CERPEN UNTUK METODE PEMBELAJARAN


Nama Lengkap            : Ria Destiana
NPM                           : 150400 30
Kelas                           : 3A Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah                : Metode Pembelajaran
Dosen Pengampu        : Izhar, M.Pd.
Tanggal                       : 17 Desember 2016
Cerpen                         : Seorang Anak SMP yang malu mengakui ibunya seorang
                                       Penjual Jamu.



MAAFKAN AKU YANG MELUKAIMU

Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sangatlah tak terhingga. Untuk seorang anak yang dicintainya ibu rela menderita berbeda dengan cinta seorang anak kepada ibu nya. Terkadang oleh waktu dapat memudar.
Terlihat sebuah hunian reot diujung jalan pinggir kota jakarta. Yang dihuni oleh 1 wanita perkasa dengan 1 anak beranjak remaja bernama Ani. Kedua anak dan ibu ini saling menyangi. Setiap pagi ani selalu membantu ibunya meracik bahan- bahan untuk membuat jamu. Sang ibu sangatlah bahagia, ia bersyukur karena anaknya selalu membantunya, anipun bersyurkur karena terlahir dari ibu yang kuat dan tegar. Setelah usai membantu ibunya, ani bergegas mengambil air wudhu dan shalat subuh tak lupa ia berdoa agar keluarganya selalu diberi kesabaran dan keimanan serta ketaqwaan dalam hidup ini.
Sudah seminggu ani menjadi siswi di SMPN 01 Jakarta Utara. Ibu nya sangat bangga karena ani semangat sekolah walaupun dari keluarga yang sederhana oleh sebab itu ibunya bertekad untuk menyambung hidup bersama anak satu satunya dengan berjualan jamu gendong.
“Udah nduk, magkat wae. Kerjaannya biar ibu yang selesaikan” kata sang ibu saat melihat ani sedang memasuki sedikit demi sedikit bahan racikan jamu kedalam beberapa botol.
“Ndak papa bu, tanggung 2 botol lagi, nanti kalau udah selesai ani langsung mandi” jawab ani.
Sang ibu tidak dapat berkata apa- apa selain  berkaca- kaca melihat gadis kecilnya, yang dulu ia timang kini membantunya dalan ada saat suka maupun duka. Teringat kembali seandainya suaminya jika masih ada ditengah- tengah keluarga, pastilah ia dan ani tidak akan sesusah ini. Tapi ibu percaya bahwa setiap peristiwa pasti ada peristiwa lain lebih indah yang telah ditetapkan oleh allah SWT.
“Selesaii....” begitu senangnya ani saat telah menyelesaikan tugas rumahnya. Ia langsung bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap- siap kesekolah.
Ani menghampiri ibunya yang sedang membuat sarapan dan bekal untuknya didapur.
“bu, anni berangkat kesekolah dulu” pamit ani sambil meraih tangan sang ibu dan menciumnya memohon doa restu untuk diberi kemudahan disetiap harinya.
“gak sarapan dulu nduk, walaupun sedikit biar ganjel perutmu. Itu juga ibu siapain bekal buat istirahat nanti disekolah. Tunggu sebentar ibu ambilin minumnya” perintah sang ibu.
“nanti aja bu, disekolah. Takut kesiangan, makasih bu nanti bekalnya ani makan dikelas” ujar ani sambil mengambil bekal dan mencium tangan sang ibu.
“iya udah, hati- hati dijalan nduk. Kalau nyeberang liat kanan kiri, jangan terburu- buru. Jangan lupa selalu berdoa pada gusti allah” pesan ibu pagi itu.
“siap kanjeng ratu” jawab ani riang.
Tepat saat bel tanda masuk berbunyi Ani telah sampai didepan kelasnya. Beruntung bapak Hardi belum masuk kelas. Ani langsung duduk di bangkunya, terlihat teman temannya sedang menunggunya. Ani merupakan anak yang periang dan pintar oleh sebab itu ia disukai teman- temannya.
“Lama banget sih, jam karet deh. Untung aja bapaknya belum datang” omel temannya. Yang diomelin tetap tersenyum “Alhamdulilah bapaknya belum datang”. Teman sebangkunya hanya kesal melihat ani yang tetap tenang seperti itu.
Terdengar suara berisik sekali saat jam- jam kosong seperti saat ini. Tetapi disaat suara sepatu dan bunyi pintu terbuka maka semua siswa secara kompak menutup mulutnya dan hanya keheningan yang ada dikelas. Karena mereka paham bahwa gurunya telah datang.
“Semua siap. Beri salam kepada bapak guru” pandu ketua kelas X IPA 1
“Assallamuallaikum wr.wb” serentak siswa memberi salam dan guru membalas salam dilanjutkan dengan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tak terasa pembelajaran telah usai, Terlihat dipintu gerbang sekolah bagaikan sekumpulan burung yang tergesa gesa keluar sarangnya takut ditanggkap kembali oleh pemiliknya.
Begitu pula ani. Secepat mungkin ingin sampai dirumah. Tetapi saat ia sedang menunggu angkot, teman- temannya mengajaknya pergi ke mall terdekat untuk membeli sebuah buku. Ani yang baik hati tidak tega melihat temannya yang memohon untuk ditemani. Ahirnya ani ikut ke toko buku. Bersama teman teman yang lain ani asyik melihat buku- buku yang ada disana.
Tak terasa waktu telah beranjak sore, matahari telah tenggelam di barat.
“Pulang yuk, udah sore. Sudah mau magrib” ajak ani.
“Oke deh, sebentar ya aku bayar dulu. Tapi nanti kita makan dulu, aku yang traktir deh” lanjut tika temannya.
Ani sebenarnya ingin pulang, ia takut ibunya menunggu dirumah. Tetapi ia tidak enak hati jika menolak permintaan dan niat baik temannya.
“Hei, kenapa ngelamun. Kesambet loh nanti. Yuk, cap cus” kata tika sambil menarik tangan ani untuk mengikutinya.
Saat keluar dari area mall, dari kejauhan ani melihat ibunya sedang menjajakan dagangannya kepada pengunjung- pengunjung yang berdatangan. Ingin rasanya ia langsung menghampiri ibunya. Tetapi ia merasa tidak enak pada temannya yang sedang mencari teman- teman yang lain juga. Karena memang kita akan makan bersama.
Beberapa menit kemudia teman teman ani yang lain berdatangan.
“yuk, langsung aja deh kita cari tempat makan yang enak disekitar sini” ajak tika pada ani dan teman teman nya.
Ketika memasuki area parkir, ibu ani yang melihat anaknya magrib seperti ini masih berkeliaran diluar dan belum pulang kerumah kemudian mengampiri ani yang sedang berjalan untuk pergi ke tempat makan.
Dengan tergopoh gopoh membawa bakul jamu, ibu ani berjalan cepat kearah anknya. “Nduk, kamu ngapain jam segini masih keluyuran ndak jelas” tanya sang ibu.
Teman teman ani sangat kaget melihat wanita setengah baya penjual jamu gendong memanggil ani dengan sebutan nduk. “Bukannya nduk itu artinya anak ya” terdengar teman teman ani sedang terheran- heran. Ani yang mendengar teman- temannya menjadi emosi dan malu.
Karena malu pada teman temannya. Ani yang merupakan anak baik seketika berani membentak dan tidak mengakui ibu nya sendiri didepan teman- temannya.
“Nduk-nduk, emanngya aku anakmu apa. Sudah sana jauh- jauh. Aku gak kenal” ketus ani didepan ibu.
“iyaa udah sana bu, kita- kita ini gak doyan jamu” timpal tika yang memang tidak pernah minum jamu.
“Hari gini, minum jamu. Gak kekinian banget deh. Yuk pergi aja dari sini. Buang waktu banget” kata ani dan teman- teman yang lainnya.
Ibunya langsung kaget dan tak menyangka bahwa anak remajanya telah tega menyakiti perasaan hatinya. Tetapi ibunya tetap memaafkan ani. Beliau paham bahwa ani pasti malu jika teman- temannya tahu ibunya hanya seorang penjual jamu keliling. Walaupun begitu ibu ani tetap berpesan agar ani tidak pulang terlalu malam dan jawab ani sangatlah menggores perasaan ibunya. Ibu hanya dapat melihat kepergian ani bersama teman- temannya dan berdoa kepada gusti allah agar anknya selalu diberi perlindungan.
Sudah 2 jam ibu menunggu Ani dirumah. Tetapi ani tak kunjung datang. Ibu sangat khawatir takut ani kenapa- kenapa. Apalagi ini kota jakarta, ibu takut ani terjerumus ke jalan yang salah.
Tiba- tiba terdengar suara orang mengetuk pintu. Pasti itu ani pikir ibunya. Ibu Ani langsung membukakan pintu untuk anaknya. Tetapi ternyata yang datang bukannlah anak kesayangannya. Terlihat pak polisi datang memberi kabar bahwa ani dan teman- temannya kecelakaan saat mencoba menerobos lampu merah dan sekrang ani dirawat dirumah sakit.
“Astagfirullah, ya allah gusti allah. Lindungilah anakku. Terimakasih pak sudah dikabarkan, saya akan segera kesana” kata ibu ani. Secepat mungkin ibunya mengemas barang barang bawaan dan menuju rumah sakit dimana ani dirawat.
Sesampainya disana telihat ani tebujur lemas di balut perban putih.
“Masyaallah nduk, kok bisa kayak begini” kata ibu cemas setelah melihat kondisi ani.
“maafin ani bu, ani salah. Ani udah durhaka gak mengakui ibu tadi. Ani tadi malu bu, ani khilaf. Ani tidak mengikuti nasehat ibu. Seadainya tadi ani langsung pulang pasti gak akan seperti ini. Maafin bu” sesal ani saat melihat ibunya sedih dan menangis.
“gak apa-apa nduk, yang penting kamu selamat. Kamu juga harus minta maaf sama gusti allah, karena udah melupakannya. Ani belum sholat magrib kan tadi” ingat ibunya.
“iya bu, nanti ani akan sholat dan mohon ampun pada gusti allah” jawab ani.
Ani bersyukur ia mempunyai ibu yang selalu ada dan menyayanginya. Yang sabar menghadapi segala tingkah lakunya selama ini. Ani berjanji dimanpun dan dengan siapapun, dia tidak akan malu lagi untu mengakui bahwa ibunya seorang penjual jamu. Bahkan ani bercita- cita jika ia sudah dewasa nanti dia akan membuat depot penjualan jamu untuk ibunya tercinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK