Guru Profesional (Psikologi Guru)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tidak ada aspek lain dari pengajaran yang sering disebut sebagai masalah yang besar karena perspektif, permulaan tahun ajaran baru, dan pengalaman guru sebagai pengelola kelas. Tidak ada aspek lain dari pengajaran yang begitu sering didiskusikan dalam buku-buku profesional atau tempat duduk disekolah atau difakultas. Alasan ini adalah sederhana saja, karena pengelolaan kelas adalah suatu rangkaian tingkah laku yang kompleks, dimana guru dituntut untuk mengembangkan dan mengatur kondisi kelas yang akan memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar secara efesien.

Guru yang mengajar dengan menarik , memberikan pelajaran secara tersusun dengan baik, memberikan tugas sesuai dengan kemempuan siswa yang berbeda, menggunakan incentive atau hadiah, dan mengatur waktu secara efektif akan kurang menghadapi masalah. Mengingat pentingnya guru sebagai komponen pendidikan maka dalam laporan ini kami akan membahas bagaimana menjadi guru yang sesuai dalam pembelajaran dilihat dari faktor psikologi pendidik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian psikologi pendidikan?
2.      Bagaimanakah Guru yang profesional?
3.      Bagaimanakah Guru yang berpotensi akademik?

C.    Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dalam pembahasan ini yaitu kita dapat mengetahui bagaimana cara pendidik yang profesional dilihat dari psikologi dan potensi akademiknya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    KEPUTUSAN YANG DIBUAT GURU
Sebelum mempelajari aspek belajar mengajar yang terpisah, kita seharusnya mengerti variable-variabel lain yang lebih luas. Limbo (1989) mengidentifikasi model pengajaranb yang tepat sebagai diagnosis, petunjuk, dan normative. Yang disebut diagnosis sebagai berikut.
1.    Mengidentifikasi kemampuan kognitif siswa.
2.    Menunjuk tujuan intruksional yang tepat untuk kemampuan kognitif, cara, atau gaya belajar siswa.
3.    Menyelesaikan masalah dari aktivitas pengajaran.

Model ini intinya menunjuk pada perbaikan (remedial) jika tidak terjado belajar. Model instruksional yang baik adalah memberikan petunjuk atau ketentuan-ketentuan dan juga memberikan beberapa prosedur garis pengarahan untuk mengembangkan situasi belajar.

Akhirnya, model instruksional yang baik adalah normatif, artinya memberikan criteria-kriteria umum untuk menentukan apakah kondisi belajar tidak ditemukan. Model ini juga nenekankan pada tingkah laku guru yang dapat menyebabkan timbulnya belajar.

Tugas Mengajar
Beberapa ahli psikologi menunjuk penilaian ini sebagai tingkah laku keterlibatan siswa (entry behavior). Dalam mengukur keterlibatan siswa diperlukan paling sedikit dua jenis pengukuran. Pertama adalah kontimum-dari mudah ke sulit-yang paling banyak pada bidang-bidang isi mata pelajaran. Contoh, seorang siswa yang baru dapat mengalikan satu digit angka (3x5) tidak dapat mengalikan dua atau tiga digit angka (45x34, 234x432). Memulai dengan memperhatikan tingkat kesulitan merupakan sesuatu yang penting dalam program pengajaran.
Dimensi kedua dari tempat mengajar adalah tingkat kesulitan. Contoh, taksonomi tujuan pendidikan-ranah kognitif (Bloom et al., 1956) yang dibicarakan dalam bab IV, mengategorikan pengetahuan kedalam sejumlah tingkat-tingkat yang membantu guru untuk menentukan apakah siswa mempunyai pengetahuan dan pengertian, menyimpulkan, menerapkan, menganalisis, menyintesis, mengevaluasi dengan pengetahuan lain, atau beberapa kombinasi dari semua ini.

1)      Tingkah Laku Siswa
Sebelum menentukan tujuan instruksional, kita juga harus mempertimbangkan tingkah laku siswa. Apa yang harus mereka lakukan untuk belajar? Membaca, menulis atau mengarang? Tingkah laku mereka haris sesuai dengan tujuan. Siswa-siswa tidak dapat belajar berdiskusi hanya dengan membaca buku tentang bagaimana kita berdiskusi atau menyelesaikan soal kimia hanya dengan mengingat rumus.

Sintesis pertama dan kedua adalah keputusan mengajar, apa yang akan siswa pelajari, dan bagaimana mereka akan belajar mata pelajaran itu, merupakan tujuan instruksional dari satu mata pelajaran. penentuan tujuan ini akan mebantu kita apakah kita sukses dalam mengubah tingkah laku siswa.

Mengindetivikasi beberapa model merupakan tanggung jawab kita untuk mempertimbangkan bagaimana kita akan mengajar suatu mata pelajaran. Merencanakan tujuan pengajaran tanpa pertama-tama mengukur kebutuhan dan kemampuan siswa-siswa akan mengarah pada pengajaran hal-hal yang tidak perlu atau tidak tepat.

2)      Tingkah Laku Guru
Keputusan lain yang paling pnting adalah menjawab pertanyaan bagamana proses intruksional itu. Bagaimana guru akan membuat siswa belajar dengan mudah? Setiap guru berbeda dalam cara mengajar. Perbedaan ini meliputi tingkat perencanaan, sejumlah pengontrolan tingkah laku siswa, metode pengajaran, pembentukan kelompok dan sebagainya.
Metode dari gambar 1.1 menunjukan identifikasi dari sejumlahvariabel yang seharusnya mempengaruhi metodologi dari instruksional guru. Teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, perbedaan individu siswa, dan tingkah laku guru.

Teori dan prinsip-prinsip belajardapat membantu guru dalam menentukan variable dan kondisi mana yang akan mendukung siswa dlam memperbaiki prestasi (Lembo, 1989) menunjukan bahwa tidak semua pengajaran adalah sama dan guruy membutuhkan cara mengajar yang baik yang akan berpengaruh terhadap pengajaran. Pengulangan dan prinsip-prinsip penting dalam pengajaran. Mengetahui teori-teori dan prinsip-prinsip belajar dapat memperbaiki keputusan yang dibuat guru dalam memilih metodologi pengajaran yang tepat. Ini juga akan membantu seorang guru untuk mengerti asumsi-asumsi yang lebih baik yang terletak dibelakang berbagai prosedur dan praktik pendidikan.

Variable lain adalah mempertimbangkan suatu keputusan, bagaimana seharusnya guru mengajar. Seperti telah ditunjukan pada permulaan, informasi-informasi ini juga penting ketika guru memutuskan apa yang harus dipelajari. Contoh, guru harus membuat modifikasi belajar yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa mereka. Seorang ahli psikologi perkembangan, Piaget (1964) menyatakan bahwa kemampuan seorang anak untuk belajar konsep tertentu berhubungan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif mereka. Variable lain yang mempengaruhi adalah bagaimana guru mengajar. Seperti halnya siswa, guru juga berbeda dalam cara atau gaya mengajar, kepribadian tertentu dan harapan-harapanya.

Pengelolaan kelas adalah komponen penting dari tingkah laku guru. Lembereh(1989) memandang bahwa mengatur kelas mirip seperti membuat karangan. Tugas guru adalah merencanakan kurikulum, mengorganisaikan prosedur dan sumber-sumber, mengatur lingkungan, untuk dapat bekerja secara lebih efisien, dan mengatur masalah-masalah potensi yang dipunyai siswa. Penelitian ini menunjukan bahwa guru-guru yang mengatur kelas dengan baikjuga cenderung untuk menghasilkan siswa yang lebih suka belajar (Good & Drows, 1975, McDonald & Ebas, 1976).

Walaupun penilaian adalah suatu variable yang terpisah, penilaian ini memanifestasikan perencanaan tujuan dan kelanjutan melalui proses instruksional. Dengan menggunakan model belajar mengajar, sekarang kita dapat mengumpulkan keputusan penting sehingga proses belajar-mengajar terjadi. Harap diingat bahwa setiap keputusan tidak beroperasi sendiri-sendiri, tetapi berinteraksi dengan yang lain dan dengan cara-cara terentu. Kesimpulan tersebut sebagai berikut.
1)      Tugas-tugas belajar apa yang adapat dilakukan siswa dalam tahap keterlibatan siswa?
2)      Tingkah laku belajar bagaimana yang cocok dengan tugas-tugas dan sifat-sifat atau kepribadian siwa?
3)      Tujuan instruksiaonal pelajaran manakah yang penting?
4)      Prinsip-prinsip belajar apakah yang guru terapkan dalam tugas-tugas mengajar?
5)      Perubahan apa yang diperlukan bagi siswa?
6)      Bagaimana kopetensi guru sendiri serta kepribadianya dapat digunakan untuk menerapkan keputusan-keputusan pengajaran dalam kegiatan belajar yang efektif?
7)      Metode manakah yang terbaik untuk mencapai tujuan instruksional?
8)      Bagaimana guru akan memadukan keputusan-keputusan yang terdahulu kedalam proses belajar mengajar?
9)      Bagaimana proses belajar mengajar dapat sukses? Apa yang terjadi sekarang?
Dalam pengajaran, peranan guru dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan tiga fungsi dasar pengajaran ditunjukan dalam gambar 1.2 yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) evaluasi.
1.      Fungsi perencanaan mengharuskan guru untuk membuat keputusan tentang kebutuhan siswa mereka, tujuan yang paling tepat dan tujuan untuk membantu menemukankebutuhan itu, perlunya motivasi untuk mendapatkan tujuan mereka, serta model pengajaran dan strategi mengajar yang paling cocok untuk pencapain tujuan itu.

Beberapa ketrampilan mengajar yang mendukung fungsi perencanaan meliputi: mengobservasitingkah laku siswa, mendiagnosis kebutuhan siswa,merangkai urutan tujuan dan menentukan kegiatan belajar yang tepat yang berhubungan dengan tujuan.

2.      Fungsi pelaksanaan mengharuskan guru melaksanakan keputusan yang dibuat pada tahap perencanaan, terutma yang berhubungan dengan model pelaksanaan, strategi mengajar, dan kegiatan belajar.

Ketrampilan mengajar yang mendukung fungsi pelaksanaan meliputi antara lain: menyampaikan dan menjelaskan mata pelajaran, mendengarkan, memperkenalkan, mendemonstrasikan, memperoleh respons dri siswa dan menutup.

3.      Fungsi evaluasi atau penilaian memerlukan keputusan tentang tujuan yang dipilih yang sama dengan pedoman strategi pengajaran terhadap tujuan, dan akhirnya apakah siswa mengerti atau tidak terhadap apa yang disampaikan guru.

Ketrampilan belajar khusus yang di evaluasi, gambaran informasi yang dibutuhkan untuk membuat penilaian, mendapatkan, menganalisis, dan mencatat informasi itu, dan akhirnya membuat keputusan. Umpan balik adalah informasi baru yang kiap roses untuk membuat keputusanagar sesuai dengan fungsi perencanaan, pelaksanaan, atau evaluasi,atau melanjutkan pada basis yang sama. System ini adalah system pembuat keputusan dengan mengoreksi diri sendiri.
 


Model ini khususnya mewakili suatu teori pengajaran dan membuat beberapa asumsi dasar yaitu:
1.    Pertama, model ini mengansumsikan bahwa pengajaran bertujuan langsung, yaitu ada beberapa perubahan dalam berpikir siswa atau tingkahlaku siswa yang ditemukan.
2.    Kedua, model ini mengasumsikan bahwa guru aktif dalam membentuk tingkah lakunya sendiri. Merka membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan, dan menyesuaikan dengan informasi baru mengenai dampak dari kegiatan mereka.
3.    Ketiga, model ini mengasumsikan bahwa pengajaran pada dasarnya merupakan proses yang rasional yang dapat diperbaiki dengan memeriksa komponen-komponen dan menganalisisnya.
4.    Keempat, model ini juga mengasumsikan bahwa guru, oleh kegiatan mereka sendiri, dapat mempengaruhi siswa untuk merubah tingkah laku yang diinginkan.

B.     BIDANG BIDANG KOPETENSI GURU PADA UMUMNYA
Guru yang terlatih dengan baik, akan mempersiapkan empat bidang kopetensi guru yang efektif dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Kopetensi itu sebagai berikut.
1.      Memiliki pengetahuan tentang teori belajar dan tingkah laku manusia.
Guru yang latar belakang teorinya dan pengertian psikologi pendidikanya kurang, akan memberikan ilmu pengetahuan yang berasal dari konsep yang menurut kepercayaan merka paling popular dan masuk akal, pengetahuan itu sering kurang bermanfaat bagi siswa.

Suatu contoh konsep yang berasal dari psikologi dan yang mempunyai implikasi untuk guru-guru adalah konsep penguatan (reintforcements). Dari pengajaran psikologi yang didapat guru sebelumnya tahu bahwa tingkah laku yang diperkuat atau barang kali diulang.

Karena pengetahuan teori dapat digunakan untuk menginterpretasi situasi dan menyelesaikan masalahn banyak kejasian-kejadian di kelas yang mungkin sebaliknya tidak dierhatikan atau tetap tidak dapat dijelaskan, diketahui, dan dipecahkan oleh penerapan teori-teori dan konsep tingkah laku manusia.

2.      Menunjukan sikap dalam membantu siswa belajar dan memupuk hubungan dengan manusia lain secara tulus.
Bidang kedua dari kopetensi yang diidentifikasikan sebagai hal penting untuk pengajaran yang efektif harus dilakukan dengan sikap. Sikap adalah suatu kecendrungan untuk berbuat atau bertindak secara positif atau negative terhadap orang-orang, ide-ide atau kejadian-kejadian. Sebagian besar pendidik yakin bahwa sikap guru adalah dimensi yang sangat penting dalam proses mengajar. Sikap mempunyai dampak langsung pada tingkah laku kita. Sikap kita menentukan bagaimana kita meninjau diri kita sendiri dan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Kategori utama dari sikap yang mempengaruhi tingkah laku mengajar adalah:
1)      Sikap guru terhadap dirinya sendiri
2)      Sikap guru terhadap anak-anak
3)      Sikap guru terhadap teman sejawat dan orang tua
4)      Sikap guru terhadap mata pelajaran

3.      Menguasai mata pelajaran yang dikerjakan.
Menguasai mata pelajaran yang diajarkan adalah suatu kebutuhan yang diperlukan bagi setiap guru. Seorang guru suatu mata pelajaran harus mempersiapkan sungguh-sungguh dua aspek yaitu: (1) mempelajari sungguh-sungguh mata pelajaran itu sendiri dan (2) memilih secara bijaksana bahan yang dapat diteruskan kepada siswa dengan berhasil.

Untuk menjadi komunikator yang efektif, mereka harus tau seberapa jauh pengertian anak pada mata pelajaran. Guru harus tau bahwa isi mata pelajaran yang diajarkan, sama seperti guru tahu disiplin ilmu yang dia dapat dari perguruan tinggi.

4.      Mengontrol ketrampilan teknik mengajar sehingga memudahkan siswa belajar.
Keempat bidang kopetensi memerlukan guru yang efekti, yaitu yang memiliki daftar ketrampilan mengajar. Guru tampil mengajar dapat dengan mudah menghadapi siswa yang mempunyai latar belakang dan kecerdasan yang bervariasi. Program pendidikan guru harus meliputi komponen latihan yang memusatkat pada ketrampilan mengajar. Komponen pengetahuan melibatkan persiapan guru untuk memusatkan perhatian pada konteks atau pada yang dilatih, seperti mengobservasi, menganalisis, dan mengubah tingkah laku.

C.    MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI GURU BARU
Semua guru dihadapkan pada masalah-masalah. Masalah banyaknya siswa dalam satu kelas, masalah ekonomi, masalah kenakalan anak-anak, masalah tekanan masyarakat yang kurang menghargai peranan guru, gaji guru yang tidak pantas, dan sebagainya. Biasanya guru tidak akan meniggalkan profesi mereka hanya karna tidak dapat mengajar atau menguasai ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Kemungkinan mereka meninggalkan profesi guru karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dalam hal materi.

Ryan (1985) menemukan bahwa guru-guru muda ini mengeluh, seperti siswa yang sangat sulit dikuasai, kesulitan motivasi siswa sehingga pelajaran yang diberikan tidak efektif, serta tugas adminitratif yang tidak sedikit.

Filler (1995) membagi guru dalam tiga fase. Mereka menyebut fase pertama sebagai fase survive. Tahap ini ditandai oleh kecemasan dan kekuatan, karena guru dianggap sebagai orang yang pandai mengajar.”Apakah siswa menyukai saya?” “apakah pikiran guru lain terhadap saya?” “apakah kepala sekolah berfikir saya telah melakukan pekerjaan dengan baik?”. Pada saat permulaan mengajar, ada beberapa guru yang menjadi lebih negative dan otoriter setelah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. (Dutton, 1972; Khan & Wess, 1973). Tetapi tingkah laku guru-guru ini lama-lama akan berubah dan mereka berharap dapat bertingkah laku yang lebih baik dalam mengajar maupun dalam mengontrol siswa, dan akhirnya sukses dalam mengajar.

Jika seorang guru merasa bahwa mereka survive terhadap tuntutan pengajaran, mereka akan menjadi lebih memperhatikan prestasi siswa dan masuk tahap kedua, yaitu tahap guru memperhatikan situasi. Dalam tahap ini guru akan frustasi karna keterbatasan dalam menguasai berbagai bidang ilmu yang harus diajarkan kepada siswa. Besarnya kelas, terbatasnya waktu, kurang sumber materi pengajaran adalah contoh-contoh penyebab frustasi karena berbagai situasi pengajaran.

Sampai tahap pertama kedua guru tidak tampak menginjak tahap ketiga, dimata Fuller dan Brown mengidentifikasikanya sebagai tahap memperhatikan siswa misalnya ,mengenal kebutuhan social dan emosi anak-anak pada tingkat perkembangan yang berbeda, mengidentifikasi perbedaan individu dalam kelas, dan menyadari beberapa materi yang tidak tepat untuk siswa tertentu.

Chruckshank dan Callhan (1983) percaya beberapa guru tidak pernah sampai pada tahp ketiga karena mereka meninggalkan pengetahuan psikologi atau berjuang dalam tahun-tahun tahap kedua, yaitu sibuk dengan diri mereka sendiri dan dengan apa yang akan mereka ajarkan. Implikasi penting dari penelitian Fuller dan Brown adalah bahwa guru-guru yang masih muda membutuhkan waktu untuk memusatkan pikiranya pada perkembangan pribadi diri mereka sendiri, dan kebutuhan mereka sendiri akan mempengaruhi hubunganya dengan siswa didalam kelas.

D.    MENGAJAR SEBAGAI SENI DAN ILMU PENGETAHUAN
Jika suatu senin maka pengajaran memerlukan inspirasi, instuisi, bakat dan kreativitas, sehingga sangat sedikit yang betul-betul dapat diajarkan. Jika pengajaran adalah suatu ilmu pengetahuan, maka mengajar memerlukan pengetahuan dan ketrampilan, dan ini sesungguhnya dapat dipelajari. Jika kita mengambil ilmu pengetahuan secara ekstrim, mengajar adalah hanya memilih dan menerapkan rumus-rumus yang benar untuk setiap situasi kelas. Beberapa pendidik kenyataanya berpandangan salah satu yang ekstrem. Mereka percaya sepenuhnya bahwa mengajar adalah ilmu pengetahuan.

Apakah kita mengajar anak atau remaja disekolah, dirumah sakit atau di industry, mengajar adalah kompleks dan rumit. Yang penting untuk diketahui adalah apa itu mata pelajaran, bagaimana siswa kita, dan bagaimana proses mengajar dan belajar. Ada juga suatu kebutuhan untuk memiliki atau mengembangkan suatu bakat tertentu dalammengajar yang berhubungan dengan peranan aspek seni. Bagaimanapun juga, ternyata lebih banyak yang harus dimasukan dalam suatu definisi mengajar. Marilah kita lihat beberapa aspek-aspek berikut.

1.      Peranan guru
Sebagian besar orang menganggap bahwa guru adalah orang yang membantu orang lain belajar. Ia tidak hanya menerangkan, melatih, member ceramah, tetapi juga mendisain materi pelajaran, membuat pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa, dan mengatur kedisiplinan. Selain itu, mereka juga harus menyimpan kartu catatan, mengatur kelas, menciptakan pengalaman belajar, berbicara dengan orang tua dan membimbing siswa. Seorang guru mempunyai peranan banyak sekali. Kita akan membicarakan beberapa dari pertanan ini.
1)      Guru sebagai ahli instruksiaonal
Guru harus secara tetap membuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya. Keputusan ini didasarkan sejumlah factor yang meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai. Bagaimanakah cara terbaik untuk mengajarkan perkalian pada anak kelas II SD? Bagaimana kita dapat mengajarkan pelajaran mengarang secara kreatif untuk siswa-siswa kelas I SMP yang belum pernah di ajar ketrampilan mengarang? Buku apa yang harus kita gunakan untuk mengajar membaca siswa kelas II SMA? Haruskah kita memperbolehkan siswa membuat pekerjaan rumah secara mandiri atau kelompok? Yang manakah yang terbaik untuk mata pelajaran ini: ceramah, diskusi belajar mandiri, atau menghafal? Apaka kita harus menggunakan OHP, televisi, slide, peta dalam mengajar, dan apakah kita dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar tersebut? Guru membuat pilihan keputusan mengajar ini setiap minggu. Ditambah lagi mereka diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang mata pelajaran itu sendiri.

2)      Guru sebagai motivator
Tidak ada satupyun guru yang dapat mengajar secara otomatis. Siswa juga harus berbuat dan bertindak. Salah satu peranan guru yaitu paling penting adalah sebagai motivator. Untuk memenuhi keinginan siswa-siswa, dapat dibuat papan yang bias diisi oleh siswa sendiri, misalnya karangan, gambar, lukisan, lelucin, dan sebagainya. Bias juga dengan memberikan nilai (bagi yang baik) yang disertai dengan hadiah dan yang mendapat nilai buruk dengan mengatakan jangan putus asa atu belajar lebih giat. Bahan mata pelajaran dapat dipilih bersama siswa (yang dimintai siswa) dan akan membantu siswa untuk belajar.motivasi siswa tidak hanya disampaikan pada permulaian tahun ajaran baru saja, tetapi juga pada saat-saat diperlukan.

3)      Guru sebagai manajer
Sebagian besar guru SD menghabiskan waktu rata-rata 30% sehari untuk berinteraksi langsung dengan siswa. Di SMP, presentasenya lebih tinggi lagi untuk berada di sekolah. Mengelola kelas meliputi: mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi pelajaran, melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, menetapkan nilai, bertemu dengan guru-guru lain dalam rapat guru,bertemu dengan orang tua siswa, menyimpan catatan-catatan tentang pribadi siswa-siswanya dan sebagainya.

Sebagai seorang guru, kita juga akan berhadapan dengan bentuk-bentuk pengolahankelas yang lain, yaitu mengatur lingkungan belajar yang relative sehat, bebas dari masalah-masalah tingkah laku, sehingga kelas dapat melanjutkan proses belajar mereka.

4)      Guru sebagai konselor
Walaupun guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor, mereka harus sensitive dalam mengobservasi tingkah lakusiswa. Mereka harus mencoba merespons secara konstruktif ketika emosi siswa mulai mengganggu belajar. Mereka harus tahu ketika ada siswa yang membutuhkan bantuan ahli jiwa. Guru-guru sering diharapkan untuk mengadministrasikan tes inteligensi, tes prestasi atau tes minat, dan menginterpretasikan tes-tes ini untuk siswa dan orang tua mereka. Dalam setiap kelas, ada saja siswa-siswa yang membawa masalah pribadi yang disampaikan kepada guru. Kita harus menyadari bahwa adanya bahaya dalam situasi ini. Peranan orang tua, nilai masyarakat, kebutuhan guru dan siswa harus dipertimbangkan.

5)      Guru sebagai model
Dalam banyak kasus guru tidak menyadari peranan mereka sebagai model. Sebagai contoh, guru-guru secara tetap bertindak sebagai model dalam menunjukan bagaimana kita berfikir untuk menyelesaikan masalah.

Jika mereka melibatkan siswa-siswa untuk memilih alternative penyelesaian, maka siswa akan belajar bahwa mereka sendiri mampu menghadapi masalah-masalah itu.

E.     PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan mempelajari pelajar atau siswa, belajar, dan mengajar. Prinsip-prinsip ini memusatkan perhatian, dimana informasi, keterampilan, nilai, dan sikap diteruskan dari gurunke siswadi kelas.

Ahli-ahli psikologi pendidikan menerapkan pengetahuan psikologi pendidikan dari berbagai bidang ilmu dan juga menciptakan ilmu pengetahuna psikologi sendiri mereka menggunakan metode ilmiah dan juga mengembangakan metode mereka sendiri. Mereka menyelidiki belajar dan mengajar di laboratorium, di sekolah dasar, sekolah menengah dan di akademi militer, di perguruan tinggi, di industri, dan di banyak tempat-tempat lain. Tetapi, tidak menjadi soal ditempat apa dan subjek apa yang di pelajari. Ahl-ahli psikolaogi pendidikan memusatkan perhatian terutama menerapkan pengetahuan mereka untuk memperbaiki belajar dan pengajaran. Psikologi pendidikan tidak terbatas hanya di laboratorium. Psikologi pendidikan terutama berhubungan dengan apa yang terjadi di dalam kelas.

Dengan mengetahui banyak ilmu psikologi pendidikan, tidak otomatis kita dapat menjadi guru teladan yang paling baik dalam mengajar siswa. Tetapi, jika todak mengetahui psikologi pendidikan, kita dapat gagal dalam mengajar, frustasi, dan menghabiskan waktu karena tidak menemukan bagaimana cara mengajar yang baik seperti orang lain yang tahu ilmu psikologi pendidikan.

Kita yakin bahwapsikologi pendidikan dapar berperan penting dalam mengajar terutama mengingat perkembangan sekarang ini dalam praktik pengajaran. Ada strategi khusus yang dapat digunakan guru untuk melaksanakan tugas yang harus mereka capai. Contoh, strategi untuk memptivasi siswa, strategi untuk mengatur kelas dan disiplin. Disamping itu guru harus tau juga bagaimana mengajar suatu pelajaran dan bagaimana memotivasi dan mengatur kelas. Selain itu, ia juga haris tahu cara-cara menyelesaikan masalah yang timbul dalam kelas.

1.      Kebutuhan akan pendekatan ilmiah
Apakah psikologi pendidikan betul-betul mempunyai sesuatu yang baru akan menciptakan guru di masa yang akan dating? Sebagian besar mengajar adalah masuk akal, bukankah begitu? Mari kita mengambil beberapa menit untuk menjawab pertanyaan itu.
1)      Bukan sekedar masuk akal
Dalam banyak kasus prinsip-prinsip yang diajukan oleh ahli-ahli psikologi sesudah banyak berfikir, mengadakan penelitian, dan menghabiskan uang kedengaranya menyedihkan.
2)      Menggunakan penelitian untuk menyelesaikan masalah dikelas
Ahli-ahli psikologi pendidikan merancang dan memimpin banyak jenis study penelitian dalam percobaan mereka untuk mencapai pengertian yang lebih baik dari keduanya, belajar dengan mengajar. Sejumlah study dilakukan berdasarkan observasi kelas. Umumnya hasil yang mau dilaporkan dalam study ini adalah korelasi, yang ditemukan untuk menunjukan tingkat dari hubungan antara dua kejadian atau ukuran.

Korelasi ini menunjukan kuatnya hubungan keduanya dan hubungan itu merupakan petunjuk. Bentuk keduanya dari penelitian adalah membiarkan ahli-ahli psikologi pendidikan untuk meramalkan dan betul-betul mempelajari sebab dan akibat. Jenis penelitian khusus ini disebut eksperimen yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi kebenaran hubungan sebab akibat.

Untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara memilih siswa agar mereka menceritakan kembali suatu bacaan di SD, penelitian ini pertama kali mengobservasi siswa dan guru di beberapa kelas, dan kemudian mengukur prestasi siswa dalam membaca. Mereka menemukan bahwa strategi mengajar bias berkeliling kelas dan meminta setiap siswa untuk membaca dihubungkan atau di korelasikan dengan hasil nilai dalam membaca.

3)      Teori untuk mengajar
Tujuan psikologi pendidikan adalah mengerti proses belajar mengajar. Dan riset atau penelitian adalah alat utama. Alat lain untuk membentuk pengertian yang lebih baik dari proses belajar mengajar adalah teori. Dalam memberikan sejumlah pengembangan prinsip-prinsip, ahli psikologi pendidikan mencoba menjelaskan tidak hanya hubungan antara dua atau lebih variable, tetapi system hubungan diperluas. Teori-teori telah dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana motivasi bekerja, bagaimana perbedaan intelegensi bias terjadi, dan bahkan bagaimana orang belajar.
Tujuan utama dari buku ini adalah memberikan kepada anda teori yang paling baik dan paling berguna untuk pengajaran anda. Pelajaran psikologi pendidikan dibuat agar menekankan aspek-aspek psikologi yang sebagian besar relavan dengan masalah pengajaran. Sebetulnya, tidak banyak isinya.

Awalnya, dan bahkan sampai kira-kira dua decade yang lalu, psikologi pendidikan secara terbuka didefinisikan sebagai prinsip-prinsip psikologi yang diterapkan pada pendidikan.
Berikut ini topik yang relavan untuk psikologi pendidikan.
a)      Teori dan model pengajaran dan belajar dikelas
b)      Dinamika interaksi antara guru dan siswa
c)      Prinsip-prinsip belajar yang efektif dan perkembangan kepribadian
d)     Prinsip-prinsip motivasi dan pengelolaan kelas
e)      Strategi untuk membantu secara kreatif perkembangan siswa yang mempunyai kecerdasan tinggi atau rendah dan cacat mental
f)       Strategi menulis dan menggunakan tujuan instruksional
g)      Mengordinasikan metode mengajar pada perbedaan individu

F.     PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1.      Menanyakan dan Menjawab Pertanyaan
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik dari beberapa metode dasar serta menanyakan dan menjawab pertanyaan dalam psikologi pendidikan, kita dapat meninjau suatu pertanyaa yang mungkin menarik bagi kita, yaitu “apakah harapan siswa tentang kopetensi dari seorang guru baru akan mempengaruhi cara siswa bertingkah laku terhadap guru?” untuk lebih khusus, apakah siswa lebih menaruh perhatian terhadap seorang guru yang mereka harapkan sebagai guru yang baik? Mungkin tujuan kita disini ialah supaya seorang ahli psikologi mencari satu jawaban terhadap pernyataan ini. Metode apa yang akan di gunakan untuk mengumpulkan informasi?
1)      Membentuk suatu pertanyaan penelitian
Langkah pertama mungkin membentuk kerangka yang jelas dan pertanyaan khusus. Dalam kasus ini, kita mulai dengan sesuatu seperti ini, apakah kepercayaan siswa seseorang guru yang kopeten akan mempengaruhi sejumlah perhatian siswa kepada guru. Serbagai contoh, apakah siswa percaya tentang seseorang guru yang dapat mempengaruhi mereka bertingkah laku dikelas? Begitu banyak batasan yang dapat mencakup dalam menjawab pertanyaan. Kita membutuhkan sesuatu yang khusus tentang jenis kepercayaan, percaya tentang kopetensi guru, bukan umur, intelegensi, atau suatu perkawinan. Dan kita memerlukan suatu yang khusus tentang tingkah laku siswa, perhatian terhadap guru, bukan antusias terhadap mata pelajaran atau kecemasan bagaimana tahun ajaran baru nanti.

2)      Memilih variable dan menyeleksi tekhnik pengukuran
Pada batasan ini, kita siap untuk mengidentifikasi apa yang sudah dipelajari. Yang dimaksud variable adalah ciri ciri dari seseorang atau lingkungan yang dapat berubah, dibawah kondisi yang berbeda atau berbeda dari satu orang ke orang berikutnya. Dalam hipotesis kita, telah diputuskan untuk meninjau dua variable kepercayaan siswa tentang kopentensi guru dan perhatian siswa terhadap guru.

Untuk mempelajari suatu variable secara sistematis harus ada cara unutk mengukur perubahan-perubahan atau membandingkan tingkat tingkat yang berbeda dari variable. Untuk menyederhanakan masalah, marilah kita berkonsentrasi hanya pada satu variable, yaitu perhatian siswa. Kita memerlukannya untuk menemukan suatu cara mengukur tingkat perhatian yang ditunjukkan oleh siswa.

Dalam menggunakan metode self-report, kita dapat menanyakan kepada siswa suatu pertanyaan bagaimana diberikan dengan tertulis atau tatap muka dalam suatu interview dengan siswa. Jika kita memutuskan menggunakan observasi langsung, kita dapat mengirim peneliti-peneliti untuk masuk kedalam kelas agar memperhatikan siswa dan mengukur perhatian mereka.
Pengamat dapat juga melihat dari videotape recording yang ada dikelas, memutar kembali tape berkali kali, sehingga setiap siswa dapat di observasi dan tingkat perhatiannya di cek kembali.

Dengan tes akan sedikit lebih sulit untuk dilaksanakan dalam kasus ini. Banyak variable yang dapat diukur dengan tes, terutama yang menyangkut belajar atau prestasi. Tetapi, ketika perhatian adalah suatu proses lebih dari sekedar hasil, adalah sulut untuk membuat tes, yang yang dapat mengukur perhatian. Suatu pendekatan yang memungkinkan adalah dengan menggunakan suatu “Tugas kewaspadaan” (Vigilance Task). Kita dapat melihat jika siswa sedang menaruh perhatian, maka guru memberikan tanda yang tidak dapat diramalkan, seperti berdiri selama pelajaran. Hal ini berarti, kita mengukur perhatian siswa dengan menjumlah berapa kali guru berdiri.

Akhirnya, kita akan memutuskan mengguanakan teacher rating atau peer rating. Kita dapat mengukur dengan menayangkan kepada guru atau siswa untuk menilai perhatian dari setiap siswa dikelas.

Jelasnya setiap pendekatan ini mempunyai keuntungan dan kerugian. Menggunakan self-report atau rating of teacher atau pieers dapat mempercayakan atau mengandalkan pada pertimbangan dari pertisipan. Menggunakan observer atau tes dapat mengganggu kelas, paling sedikit pada awalnya, sedangkan videotape sulit dan mahal.

Untuk mendefinisikan dan mengukur variable kita, yaitu kepercayaan siswa tentang kompetensi guru, kita dapat juga memilih sejumlah metode.

2.      Menyatakan hipotesis dan memilih suatu pendekatan
Pada masalah ini, kita telah menanyakan penelitian kita, variable yang telah dipelajari, definisi dari variable, system untuk mengukur guru dan siswa, subjek yang dipelajari.
Hipotesis atau pemikiran tentang hubungan antara dua variable, dan satu keputusan tentang jenis pendekatan apa yang akan kita gunakan dalam penelitian kita. Untuk beberapa tingkat, hipotesis akan mendikte pendekatan kita. Pada sebagian tingkat pada umumnya, ada dua pendekatan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pertama, adalah menggambarkan kejadian dan hubungannya dengan situasi ketika kejadian terjadi dalam kehidupan nyata. Kedua, pendekatan ini adalah untuk melangkah dan mengubah suatu aspek sitiasi dan mencatat dampak dari perubahan. Kedua pendekatan ini umumnya disebut deskriptif dan eksperimental.

Walaupun guru yang antusias mungkin cenderung mempunyai siswa yang berprestasi daripada siswa dari guru yang tidak antusias, kita tidak bisa mengatakan bahwa guru yang antusias mengarah atau mengakibatkan siswa yang berprestasi. Kita tau bahwa guru yang antusias dan siswa berprestasi cenderung terjadi bersama. Mungkin disebabkan mengajar siswa yang lebih berprestasi membuat guru lebih antusias. Mungkin, factor yang ketiga adalah materi pelajaran yang menarik dan seorang guru yang dipilih, sehingga mengakibatkan guru menjadi antusias dan siswa berprestasi. Dengan mengetahui bahwa dua variable yang berkorelasi tidak mengatakan kepada kita bahwa satu variable menyebabkan variable yang lain, kita seharusanya tidak perlu memperdebatkan dari korelasi ke sebab akibat, tetapi kita dapat membuat ramalan.

Walaupun kita dapat meramalkan tingkatan dari satu variable ke tingkat variable lain yang berguna, guru sering tertarik untuk menemukan factor apa yang betul betul menyebabkan suatu keinginan untuk mengubah tingkah laku. Untuk ini mereka memerlukan suatu jenis peneliatian yang lain, yaitu penelitian berdasarkan manipulasi eksperimen.

Pendekatan eksperimen, kembali pada pertanyaan kita semula tentang kepercayaan siswa dan perhatian, mungkin kita mebuat hipotesis yang berbeda. Lebih dari sekedar hipotesis bahwa perhatian siswa dan kepercayaan tentang kopetensi guru berjalan bersama, siswa memberi perhatian kepada guru adalah kepercayaan bahwa seorang guru adalah kompeten. Dalam kasus ini, hipotesis menyatakan hubungan kausal. Dalam menguji hipotesis ini, kita harus mengubah satu variable untuk melihat jika perubahan ini betul betul menyebabkan perubahan pada variable lain. Dalam penelitian ini, mengasumsikan sebab yang dikenal sebagai variable bebas. Tujuan dari eksperimen kita adalah untuk melihat jika perubahan didalam variable ini betul betul mengakibatakan perubahan dalam variable lain atau disebut juga variable tergantung.

Bagaimanapun juga dengan eksperimen yang nyata, kita akan memerlukan pengetahuan yang lebih banyak tentang bagaimana tepatnya setiap langkah penelitian dilaksanakan. Dan kita juga ingin tahu apakah peneliti lain dapat muncul dengan hasil yang sama dengan eksperimen yang sama.

3.      Apakah penelitian valid?
Untuk mengevaluasi suatu penelitian, ada dua hal yang bermanfaat ganda. Jenis berfikir yang dibutuhkan adalah nilai dari berfikir itu sendiri. Ini adalah jenis yang sama diperlukan untuk menilai suatu ide yang kompleks, yang memerlukan perencanaan, argumentasi, atau proyek. Dalam semua kasus ini, kita memerlukan bagaimana mencari kesalahan, pandangan yang berlebih, tidak konsisten. Kemampuan menganalisis penting untuk menilai penelitian dan berguna dalam suatu pekerjan.

Agar valid, hasil dari suatu eksperimen harus melewati beberapa tes. Perubahan dalam variable tergantung semata mata untuk memanipulasi variable bebas. Kecuali dalam perlakuan, perbedaan dalam variable bebas. Suatu eksperimen penelitian menunjukan :
1)      Apakah kelompok dipelajari secara layak, sama sebelum eksperimen dimulai?
2)      Apakah semua variable, kecuali variable bebas, mengontrol sehingga hanya perbadaan nyata dalam perlakuan dari setiap kelompok berubah dalam variable bebas?
3)      Apakah prosedur pengukuran diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok?
4)      Apakah hasil dari penelitian ini karena prosedur eksperimen terjadi pada situasi yang baru?
5)      Apakah peneliti yang merancang penelitian bagaimanapun bias terhadap hasil?
6)      Apakah ini pantas bahwa hasil penelitianya tidak terjadi secara kabetulan?
7)      Apakah penemuan dalam penelitian ini barangkali cocok untuk penelitian yang lain dalam situasi yang sama?
8)      Dapatkah penelitian ini ditiru?

G.    PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang menejer yang efektif adalah seseorang yang mengoordinasi dan menyususn kegiatan untuk menemukan tujuan dan sasaran khusus. Disamping itu, harapan orang tua dan masyarakat supaya anak-anak atau siswa mencapai tujuan belajar untuk masa depan mereka sekarang lebih besar dibandingkan zaman dulu dalam sejarah.  Mengelola kelas adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu , guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.

Guru kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama mengajar setiap hari . berikut adalah sampel yang haya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari.
1)      Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran.
2)      Melanjutkan interaksi dengan siswa.
3)      Melaksanakan pengajaran.
4)      Menggerakan siswa melalui kegiatan yang berbeda.
5)      Mengembangkan tata tertib.
6)      Menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar.
7)      Mengorganisasi waktu dan materi pelajaran.
8)      Membuat tes dan melakukan penilaian.

Berdasarkan penelitian edmund, emmer, dan carolyn evertson(1981), pengelolaan kelas didefinisikan seperti berikut.
1)   Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas.
2)   Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
3)   Menggunakan waktu belajar yang efesien.

Perspektif pengelolaan kelas telah disampaikan oleh emmer dan evertson dan yang lain dalam membahas definisi pengelolaan kelas. Dua perspektif yang lain akan kita bicarakan dalam bab ini , yaitu perspektif sejarah dan perspektif psikologi. Perspektif sejarah akan dilihat dari sudut pandang kepala sekolah. Perspektif psikologi akan disampaikan dari sudut pandang dua ahli filsafat tingkah laku yang berbeda. Perspektif psikologi:

Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berhubungan pengaturan kelas berdasarkan teori skinner dan rongers. Baik skinner maupun rongers telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas.

Reinforcement. B.F. skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasildari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusi dapat dibentuk atau diubah.

Contoh, jika guru menanyakan suatu pertanyaan dikelas, bebrapa siswa mengacungkan tangan mereka keatas, sedangkan yang lain menjawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wjar untuk siswa pada saat itu. Guru ingin siswa menjawab mengacungkan tanganya lebih dahulu dari pada menjawab dengan berteriak dan mengganggu saat tanya jawab.dengan menggunakan prinsip-prinsip reinforcement guru hanya memberi kesempatan kepada siswa yang menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.

Mengubah tingkah laku. Ide psikologi skinner diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingakh laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas , maka tingkah laku siswa daat diubah untuk dicocokan dengan standar tingkah laku.

Komunikasi
Pengajaran adalah lebih dari sekedar memberikan informasi pada sekelompok siswa. Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggung jawab dan mengorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefesien mungkin, dan mengatur jalanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Memperjelas tujuan dan sasaran adalah langkah pertama dalam menciptakan harapan-harapan apa yang dibutuhkan siswa supaya pelajaran dapat berfungsi efektif bagi siswa dalam kelas.

Komunikasi nonverbal artinya dengan kuat mengirimkan informasi kepada siswa. Jika tidak ada kesesuaian antara pernyataan verbal dan pernyataan nonverbal atau gerakan tubuh dari guru, siswa akan merespons informasi nonverbal.

Interaksi nonverbal. Interaksi guru dan siswa ada pada tingkat verbal dan nonverbal. Seorang guru mungkin tersenyum saat siswa menjawab dengan benar atau mengangguk untuk menunjukan bahwa siswa pada jalan yang benar. Gerakan tangan dapat diartiakan dengan dorongan. Guru juga mengomunikasikan perasaan negative dengan cara nonverbal.

Pengaturan nonverbal . guru dapat menggunakan 3 kunci strategi manapun pada tingkat apapun untuk menghentikan tingkah laku.
1)   Kedekatan fisik. Guru dapat berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama mengajar dan selama siswa duduk mengerjakan tugas.
2)   Kontak mata. Guru membutuhkan kontak mata dengan seluruh siswa dikelas selama mengajar. Jika siswa sedang mengerjakan tugas , guru dapat mendatanagi siswa yang mempunyai pertanyaan dari pada siswa yang menuju kemeja guru untuk bertanya.
3)   Sikap diam. Kombinasi kontak mata dan siakap diam akan membiarkan guru untuk melihat siswa, contoh, siswa yang sedang berbicara selama pengajaran. Dalam kasus , ketika guru berhenti berbicara seorang siswa yang bersalah akan melihat tatapan guru.

Komunikasi, verbal dan non verbal adalah penting dalam proses belajar-mengajar yang sukses, mengajar adalah pekerjaan yang sangat umum.

H.    KEDISIPLINAN
Salah satu peran yang paling penting untuk guru dalam mencapai pengelolaan kelas yang baik adalah kepemimpinana. Situasi yang berbeda memerlukan bentuk kepemimpinan yang berbeda, tetapi jug harus dicocokan dengan tanggung jawab guru. Ada tugas utama untuk seorang peminmpin . pertama adalah menembangkan suasana kerja yang baik dan yang kedua adalah memepertahankan lingkungan yang positif ketika timbul masalah.

Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yang baik dikelas. Pertama adalah perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Langkah kedua, adalah mengajar siswabagaimana mengikuti aturan. Pekerjaan ini harus dimulai pada hari pertama masuk kelas. Hasil dari penelitian yang kita bahas dalam bab ini menunjukan bahwa beberapa minggu pertama dalam kelas adalah masa kritis dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif dan komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua kejadian . beberapa guru sangat sukses dalam mencegah terjadinya masalah. Langkah ketiga adalah merespons secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul ( seperti yang sealalu guru lakukan ). Contoh, apa yang akan kita lakukan ketika siswa menantang kita secara terbuka dimuka kelas; ketika seorang siswa menanyakan kita bagaimana menyelesaikan masalah yang sulit; ketika kita menangkap seorang siswa yang menyontek; ketika seorang siswa “hilang” dan tidak mau berpartisispasi?

Banyak masalah tingkah laku timbul karena siswa frustasi atau bosan disekolah. Bagaimanapun juga “ kelas yang baik “ bukanlah satu-satunya yang dapat menjamin tingkah laku yang tepat.

1.      Kepemimpinan dalam kelas.
Bany dan jhonson (1985) memisahkan pekerjaan guru kedalam tiga pola kegiatan penting, seperti yang ditunjukan dalam gambar 5.1. walaupun kepemimpinan adalah penting untuk pengajaran yang sukses , pengajaran lebih terlihat dari pada memimpin. Jika guru sebagai pemimpin kelompok mampu menciptakan struktur organisasi yang dan efesien dan lingkungan pekerjaan yang baik, maka pengajaran dan penilaian dapat dikerjakan bersama. Suatu kelompok yang seluruhnya diorganisasi , tujuanya tidak jelas, dan pertengkaran yang terus berlangsung, tidak akan menjadi kelompok belajar yang baik. Pola keemimpinan yang mengembangkan (memudahkan) lingkungan belajar yang positif, akan menunjukan bahwa lingkungan yang demikian akan membuat pengajaran dan penilaian terjadi.

Pertama kali guru masuk kelas, guru akan berhadapan dengan kelas yang berisi idividu-individu. Jika guru-guru adalah sorang pemimpin yang sukses, mereka akan membantu siswa mengembangkan suatu sistem hubungan yang mendorong kerja sama.


2.      Struktur dan kebebasan
Lingkungan kelas yang sehat tidak dapat diciptakan jika siswa tidak respek atau menghargai siswa. Guru adalah pemimpin dikelas dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan kelas. Walaupun guru, sebaiknya bersama-sama dengan siswa dalam melaksanakan aturan-aturan sekolah atau kelas. Tetapi ketika guru harus mengatur dan mengorganisasi kelas, mereka adalah pemimpin yang mengembangkan dan “memaksa” siswa untuk tunduk pada peraturan-peraturan yang telah dibuat. Guru-guru yang tidak mengembangkan wibawa mereka barangkali menghabiskan waktu untuk menghadapi masalah-masalah tingkah laku, atau berteriak dimuka kelas dan mengharapkan pelajaran yang diberikan dapat lebih efektif. Selanjutnya, struktur yang lebih jelas dan prosedur yang teretur dikelas akan memberikan kebebasan pada guru untuk dapat membiarkan siswa bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku.

3.      Mengatur tingkah laku yang tidak tepat.
Masalah-masalah tingkah laku yang paling menjengkelkan bagi guru adalah setiap hari harus menghadapi gangguan-gangguan yang relatif lebih kecil . tingkah laku yang tepat adalah bila mereka sedang bermain, tetapi tidak didalam kelas. Ini meliputi berbicara keras, keluar kelas tanpa meminta izin, gagal mengikuti aturan-aturan kelas, dan tidak ada perhatian. Memang tingkah laku ini tidak terlalu serius, tapi tingkah laku ini harus dikurangi sekecil mungkin dengan lingkungan belajar yang cocok yang dapat diciptakan.

Dalam menghadapi masalah-masalah tingkah laku yang selalu ada dikelas, prinsip yang paling penting adalah tingkah laku harus dibetulkan dengan menggunakan campur tangan (invervention) yang paling sedrhana. Tujuan guru dalam menghadapi tingkah laku yang tidak tepat yang dilakukan terus-menerus secara rutin oleh siswa adalah sesuatu yang efektif dan menghindari gangguan yang terjadi dikelas. Jika mungkin, pelajaran “jalan terus” sementara menghadapi masalah tingkah laku. Suatu rangkaian strategi menghadapi masalah tingkah laku dimulai dari yang paling kecil sampai yang paling besar , strategi ini meliputi :
1)      Pencegahan.
2)      Isyarat nonverbal
3)      Pujian yang tidak cocok
4)      Membetulkan tingkah laku
5)      Memuji siswa lain
6)      Memperingatkan secara lisan
7)      Mengingatkan berulang-ulang
8)      Menerapkan konsekuen
9)      Menerapkan negative reinforcement
10)  Positive practice
11)  Satiation, dan
12)  Hukuman

I.       MENGIDENTIFIKASI MASALAH-MASALAH DIKELAS
1.      Identifikasi masalah.
Gu dan ahli psikologi telah merangking tingkah laku yang serius walaupun berbeda.walaupun demikian, tingkah laku sosial dan menyendiri jika dihubungkan dengan prestasi akademik hasilnya rendah. Adapun tingkah laku tersebut antara lain sebagai berikut :
1)   Tidak perhatian, apatis, dan menyendiri dari kegiatan kelas.
2)   Sangat tergantung pada guru atau siswalain terhadap suatu hal, dimana anak tidak mampu atau tidak bersedia membuat keputusan atau bersedia mencoba tugas yang dibebankan kepadanya.
3)   Hubungan dengan guru sangat jauh, siswa curiga, takut atau tidak percaya pada guru.
4)   Tidak sabar dan rendah diri.
5)   Motivasi pribadi rendah.
6)   Jawaban-jawaban yang tidak relevan dan banyak  bicara yang menginterupsi kegiatan kelas merupakan gambaran seorang anak yang ingin menarik perhatian.
7)   Permusuhan, pertentangan, perasaan, dan perbuatan-perbuatan negative.
Dari timbulnya maslah-masalah tersebut, kalau kita selidiki lebih dalam sebetulnya ada penyebabnya, seperti kemiskinan, penolakan orang tua, kemampuan yang rendah yang menyebabkan frustasi, kurikulum yang tidah relevan , dan sekolah yang kacau.

2.      Cara Penyelesaian
Cara penyelesaian yang paling baik adalah dengan melakukan preventive, yaitu menghindari kesempatan dan insentif untuk tingkah laku menyimpang sebelum tingkah laku terjadi. Guru yang menaruh perhatian dengan pengaturan kelas yang baik akan :
1)   Mengembangkan aturan-aturan yang jelas dan masuka akal, tetapi sesedikit mungkin.
2)   Mengembangkan harapan-harapan positif dan hubungan kerja sama yang baik.
3)   Membiarkan siswa-siswa tahu bahwa mereka harus bertanggung jawab atas tingkah laku dan tugas-tugas mereka.

J.      MOTIVASI
Didalam kelas, masalah besar untuk guru-guru siswa-siswa adalah motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama disekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum.

1.      Pentingnya Motivasi
Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Apa yang membuat siswa ingin belajar ? kesediaan siswa untuk belajar adalah hasil dari banyak faktor , mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat karena telah belajar, situasi belajar yang mendorong siswa untuk belajar, dan sebagainya.

Dalam kata latin, kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Kata bahasa inggris motivation berasal dari kata motivum . istilah “ motivasi “ mempunyai artis sedikit bagi motivasi itu sendiri; pertanyaanya adalah “motivasi untuk melakukan apa ?” ketika bu septi mengeluh karena siswa-siswanya tidak ada motivasi untuk belajar adalah keliru. Siswa-siswa itu tidak dimotivasi untuk mengerjakan matematika sebanyak mereka dimotivasi untuk belajar adalah keliru.

Motivasi memounyai intensitas dan arah (direction). Jika orang lapar kearah mana dia bertingkah laku...diam saja atau mencari makan. Dua orang siswa dimotivasi untuk bermain bulu tangkis. Yang satu kearah bermain bulu tangkis, tetapi yang lain dari mereka mungkin motivasinya lebih kuat kearah bermain sepak bola.

2.      Teori-teori motivasi.
1)      Motivasi dan penguat ( reinforcer)
Konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah diperkuat pada waktu yang lalu barangkali diulang, misalnya, siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai yang bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum tidak akan diulang, misalnya siswa yang menyontek dihukum. Sekinner dan ahli teori tingkah laku lain setuju bahwa tidak perlu memisahkan antara teori belajar dan motivasi, karena motivasi secara sederhana adalah hasil dari reinforcement (penguatan). Siswa yang telah direinforced atau diperkuat untuk belajar (contoh, dengan memberikan nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua dan guru )akan “bermotivasi” untuk belajar, tetapi siswa-siswi yang tidak diperkuat  untuk belajar, karena mereka telah belajar tetapi tidak mendapatkan nilai yang bagus atau karena orang tuanya atau gurunya tidak memuji belajarnya tidak akan “termotivasi” untuk belajar.

2)      Hadiah untuk penguat (reward dan reinforcer)
Beberapa siswa mungkin tidak perduli dengan nilai mereka, karena orang tua mereka tidak perduli dengan nilai anaknya, atau karena mereka pernah gagal mendapatkan nilai bagus disekolah, dan menganggap nilai bukan hal yang penting. Jika guru mengatakan, “pekerjaanmu bagus, saya tahu bahwa kamu dapat melakukan jika kamu mencoba “, ini merupakan reinforcer bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan segala kesulitan, tetapi merupakan hukuman bagi siswa yang mengaggap bahwa tugas itu sangat mudah, karena pujian guru mengatakan bahwa dia telah bekerja keras untuk tugas yang mudah . sesuatu hal yang sulit untuk menentukan motivasi siswa dari tingkah laku mereka karena banyak motivasi yang berbeda yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang.

3)      Cognitive dissonance
Kebutuhan untuk menyatakan bahwa dirinya adalah seseorang yang baik ( positif ) merupakan suatu motivator yang kuat . contoh, jika kita percaya bahwa dirikita orang yang baik dan jujur, kita barangkali bertingkah laku baik dan jujur bahkan ketika tidak seorang pun yang tahu, karena kita ingin menunjukan kesan diri kita yang positif. Jika kita percaya bahwa kita mampu dan merasa pandai, kita akan mencoba untuk memuaskan diri kita sendiri dengan bertingkah laku sebagai orang yang mampu dan pandai.

Tetapi dalam satu situasi dimana kita gagal menunjukan diri kita yang positif, kita biasanya menggunakan rasionalisasi untuk melindungi diri kita . contoh, seorang siswa yang tertangkap menyontek mengatakan bahwa semua teman-temanya juga melakukanya atau soalnya sangat sulit dan penuh jebakan.

Salah satu teori psikologi yang menerangkan tetntang tingkah laku seseorang dengan memberi alasan untuk menunjukan bahwa dirinya positif adalah teori cognitive dissonance. Teori ini berpengang bahwa orang akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaanya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten.

4)      Teori atribusi (attribution theory )
Teori atribusi ( lihat contoh, weiner, 19979) mencari penjelasan dan mencoba untuk mengerti mengapa seseorang seperti istiarto itu memberikan alasan-alasan yang demikian itu, terutama jika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan. Weiner mencoba menjelaskan tentang sukses dan gagal. Menurut dia, sukses dan gagal mempunyai tiga ciri. Pertama, apakah penyebab sukses dan gagal itu dari internal ( dalam diri seseorang ) atau ekternal (dari luar ). Kedua, stabil atau tidak stabil.  ketiga, apakah sukses dan gagal diterima sebagai kontrol atau tidak. Seperti dalam teori cognitive dissonance teori atribusi juga menyebutkan bahwaorang mencoba untuk menyatakan bahwa dirinya positif atau mempunyai kesan positif ( aronson , 1972 ).

Oleh karena itu, jika sesuatu yang baik terjadi maka yang baik itu karena kemampuan mereka. Sebaliknya, jika sesuatu yang buruk terjadi mereka akan percaya bahwa ini karena tidak ada kontrol. Contoh, jika seseorang diberi tugas dan gagal, maka orang itu mengatakan bahwa dia sedang sial, atau tidak ada kontrol. Sebaliknya, jika tugasnya berhasil atau sukses dia akan mengatakan bahwa dia memang orang yang mampu dan cerdas.

Teori atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk sukses dan gagal, dalam prestasi yaitu : (1) kemampuan, (2) usaha, (3) tugas yang sulit, dan (4) keberuntungan atau nasib. Kemampuan dan usaha adalah dari dalam (internal) dan tugas yang sulit dan keberuntungan atau nasib adalah dari luar (eksternal). Kemampuan tidak sama dengan usaha . kemampuan ada hubungan dengan stabil, artinya tak dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubah. Persamaan antar kemampuan dan usaha ialah bahwa tugas yang sulit jika diusahakan dengan sungguh-sungguh akan berhasil dan ini adalah penting untuk membentuk siafat yang stabil.

Satu konsep untuk teori atribusi adalah locus of control (rotter, 1954). Kata “locus” berarti “location”. Seseorang dengan “ internal locus of control “ adalah seseorang yang percaya bahwa sukses atau gagal adalah haknya atau karena usahanya sendiri atau kemampuanya sendiri. Seseorang dengan “eksternal locus of control “ adalah seseorang yang lebih percaya karena ada faktor-faktor lain, seperti keberuntungan atau nasib, tugas yang sulit atau perbuatan orang lain yang menyebabkan aggal atau sukses.locus of control dapat menjadi sangat penting dalam menjelaskan kepada siswa yang berprestasi. Siswa yang percay bahwa sukses dan kegagalan disekolah adalah karena nasib atau keberuntungan atau tingkah laku guru atau faktor eksternal lain, yang bukan karena kerja keras. Sebaliknya, ada siswa yang percaya bahwa sukses dan gagal memang usaha mereka sendiri. Sukses dikelas adalah suatu hasil dari usah keras dan juga karena adanya kemampuan pada diri siswa ( faktor internal ) dan juga karena adanya faktor eksternal seperti keberuntungan, tingkah laku guru dan sebagainya.
teori humanistik untuk motivasi

3.      Motivasi dan kepribadian
Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan tau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Seseorang dapat dimotivasi untuk makan jika belum makan selama 16 jam , untuk menonton bioskop yang memutar film yang mendapatkan piala oscar hari ini, dan untuk mendapatkan nilai bahasainggris yang lebih baik pada semester yang akan datang , dengan kata lain kata motivasi dapat diterapkan pada tingkah laku dalam berbagai situasi.

4.      Motivasi berprestasi
McClelland ( et. Al. 1953) menggambarkan empat prinsipmotif yang diekspresikan oleh orang yang berbeda dalam thematic apperaption test atau TAT . TAT ini berisi sejumlah gambar seri yang melukiskan berbagai gambar situasi. Orang yang mengambil tes tersebut diharapkan dapat menceritakan sesuatu berdasarkan gambar-gambar yang tercantumdalam tes.

Empat rangkaian pertanyaan beriukut yang disampaikan kepada testee.
1)   Apa yang sedang terjadi ? siapa saja orang-orangnya?
2)   Hal-hal apa saja yang terjadi , sehingga sampai pada situasi ini ? apa nyang telah terjadi pada waktu yang lalu?
3)   Apa yang sedang dipikirkan? Apa yang diinginkan? Oleh siapa ?
4)   Apa yang akan terjadi ? apa yang akan dilakukan ?
Smith dan field membuat petunjuk bagaimana mengerjakan tes ini. Sejumlah bagian dari cerita ini menunjukan langkah-langkah pertanyaan.

K.    HARAPAN-HARAPAN GURU
Brophy dan good (1980) menunjukan bahwa harapan-harapan guru mungkin akan mempengaruhi siswa dengan cara- cara sebagai berikut . guru mulai dengan cara mengondisi harapan-harapanya , bagaimana dengan siswa yang berbeda akan melakukan tugas dengan baik dikelas. Jika guru mengharapkan siswa mengerjakan tugas dengan baik , siswa mungkin diberi lebih banyak dorongan dan lebih banyak waktu ketika menjawab pertayaan guru. Karena siswa diperlakukan berbeda, dan sering memenuhi harapan guru. Siswa yang lebih diberi lebih banyak dorongan dan diberi lebih banyak waktu, sering menjawab dengan benar. Jika peraturan ini diulang setiap hari untuk sebulan , diberi banyak waktu dan dorongan akan melakukan tugas lebih baik, maka skor pada tes prestasi juga menunjukan kenaikan.

1.      Sumber harapan guru.
Skor tes intelegensi adalah sumber yang nyata terutama jika guru tidak menginterprestasi skor secara tepat. Seks juga mempengaruhi guru. Sebagian besar juga guru cenderung menganggap anak laki-laki lebih banyak membuat masalah dari pada anak perempuan.masalah datang ketika guru menggunakan informasi untuk memperoleh harapan yang tidak tepat atau ketika ramalan tepat diikuti oleh keputusan untuk menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat.

2.      Tingkah laku guru dan reaksi siswa.
Kelompok yang berbeda selama proses mungkin mempunyai dampak yang baik pada diri siswa . ini tampak pada siswa yang masih kecil menetapkan untuk masuk kekelompok yang kemampuan membacanya masih rendah, karena menyadari akan kemampuanya dan cenderung lebih memilih siswa yang berada pada kelompok yang kemampuan membacanya lebih tinggi. Siswa yang diharapkan untuk berprestasi cenderung ditanya lebih banyak pertanyaan, diberikan lebih banyak kesempatan dari pada siswa yang diramalkan mempunyai prestasi rendah. Jika kita berpikir tentang ini dari perspektif guru, dapat dimengerti. Mempersiapkan siswa-siswa yang mempunyai harapan untuk berprestasi tinggi lebih mudah dan dapat bermanfaat dalam diskusi kelas. Ini sangat sering terjadi pada siswa yang selalu menjawab dengan benar. Mendapatkan latihan-latihan ekstra , berpartisipasi dalam kelas berarti siswa-siswa ini menjadi terampil dalam diskusi dan membuat diskusi lebih menyenangkan.

L.     KECEMASAN DIDALAM KELAS.
Siswa yang khawatir karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugasnya secara memuaskan sering mengakhiri dengan perasaan cemas “pengalaman yang mebuat gelisah, merupakan tanda bahwa ada keterangan.” Fakta dari hasil penelitian ditemukan bahwa siswa yang mengalami kegagalan akademik dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20% merasa cemas, hanya 6% siswa yang tidak merasa cemas (spielberg, 1986).
1.      Perbedaan individu dalam masalah kecemasan
Seorang siswa yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi cemas atua khawatir barangkali lebih banyak merespons terhadap banyak bentuk situasi, dengan telapak tangan yang berkeringat , dengan jantung yang berdetak keras. Ini disebut sebagai trait anxiety (sifat kecemasan). Individu dengna sifat-sifat ini pada umumnya mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemasnya lebih intensive dari pada orang lain.

Baru-baru ini, sigmund tobias (1999) menjelaskan bagaimana kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Ketika siswa sedang belajar materi baru, perhatian sangat diperlukan. Kita tidak akan belajar jika kita tidak memperhatikan hal-hal yang penting. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi secara jelas membagi perhatian mereka pada materi baru dan pada perasaan nervous mereka. Ketika siswa sedang berkonsentrasi pada materi baru ( dengan membaca atau mendengarkan kuliah), mereka menyimpan perasaan kuat dalam dada mereka, mungkin mengatakan kepada diri mereka sendiri “saya begitu tegang dan saya tidak pernah mengerti materi ini “. Jadi , sejak siswa mulai merasa cemas dia mungkin telah kehilangan banyak informasi yang disampaikan guru atau buku yang sedang dibaca.

2.      Mengatasi kecemasan
Seorang guru seharusnya membantu siswa yang mempunyai kecemasan untuk melihat persoalan lebih realistis. Kecemasan dapat muncul secara tiba-tiba dan menganggau perhatian siswa . pelajaran yang paling efektif untuk siswa yang mempunyai kecemasan tinggi, yang mempunyai kemampuan rata-rata atau yang memepunyai kemampuan tinggi, ialah dengan membuat pelajaran yang terstruktur . program yang terstruktur menawarkan penyelesaian. Program itu membiarkan siswa untuk mengulang dan mengurangi kegagalan yang sering membuat ketakutan pada siswa yang mempunyai kecemasan tinggi. Kemungkinan lain adalah dengan audio atau vidio tape yang dapat diputar ulang untuk mengulang bagian-bagian yang hialng membantu siswa yang cemas agar bisa belajar.

Timbulnya kecemasan yang paling besar disekolah pada semua tingkat adalah pada waktu siswa menghadapi tes atau ujian. Siswa tahu bahwa hasil tes akan mempengaruhi keputusan pendidikan yang akan datang dan pekerjaan, sehingga tes cenderung menimbulkan kecemasan pada setiap siswa. Jika siswa cenderung cemas , barangkali skortes mereka tida valid untuk mengukur kemampuan mereka .

M.   MENJADI GURU PROFESIONAL
1.      Pengertian Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan.

Dalam buku model- model pembelajaran, Didi Atmadilaga, “profesi merupakan wewenang praktik suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada kemanusiaan secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan teknik, yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus yang penyelenggaranya dilimpahkan kepada lembaga pendidikan tinggi”.

Jadi dapat ditarik kesimpulan profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.

Menurut Dr. Rusman, M.Pd. profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh sesorang dan menjadi sumber penghasil kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Profesionalisme berasal dari profession yang berarti pekerjaan. Menurut Dr. Rusman,M.Pd profesionalisme mengarah kepada komitmen para anggoa suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembannya.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencarian.

2.      Pentingnya Profesionalisme Guru Dalam Pendidikan
Dalam buku model- model pembelajaran, Sanusi et.al (1991:23) mengutarakan adanya 6 ansumsi yang  melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan yaitu:
1)   Subjek pendidikan
2)   Pendidikan dilakukan secara intensional
3)   Teori- teori pendidikan
4)   Pendidikan bertolak dari asumsi pokok
5)   Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya
6)   Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan
Dengan kata lain, profesionalisasi guru tidsk selesai dengan diberikannya lisensi mengajar kepada mereka yang berhasil menamatkan pendidikanya.

3.      Syarat Menjadi Guru Profesional
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:
1)   Kompetensi pedagogic
2)   Kompetensi personal
3)   Kompetensi profesional
4)   Kompetensi social

Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut, maka guru telah memiliki hak profesional karena ia telah jelas memenuhi syarat- syarat berikut:
1)   Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
2)   Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah- langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3)   Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengolalaan yang efektif dan efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari- hari.
4)   Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha- usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5)   Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun secara institusional.

Ciri- ciri profesi keguruan menurut NEA (National Education Association) yaitu:
1)   Jabatana yang melibatkan kegiatan intelektual
2)   Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3)   Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
4)   Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5)   Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaang yang permanen
6)   Jabatan yang menentukan standarnya sendiri
7)   Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi
8)   Jabatan  yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

4.      Kode Etik Guru Indonesia
Menurut basumi (ketua umum PGRI, 1973), kode etik guru indonesia adalah landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Menurut R.Hermawan S (1979) tujuan umum kode etik profesi adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri yaitu:
1)   Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2)   Untuk menjaga dan memelihara kesejateraan para anggota
3)   Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4)   Untuk meningkatkan mutu profesi
5)   Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Rumusan kode etik guru indonesia terdiri atas enam bagian, yaitu pengertian tujuan dan fungsi, sumpah dan janji guru indonesia, nilai- nilai dasar dan nilai- nilai operasional, pelaksanaan, pelanggaran dan sanksi, ketentuan tambahan dan penutup.

5.      Kinerja Guru Profesional
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A.Sahertian menjelaskan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti:
1)   Bekerja dengan siswa secara individual
2)   Persiapan dan perencanaan pembelajaran
3)   Pendayagunaan media pembelajaran
4)   Melibatan siswa dalam berbagai pengalaman belajar
5)   Kepemimpinan yang aktif dari guru.

Ukuran dari kinerja menurut T.R.Mitchell (1989) dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative and communication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru.
Quality of works diperjelas bahwa ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output siswa yang dihasilkan.

Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan nasional RI No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegerasi dalam kinerja guru.
1.      Kriteria Kompetensi Pedagogik, meliputi:
1)      Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2)      Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik.
3)      Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan  bidang pengembangan yang diampu.
2.      Kompetensi kepribadian, kriterianya meliputi:
1)      Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional indonesia.
2)      Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3)      Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.
3.      Kompetensi sosial, meliputi:
1)      Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
2)      Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah RI yang memiliki keragaman sosial budaya.
3)      Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi latihan secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.      Kompetensi profesional
1)      Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
2)      Mengembangkan materi pemlajaran yang diampu secara kreatif
3)      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

6.      Peranan Guru
1)      Guru sebagai demonstrator
2)      Guru sebagai pengelola kelas
3)      Guru sebagai mediator dan fasilitator
4)      Guru sebagai evaluator

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban- kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
1)        Keterampilan merencanakan pembelajaran
2)        Keterampilan melaksanakan pembelajaran
3)        Keterampilan menilai pembelajaran

Tugas guru sesungguhnya sangatlah berat dan rumit karena menyangkut nasib dan masa depan generasi manusia. Mengingat demikian strategisnya tugas guru, maka guru harus memiliki kompetensi profesional yang memadai. Tugas guru pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: tugas guru dalam berprofesi, tugas guru dalam bidang kemanusia di Sekolah dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

7.      Indikator Kinerja Guru
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Dengan mengaplikasikan sepuluh kompetensi dasar guru melalui fungsi manajemen pendidikan, secara operasional selanjutnya indikator penilaian terhadap kinerja guru dalam hal inipun dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu sebagai berikut:
1.      Perencanaan guru dalam program pembelajaran
Menurut R.Ibrahim dan Nanan Syaodih Sukmadinata (1993:37) menyatakan bahwa: Umumnya guru- guru hanya dituntut menyusun dua macam program pembelajaran, program pembelajaran untuk jangka waktu yang cukup panjang seperti program semesteran (untuk SMP dan SMA) atau program catur wulan (untuk SD) dan program untuk jangka waktu singkat yaitu untuk setiap satu pokok bahasan.

2.      Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dikelas adalah inti penyelenggaran pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran.
a.       Pengelolaan kelas
b.      Penggunaan media dan sumber belajar
c.       Penggunaan mtode pembelajaran

3.      Evaluasi dalam kegiatan
Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan  pendekatan dan cara- cara evaluasi, penyusunan alat- alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Evaluasi tersebut meliputi:
1.      Kegiatan remedian
2.      Kegiatan perbaikan program pembelajaran

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tidakan. Keterampilan dalam mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui sembilan keterampilan mengajar, yakni:
1)   Keterampilan membuka pelajaran
2)   Keterampilan bertanya
3)   Keterampilan memberi penguatan
4)   Keterampilan mengadakan variasi
5)   Keterampilan menjelaskan
6)   Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7)   Keterampilan mengelola kelas
8)   Keterampilan pembelajaran perseorangan
9)   Keterampilan menutup pelajaran

8.      Penilaian Kinerja Guru
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secra sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengampilan keputusan. Indikator jabatan fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan yang terdapat pada SK Menpan No.84/1993 dilakukan dengan memfokuskan pada unsur kegiatan berikut:
1)   Pendidikan
2)   Pengembangan profesi
3)   Kegiatan penunjang proses pembelajaran dan bimbingan

Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai guru hubungannya dengan kualitas kinerja guru menurut T.R.Mitchell (1978) yaitu:
Performance = Motivation x Ability
 
 


Dari formula tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi dan abilitas adalah unsur yang berfungsi membentuk kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
1.      Motivasi
Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan intensif keuangan dan pendekatan analisis pekerjan serta struktur penggajian. Berdasarkan pendekatan tersebut maka dikalangan para guru jabatan guru dapat dipandang secara aplikatif sebagai salah satu cara dalam memotivasi para guru untuk meningkatkan kemampuannya.

2.      Abilitas
Menurut Bob Davis et.al. (1994:235) skill dan abilitas adalah dua hal yang saling berhubungan dimana abilitas seseorang dapat dilihat dari skill yang diwujudkan melalui tindakannya.

3.      Kinerja
Kinerja atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar.

Indikator jabatan  fungsional kinerja guru sesuai dengan rincian kegiatan yang terdapat dalam SK Menpan No. 84/1993, dilakukan dengan memfokuskan pada unsur kegiatan sebagai berikut:
1)   Pendidikan
Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan terlihat upaya yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikannya.
2)   Pengembangan profesi
Upaya- upaya pengembangan yang dilakukan guru dapat dilihat dari kegiatan- kegiatan yang diikutinya seperti kegiatan karya tulis / karya ilmiah dalam bidang pendidikan, penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan, membuat alat- alat peraga sederhana untuk proses pembelajar dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

3)   Kegiatan penunjang proses pembelajaran dan bimbingan
Kegiatan penunjang disini adalah kegiatan yang menggambarkan upaya guru dalam menambah wawasan dan pengalaman sebagai kebutuhan yang akan menunjang kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
Memantau Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan memantau pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung melalui kegiatan monitoring antara seseorang pemantau dengan seorang guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat dilakukan sebaik mungkin. Dengan kegiatan ini diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan baik, sehingga proses pembelajaran menjadi kegiatan yang menyenangkan siswa.

N.    PROFESI GURU DAN KEPENDIDIKAN DALAM SISTEM ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
1.      Kedudukan Guru dan Tenaga Kependidikan Sebagai Tenaga Profesional dalam Administrasi dan Manajemen Pendidikan
Administrasi sebagai suatu seni (art) atau administrasi dalam praktek, sesungguhnya telah ada bersamaan dengan timbulnya peradaban manusia. Sampai tahun 1886 manusia hanya mengenal administrasi sebagai seni (art) kemudia pada tahun 1886 muncullah ilmu baru dibidnag administrasi dan ilmu-ilmu lain. Walaupun administrasi merupakan manajemen, akan tetapi administrasi mempunyai banyak aspek lain lagi, sehingga sampai batas-batas tertentu dapatlah dikatakan bahwa manajemen merupakan inti dari administrasi.

2.      Konsep Dasar Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan adalah kegiatan orang banyak yang menuju ke pada satu tujuan yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan itu dimulai. Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang administrasi salah satunya Admosudirdjo (1980) administrasi sebagai objek studi ilmu administrasi paling sedikit mempunyai beberapa arti salah satunya adalah (1) administrasi merupakan suatu fenomena social, suatu perwujudan dalam masyarakat modern, (2) administrasi merupakan suatu hayat atau kekuatan yang memberikan hidup atau gerak kepada suatu organisasi, (3) administrasi merupakan suatu fungsi fungsi tertentu mengendalikan, menggerakkan, mengembangkan, dan mengarahkan suatu organisasi, yang dijalankan oleh administrator dibantu oleh tim bawahannya.
Konsep Dasar  Manajemen Pendidikan
Suatu aktifitas atau seni mengatur dan mengetahui secara tepat apa yang ingin dikerjakan melalui proses perencanaan, mengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3.      Fungsi- Fungsi Administrasi dan Manajemen Pendidikan
1)      Fungsi Perencanaan
Perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan menentukan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan pada masa akan datang untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1980).
2)      Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian menurut Terry (1977) adalah pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok, penentuan hubungan – hubungan pekerjaan di antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatutunya.
3)      Fungsi Penggerakkan (Actuating)
Penggerakkan atau istilah pembimbingan menurut The Liang Gie merupakan aktivitas seorang manajer dalam pemerintah, menegaskan, menjuruskan, mengarahkan, dan menuntun karyawan atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekejaann dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4)      Fungsi Pengorganisasian
The Liang Gie (1983 :216) merupakan rangkaian aktifitas menghubungkan , menyatupadankan, dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya.
5)      Fungsi Pengarahan
Pengarahan dilakukan agar kegiatan yang dilakukan bersama tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadi pemborosan.
6)      Fungsi Pengawasan dan Pemantauan
Untuk memastikan semua program dan kegiatan telah dan sedang dilaksanakan sesuai yang direncanakan, maka setiap organisasi melakukan kegiatan pengawasan atau control.
4.      Refleksi Penerapan Administrasi Pendidikan dalam Perspektif Profesi Kependidikan
Pembahasan mengenai teori administrasi dan manajemen pendidikan adalah sesuatu yang tidak sederhana, sebab bagi sebagian besar orang sulit untuk menentukan kebijakan oleh eksekutif dan legislative termasuk bagian dari kegiatan administrasi dan manajemen pendidikan.
1)      Refleksi Penyelengaraan Administrasi Sekolah
Administrasi pendidikan sebagai bagian dari system penyelenggaraan pendidikan untuk pengimplementasikan fungsi-sungsi manajemendalam menggerakkan roda organisasi sebagai upaya mencapai tujuan.
2)      Refleksi Profesi Kependidikan
Organisasi pendidikan pemerintah daerah dan organisasi sekolah, merupakan suatu badan baik yang hubungannya merata (horizontal) maupun menegak (vertical) yang disebut dengan struktur  organisasi yang terdiri dari pimpinan dan pelaksana.
O.    GURU PROFESIONAL MEMPUNYAI KEMAMPUAN MELAKUKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN
1.      Pengembangan dan Implementasi Kurikulum
Kurikulum menyiapkan peserta didik untuk dapat hidup dan mempersembahkan karyanya dalam masyarakat. Dengan demikian dalam system pendidikn, kurikulum merupakan komponen penting untuk menjelaskan tujuan dan arah pendidikan serta pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik. Segala (2007) menegaskan bahwa kurikulum merupakan salah satu indicator yang menentukan berhasil tidaknya kinerja suatu pendidikan, oleh karena itu kurikulum harus dikelola secara baik dan professional oleh orang yang professional.

Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 1, ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang perlu diperhatikan yaitu : (1) objektivitas; (2) keterpaduan; (3) manfaat; (4) efesiensi dan efektifitas; (5) kesesuaian; (6) keseimbangan; (7) kemudahan; (8) berkesinambungan; (9) pembakuan.

2.      Model Pengembangan Kurikulum
1)      Model Taba
Model pengembangan oleh Taba (1962) lebih menitikberatkan bagaimana cara mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses memperbaiki dan menyempurnakan dengan cara induktif.
2)      Model Tyle
Lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai tujuan, dan misi suatu lembaga pendidikan.
3)      Model Weinstein dan Fantini
Bahwa suatu mdel dikembangkan melalui perwakilan dan perpindahan kedudukan; model ini memusatkan pada kebutuhan dan perhtian dari orang yang belajar.
4)      Model Miller dan Seller
Model implementasi kurikulum yang dikembangkan dan digunakan menurut Miller dan Seller (1985 : 249) untuk mendukung proses belajar mengajar.
5)      Model Rongers
Ada empat pengembangan model Rongers, yaitu (1) pemilihan target drai system pendidikan; (2)partisipasi guru secara sukarela dalam pengalaman kelompok yang intensif; (3)pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran; (4) partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok yang dapat dikoordinasi oleh komite sekolah masing-masing.

3.      Implementasi kurikulum
Terjemahan kurikulum dokumen menjadi kurikulum sebagai aktivitas atau kenyataan seperangkat kegiatan yang menyusul suatu keputusan untuk mencapai sasaran. Guru Profesional Mampu  mengembangkan dan Mengimplementasikan Kurikulum.
1.      Kompetensi Pendidik
Kompetensi pada hakikatnya mengambbarkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasaipeserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Pusat kurikulum Depdiknas (2002) mengatakan kompetesi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dn bertindak secara konsistem dan terus menerus.

2.      Guru melakukan sentuhan pedagogik dalam mengembangkan kurikulum
Kompetensi pedagogic adalah kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang disiapkan yaitu bagaimana pendidik (1) memiliki pemahaman wawasan atau landasan kependidikan (2) memiliki pemahaman terhadap peserta didik (3) mampu mengembangkan kurikulum/silabus (4) mampu menyusun rancangan pembelajaran (5) melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dll.

3.      Model kurikulum dan hasil belajar
Model dan hasil belajar saling berkaitan satu sama lain model yang dapat dilaksanakan dengan baik tentu dapat menghasilkan hasil yang baik pula.
Model kurikulum teknologis atau kurikulum berbasis kompetensi menekankan isi kurikulum, tetapi berupa kompetensi atau kecakapan dan ketrampilan kerja, dengan cirri utama pencapaian kompetensi minimal dalam bidang studi tertentu, oleh karena itu disebut berbasis kompetensi.





















BAB III
PENUTUP
                         
A.    Kesimpulan
Tugas guru adalah merencanakan kurikulum, mengorganisaikan prosedur dan sumber-sumber, mengatur lingkungan, untuk dapat bekerja secara lebih efisien, dan mengatur masalah-masalah potensi yang dipunyai siswa.
Psikologi pendidikan mempelajari pelajar atau siswa, belajar, dan mengajar. Prinsip-prinsip ini memusatkan perhatian, dimana informasi, keterampilan, nilai, dan sikap diteruskan dari gurunke siswadi kelas.

Ahli-ahli psikologi pendidikan menerapkan pengetahuan psikologi pendidikan dari berbagai bidang ilmu dan juga menciptakan ilmu pengetahuna psikologi sendiri mereka menggunakan metode ilmiah dan juga mengembangakan metode mereka sendiri.

Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang perlu diperhatikan yaitu : (1) objektivitas; (2) keterpaduan; (3) manfaat; (4) efesiensi dan efektifitas; (5) kesesuaian; (6) keseimbangan; (7) kemudahan; (8) berkesinambungan; (9) pembakuan.

B.     Saran
Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khusunya. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk dapat lebih baik lagi dalam tugas selanjutnya.







DAFTAR PUSTAKA


Djiwandono,Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sagala,Syaiful. 2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: IKAPI

Rusman. 2012. Model- model pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persanda






















LAMPIRAN


1.      Ria Destiana                : Menjadi Guru Profesional
2.      Intan Indah Saputri     : Psikologi Pendidikan 1
3.      Dewi Amelia               : Psikologi Pendidikan 2
4.      Ariyanti Nurrohmah    : Kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI