelajar atau siswa, belajar, dan mengajar.
Prinsip-prinsip ini memusatkan perhatian, dimana informasi, keterampilan,
nilai, dan sikap diteruskan dari gurunke siswadi kelas.
Ahli-ahli
psikologi pendidikan menerapkan pengetahuan psikologi pendidikan dari berbagai
bidang ilmu dan juga menciptakan ilmu pengetahuna psikologi sendiri mereka
menggunakan metode ilmiah dan juga mengembangakan metode mereka sendiri.
Beberapa
prinsip pengembangan kurikulum yang perlu diperhatikan yaitu : (1)
objektivitas; (2) keterpaduan; (3) manfaat; (4) efesiensi dan efektifitas; (5)
kesesuaian; (6) keseimbangan; (7) kemudahan; (8) berkesinambungan; (9)
pembakuan.
B.
Saran
Semoga pembahasan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khusunya. Kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk dapat lebih baik lagi dalam tugas
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Sagala,Syaiful. 2008. Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: IKAPI
Rusman. 2012. Model- model
pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persanda
LAMPIRAN
1.
Ria Destiana : Menjadi Guru Profesional
2.
Intan Indah Saputri : Psikologi Pendidikan 1
3.
Dewi Amelia : Psikologi Pendidikan 2
4.
Ariyanti Nurrohmah : Kemampuan profesional guru dan tenaga
kependidikan
Komentar
Posting Komentar