Makalah LOGIKA BAHASA (Induksi)


logo stkip.pngMAKALAH
“INDUKSI”
Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Logika Bahasa
Dosen Pengampu Ibu Roro






Disusun oleh,
Kelompok II
1.      Ria Destiana (15040030)
2.      Rizky ()
3.      Epa Yuli Tamala ()

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017



KATA PENGANTAR


Assalamuallaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen mata kuliah Logika Bahasa dosen pengampu Ibu Roro dan teman- teman lain yang telah mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini serta Orang Tua yang selalu mendoakan dan memotivasi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Logika Bahasa. Didalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyusun makalah lain di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi pembaca.
Wassalamuallaikum Wr. Wb


                                                                                                Pringsewu, 15 Oktober 2017

                                                                                                               Penyusun








DAFTAR ISI

































BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Logika berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran.  Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mempelajari logika antara lain mempertinggi kemampuan untuk menyatakan gagasan secara jelas dan berbobot, meningkatkan keterampilan menyusun definisi dan kata- kata serta memperluas kemampuan untuk merumuskan argumentasi dan memberikan analisisnya secara kritis.

Dalam sebuah logika harus memiliki sebuah penalaran. Penalaran terbagi menjadi dua yaitu penalaran langsung dan tidak langsung. Penalaran tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan atas dua preposisi ataau lebih sebagai premis kemudian disimpulkan. Penalaran tidak langsung ada tiga yakni induksi, deduksi dan penyimpulan kausal. Salah satu penalaran tidak langsung yaitu induksi. Oleh sebab itu untuk lebih jelasnya induksi akan di bahas lebih jelas dan khusus pada makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Induksi itu?
2.      Bagaimanakah ciri- ciri induksi?
3.      Bagaimanakah Metode Pemikiran Induksi?
4.      Syarat dan Bentuk Generalisasi Induksi?

C.    Tujuan dan Manfaat
Untuk mengetahui lebih secara luas dan khusus tentang Induksi didalam Logika Bahasa.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Induksi
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menemukan hal umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006).

Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data- data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat rumusan dari hukum- hukumnya.

Jadi, Induksi adalah pola pikir dari khusus ke umum. Artinya, berkebalikan dari umum ke khusus dia melihat sesuatu secara kasus-kasus sebelum menyimpulkan gambaran umum.

Misalnya kita masuk ke sebuah ruang, lalu kita melihat dokter, lalu melihat tempat tidur putih dan kemudian melihat rak jendela, kita lalu menyimpulkan bahwa kita berada di rumah sakit. Contoh lainnya yang klasik adalah masalah logam. Kita meneliti mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana logam logam itu bereaksi terhadap panas. Logam emas, memuai, logam perak memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya logam memuai.


B.     Logika Induktif
Ditinjau dari segi asal kata, maka kata ‘logika’ adalah  dari kata ‘logos’ yang berarti ‘pengertian atau pemikiran atau ilmu’. Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika adalah ‘cabang dari filsafat ilmu pengetahuan dan logika juga merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kerangka berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat penting atau mendasar dalam studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M. 1978).

Logika induktif adalah ‘sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi Pemakaian logika induktif ini berbahaya karena bisa terjadi terlalu cepat mengambil kesimpulan yang berlaku umum, sementara jumlah kasus yang digunakan dalam premis kurang memadai. Selain itu pula, kemungkinan premis yang digunakan kurang memenuhi kaedah- kaedah ilmiah.
Ciri-ciri logika induktif antara lain:
1)      Sintesis
Kesimpulan ditarik dengan mensintesakan kasus-kasus yang digunakan dalam premis-premis.
2)      General
Kesimpulan yang ditarik selalu meliputi jumlah kasus yang lebih banyak
3)      Aposteriori
Kasus-kasus yang dijadikan landasan argumen merupakan hasil pengamatan inderawi. Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak (ada aspek probabilitas).

Secara umum, logika induktif sulit untuk dibuktikan kebenaran/ke-reliable­-annya dilihat dari ciri-cirinya. Sebagai contoh:
Strong Inductive/Induktif kuat
1)        Besi (logam) apabila dipanaskan memuai
2)        Perunggu (logam) apabila dipanaskan memuai
3)        Perak (logam) apabila dipanaskan akan memuai
Jadi, logam (besi, perunggu, perak) apabila dipanaskan akan memuai.
Buktinya sangat kuat. Hampir semua logam bila dipanaskan akan memuai.

Weak Inductive/ Induktif lemah
1)        Apel di Toko A rasanya manis
2)        Apel di Toko B rasanya manis
3)        Apel di Toko C rasanya manis
Jadi, semua apel rasanya manis.
Buktinya lemah. Tidak semua apel rasanya manis, karena ada juga apel yang rasanya masam.
Dari contoh di atas antara Strong Inductive dan Weak Inductive, bisa diambil kesimpulan bahwa logika induktif bisa menjadi reliable ketika kebanyakan orang sudah pernah mengalaminya sendiri atau menurut pendapat kebanyakan orang secara global.

Kedua pemikiran ini tidak hanya penting bagi ilmu pengetahuan namun juga penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Pemikiran deduktif dan induktif sering kali digunakan ke sebuah penelitian walau nampaknya penelitian itu cenderung terlihat murni induktif. Pemikiran Induktif untuk melakukan generalisasi dari penelitian penelitan. Pemikiran Deduktif digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis.

C.     Metode Berpikir Induksi
Induksi didefinisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti. Pendekatan induksi sangat berbeda dengan deduksi. Tidak ada hubungan yang kuat antara alasan dan konklusi. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi (induction process) dan metodenya disebut metode induktif (inductive method) dan penelitiannya disebut penellitian induktif (inductive research). Dengan demikian pendekatan induksi mengumpulkan data terlebih dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan atau konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan. Proses induksi selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif (naturalis). Penalaran induksi merupakan proses berpikir yang berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus. Kesimpulan menjelaskan fakta sedangkan faktanya mendukung kesimpulan.
Induksi adalah pengambilan kesimpulan secara umum dengan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari fakta-fakta khusus.  Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Contoh:
1)      Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
Jika dipanaskan, logam memuai.
2)      Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.





                                                                                                                                                




  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI