JENIS JENIS MEMBACA


TUGAS MEMBACA
 “JENIS- JENIS MEMBACA”
Diampu oleh Dwi  Fitriani, S.Pd., M.Pd.









Disusun oleh,
Kelompok III
1.      Sofyan Hidayat                 (1504 00 01)
2.      Epa Dwi Tamala               (1504 00 04)
3.      Teguh Setiawan                (1504 00 08)
4.      Fuji Setya Kurniastuti       (1504 00 09)
5.      Chairunnisa                       (1504 00 13)
6.      AjiSantoso                        (1504 00 16)
7.      Ariyanti Nurrohma            (1504 00 20)
8.      Riski Febbianto                 (1504 00 25)
9.      Wike Dwi Agustin            (1504 00 29)
10.  Ria Destiana                      (1504 00 30)


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
JENIS – JENIS MEMBACA

1.      MEMBACA NYARING
A.    Pengertian
Ditinjau dari segi terdengar atau tindakan suara pembaca waktu dia membaca, proses membaca dapat bagi atas:
1.      Membaca ngaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (reading out loud,oral reading, reading aloud)
2.      Membaca dalam hati (silent reading)
Pada membaca dalam hati kita, hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini, yang aktif adalah mata (pandangan ; penglihatan ) dan ingatan. Sedangkan pada membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif audiotory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkutan dengan paut dengan otot-otot kita). (moulton 1970 ; 15)
Membaca nyaring adalah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang membaca nyaringpertama-tama haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Dia juga harus mempelajari keterampilan penafsiran atas lambing-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penukanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup. Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Dia juga harus dapat mengelompokan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, is harus mempergunakan segala ketrampilan yang telah dipelajarinya pada pembaca dalam hati sebagai tambahan bagi ketrampilan lisan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Demikianlah, nyata kepada kita bahwa membaca nyaring merupakan suatu ketrampilan yang serba rumit, kompleks, dan banyak seluk beluknya. Pertama-tama, pengertian terhadap aksara diatas. Sesungguhnya,sedikit orang yang terlibat atau ditutuntut untuk membaca nyaring sebagai kegiatan rutin setiap hari, seperti penyiar radio, pembicara televise, pendeta, pastor, atau actor. Demikianlah, dari segi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya memang terbatas benar-benar.(broughton (et al) 1978 : 92).

B.     Ketrampilan – Ketrampilan Yang Dituntut Dalam Membaca Nyaring
Pembicaraan terdahulu mengemukakan bahwa membaca nyaring merupakan suatu aktifitas yang menuntut aneka ragam ketrampilan. Daftar ketrampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring.
Kelas 1 :
1.      Mempergunakan ucapan yang tepat ;
2.      Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata) ;
3.      Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna memudah dengan baik ;
4.      Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat dengan baik ;
5.      Menggunakan tanda-tanda baca sederhana, seperti :
Titik                ( . )
Koma              ( , )
Tanda tanya    ( ? )
Tanda seru      ( ! ).
Kelas II :
1.      Membaca dengan terang dan jelas ;
2.      Dengan penuh perasaan, ekspresi ;
3.      Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa berbata-bata.
Kelas III :
1.      Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi ;
2.      Mengerti serta memahami bahan bacaan.
Kelas IV :
1.      Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar ;
2.      Kecepatan mata dan suara : 3 patah kata dalam satu detik.
Kelas V :
1.      Membaca dengan pemahaman dan perasaan ;
2.      Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan ;
3.      Dapat membaca tanpa terus menerus melihat pada bahan bacaan.
Kelas VI:
1.      Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi ;
2.      Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri ) dan mempergunakan frase atau susuna kata yang tepat.
(barbe and Abbott 1975 : 156 – 167 ; dawson  (et al) 1963 : 216).
C.    Peningkatan Ketrampilan Membaca Nyaring
Seorang membaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali menyampaikan sesuatu yang penting kepada para pendengarya. Sesuatu yang penting tersebut dapat berupa informasi yang baik sesuati pengalaman yang berharga, uraian yang jelas, karakter yang menarik hati, sekelumit humor yang segar, atau sebait puisi. Tanpa dorongan yang sedemikian rupa, kegiatan membaca nyaring itu akan menjadi hambar dan tidak hidup. Pembaca hendaklah mengetahui serta mendalami keinginan serta kebutuhan para pendengarnya serta menginterprestasikan bahan bacaan itu secara tepat. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksut pengarang, pembaca biasanya mempeggunakan berbagai cara antara lain :
1.      Dia menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas ;
2.      Dia menjelaskan perubahan dari satu ide keide yang lainnya ;
3.      Dia menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik;
4.      Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai ;
5.      Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.
Ketrampilan- ketrampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar, secara alamiah dalam membaca drama menambahi sejumlah nilai pada pembaca, antara lain :
1.      Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi yang terlihat pada pemupukan keyakinan anak-anak sehari hari.
2.      Memperkaya daya hayal, imajinasi dalam membaca  fiksi.
3.      Menanamkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis- jenis membaca lainnya.
4.      Mempertinggi pemahaman, mengembangkan kosakata, membaca frase / paragraph, ekspresi / perasaan, serta ketrampilan-ketrampilan berbicara secara umum.
Sifat-sifat atau kualitas kualitas yang simpatik sekalipun dalam hal-hal yang agresif. Membaca dramamenuntut disiplin-disiplin yang tidak terdapat pada aktifitas membaca lainnya. Kesiapsiagan terdapat pancatatan,menghadapi isarat-isarat, menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar sesuai dengan teks membaca kata-kata serta frase;frase dengan tepat, mengekspresikan sesuatu dengan baik ; semua factor tersebut serta faktor-faktor lainnya akan diketahui oleh sang anak sebagai hal-hal yang penting dalam keberhasilan pagelaran sesuatu drama.
Pemahaman terjamin ;sang anak takkan menginterprestasikan baris-baris bacaan kalau dia tidak mengerti serta memahaminya. Anak yang cenderung membaca sesuatu kata pada sewaktu-waktu atau tidak mengindahkan tanda-tanda koma atau titik dalam menbaca nyaring akan berusaha keras sekuat daya menguasai / memahami frase-frase yang sempurna memperhatikan tanda-tanda baca waktu dia menginterprestasikan atau menafsirkan peranannya. Peningkatan atau pemantapan ekspresi melalui penekanan, jeda, serta interprestasi suasana hati dan perasaan merupakan hasil atau pencerminan dari membaca drama (play reading ).baca elementer modern biasanya memuat drama-drama yang disusun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Akan tetapi, jangan dilupakan bahwa anak-anak membutuhkan lebih banyak pengalan dengan bentuk sastra seperti ini daripada yang disediakan dalam suatu seri bacaan. (Anderson 1972 : 98 -99).
2        MEMBACA DALAM HATI
A.    Pengantar
Pada Saat membaca dalam hati kita hanya menggunakan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (Silent Reading) adalah untuk memperoleh informasi. Latihan membaca dalam hati haruslah dimulai semenjak anak- anak sudah dapat membaca sendiri. Pada tahap ini anak haruslah dilengkapi dengan bacaan tambahanan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan, sehingga memperoleh serta memahami ide- ide dengan usahanya sendiri. Keterampilan membaca dalam hati merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan. Dibanding dengan membaca nyaring, membaca dalam hati jauh lebih ekonomis dan dapat dilakukan disegala tempat.
Membaca secara perseorangan menurut selera masing- masing ini disebut personalize reading. Kenyataan ini menuntut peningkatan pengajaran cara membaca serupa ini di sekolah- sekolah. Pengajaran ini merupakan suatu pendekatan terhadapt organisasi kelas.
Demikianlah, dalam membaca perorangan ini “how to read” haruslah disejajarkan atau diimbangi dengan prekembangan “love for reading” dan menuntut agar pembaca dalam hati dilaksanakan seefektif mungkin. Program pengajaran membaca perorangan menganut suatu falsafah yang mengatakan “you learn to read by reading” atau “anda belajar membaca dengan (jalan) membaca”. (Barbe and Abbott 1975: 26).
Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas:
1)      Membaca ekstensif
2)      Membaca intensif
Berikut ini akan dibicarakan suatu persatu secara terperinci.

B.     Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi penting- penting dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini juga merupakan salah satu alat yang dapat dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari sesuau tanpa dia sendiri pergi memukin ke negara asal bahasa tersebut.
Membaca ekstensif ini mliputi:
1)      Membaca survei (survey reading)
2)      Membaca sekilas (skimming)
3)      Membaca dangkal (superficial reading)

1.      Membaca Survei
Sebelum membaca kita biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari atau ditelaah dengan jalan:
a)      Memeriksa, meneliti indeks, daftar kata yang terdapat dalam buku.
b)      Melihat, memeriksa, meneliti judul bab yang terdapat dalam buku.
c)      Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting, hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya.
2.      Membaca SekilasA
Membaca sekilas adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi penerangan. Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:
a)      Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel tulisan singkat.
b)      Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan
c)      Untuk menemukan/ menepatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. (Albert (et al) 1961a :30).
Berikut ini kita perbincangkat satu persatu secara selayang pandang.
a.       Memperoleh Kesan Umum
Bila kita ingin memperoleh kesan umum dari suatu buku nonfiksi dengan cepat, kita dapat melakukannya dengan jalan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi dan indeks. Kita akan memperoleh suatu pandangan yanng lebih baik kalau kita mengikuti langkah ini dengan membuka halaman buku tersebut dengan cepat, emlihat pada bab dan subbab, gambara, peta, skema dan diagram.
Kita dapat memperoleh kesan umum dari suatu novel dengan jalan pandangan sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu sambil jalan.
Kita dapat membaca sekilas suatu artikel dalam majalah dalam surat kabar dengan cara berikut ini. Bacalah pertama sekali paragraf awal dan akhir. Kedua paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok masalah artikel tersebut dan sikap serta pandangan umum penulis terhadapt pokok masalah. Sesudah itu telitilah secara umumpenulis tehadap pokok masalah. Sesudah kalimat judul serta petunjuk lainnya mengenai hal penting yang diperbincangkan itu.
b.      Menemukan Hal Tertentu
Kita seringkali membaca sekilas untuk menemukan fakta atau hal tertentu. Petunjuk berikut ini akan dapat menolong dalam usaha mendapatkan informsi yang tepat dan cepat.
1)      Tentukan dengan jelas hal atau fakta yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan yang akan dijawab.
2)      Siapkan/ ingat kata yang paling tepat untuk menunjukan hal tersebut.
3)      Bila kita mencari informasi dalam suatu buku, baikknya kita melihat apakah kata tersebut tercantum dalam indeks.
4)      Liriklah setiap halaman dengan cepat hanya untuk mencari kata atau detail yang diingini.
c.       Menemukan Bahan dalam Perpustakaan
Dalam pencarian bahan yang diperlukan diperpustakaan, kitapun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku yang sesuai. Kalau kita membiasakan diri membaca sekilas dengan tepat dan cerdas, kita akan kagum betapa banyaknya informasi yang dapat kita peroleh dalam waktu yang singkat.
Memang harus disadari benar bahwa membaca sekilas merupakan suatu keterampilan yang sangat berfaedah kalau tidak disalahgunakan. Kita tidak membaca sesuatu buku kata demi kata maka dalam membaca sekilaspun kita tidak perlu membaca segala sesuatu, tetapi yang penting- penting saja. Dalam penerapannya yang baik, membaca sekilas apa yang dicari serta bagaimana cara menghubungkan apa yang telah ditemui dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
(Albert (el al) 1961a :30-32).
3.      Membaca Dangkal
Membaca dangkal pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luas yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Membaca ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan diwaktu senggang. (Broughton (et al) 1978: 92).
Membaca ekstensif biasanya lebih banyak dilakukan dikelas, tugas- tugas diberikan guru beberapa kali secara teratur dan didalam kelas diperlukan sekelumit waktu untuk mengecek atau memeriksa apakah para pelajaran mengerti ciri- ciri utama cerita tersebut. (Brooks 1964:173).

C.    Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah studi saksama, telaah teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira- kira dua sampai empat halaman setiap hari
Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif adalah:
1)      Membaca telaah isi
2)      Membaca telaah bahasa
Perlu ditegaskan disini bahwa membaca intensif menyatakan bahwa bukanlah hakikat keterampilan- keterampilan yang terlihat yang paling diutamakan atau yang paling menarik perhatian kita, tetapi hasil- hasilnya dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda- tanda hitam atau aksara diatas kertas. Membaca intensif pada hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata. Tujuan utam adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen- argumen yang logis, urutan –urutan retoris atau pola- pola teks, pola simbolisnya, nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola sikap t=dan tujuan sang pengarang dan juga sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Erat hubungannya dengan tingkatan pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan membaca akan menurun kalau kedalam serta keterperincian pemahamanan semakin bertambah, semakin meningkat, tetapi jangan pula kita lupakan bahwa ada faktor yang lain yang turut campur tangan dalam hal ini. Salah satu faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah pengenalan pembaca terhadap  isi bahan bacaan. Kita tentu saja lebih mudah menangkap serta memahami isi bacaan yang telah kita alami, kita masih mungkin mengembangkan kecepatan membaca dan membaca yang efesien jelas melibatkan kecepatan membaca yang tinggi dengan tingkat pemahaman yang tinggi.
D.    Keterampilan Yang Dituntut Pada Membaca Dalam Hati
Seperti halnya membaca bersuara, membaca dalam hati merupakan suatu kegiatan yang menuntut aneka ragam keterampilan. Berikut ini dikemukakan sejumlah keterampilan yang dituntut pada setiap kelas sekolah dasar khususnya pada membaca dalam hati,
Kelas I:
1)      Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan- gerakan bibir, dan tanpa berbisik.
2)      Membaca tanpa gerakan- gerakan kepala.
Kelas II:
1)      Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala.
2)      Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.
Kelas III:
1)      Membaca dalam hati tanpa menunjuk dengan jari tanpa gerakan bibir.
2)      Memahami bahan bacaan yang telah dibaca secara diam atau secara dalam hati itu
3)      Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
Kelas IV:
1)      Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
2)      Kesempatan mata dalam membaca 3 kata per detik.
Kelas V:
1)      Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripada besuara.
2)      Membaca dengan pemahaman yang baik.
3)      Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala dan menunjuk menggunakan jari tangan.
Kelas VI:
1)      Membaca tanpa gerakan bibir tanpa komat kamit.
2)      Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
3)      Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit  pada bacaan fiksi pada tingkat dasar.(Barbe and Abbott 1975: 156- 167)

A. MEMBACA TELAAH ISI
A.    Pendahuluan
Menelaah isi sesuatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berfikir, serta keterampilan menagkap ide- ide yang tersirat dalam bahan bacaan.Membaca telaah isi terbagi atas:
1)      Membaca teliti
2)      Membaca pemahaman
3)      Membaca ide
4)      Membaca kritis
Berikut ini akan dibahas satu persatu secara terperinci.
B.     Membaca Teliti
Sama pentingnya dengan membaca sekilas, kita acap kali perlu membaca dengan teliti bahan- bahan yang kita sukai. Jenis membaca teliti ini menunutut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, anatar lain:
1.      Survei yang cepat untuk memperhatikan/ melihat organisasi dan pendekatan umum.
2.      Membaca secara saksama dan membaca ulang paragraf- paragraf untuk menemukan kalimat- kalimat judul dan perincian- perincian penting.
3.      Penemuan hubungan setiapa paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel.
I.       Membaca Paragraf dengan Pengertian
Suatu paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok (central thought). Kadang- kadang, kata pikiran pokok tersebut dikspresikan dalam suatu kalimat judul (topic sentence) pada awal paragraf. Ada pula halnya pikiran pokok tersebut dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat. Oleh sebab itu, kita perlu melatih diri mengenal pikiran pokok tersebut serta melihat bagaimana caranya paragraf mengembangkan pikiran tersebut.
Perlu diketahui bahwa terdapat sejumlah cara untuk mengembangkan pikiran pokok suatu paragraf, antara lain:
a)      Dengan mengemukakan alasan- alasan
b)      Dengan mengutarakan perincian- perincian
c)      Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh
d)     Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan dua hal
(Albert (et al) 1961a : 35)
Berikut ini, akan diberikan contoh dari setiap cara pengembangan pikiran pokok paragraf tersebut diatas. Walaupun kebanyakan paragraf tidaklah tersusun sejelas contoh yan dikemukakan, namun semua paragraf yang baik memiliki suatu organisasi yang dapat dikenal.

a.       Pengembangan Paragraf dengan Mengemukakan Alasan
Pada paragraf berikut ini, kita dapat melihat bahwa pikiran pokok itu dinyatakan dengan jelas dalam suatu kalimat judul (yang dicetak miring). Perhatikanlah baik- baik bagaimana cara penulis mengembangkan pikiran pokok dengan mengemukakan alasan- alasannya!
Ada beberapa alasan mengapa saya memilih bahasa Simalungan sebagai bahan disertasi saya. Pertama, penelitian mengenai bahasa Simalungun masih sangat langka. Kedua, bahasa Simalungun merupakan jembatan penghubung antara bahasa- bahasa Batak Utara dan bahasa- bahasa Batak Selatan. Ketiga, bahasa Simalungun bukan bahasa ibu saya, jadi unsur kesubjektifan dapat dikurangi dalam penelitian. Akhirnya, saya ingin memberikan suatu sumbangan, baik bagi ilmu bahasa regional, nasional, maupu internasional (Henry Guntur Tarigan “Mase Sahap Simalungan”).
Kita dengan mudah dapat menemukan organisasi paragraf tersebut tanpa kesulitan. Inilah rangka paragraf tersebut:
1)      Penelitian mengenai bahasa Simalungan masih langka.
2)      Bahasa Simalungan merupakan jembatan penghubung.
3)      Bahasa Simalungan  bukan bahasa Ibu saya.
4)      Ingin memberikan sumbangan bagi ilmu bahasa
Penulis paragraf tersebut membuat butir- butir idenya dengan sistem  penomoran.Perhatikanlah kata- kata pertama, kedua, ketiga dan akhirnya.
b.      Pengembangan Paragraf dengan Mengutarakan Perincian
Apabila pikiran pokok suatu paragraf merupakam suatu pernyataan yang memerlukan suatu penjelasan atau keterangan, penulis yang baik akan mengutarakan perincian- perincian yang membuat keterangan itu jelas dan lengkap. Paragraf berikut ini dikembangkan dengan  cara mengutarakan perincian- perincian untuk menunjang pikiran pokok.
Pendidikan yang ditempuhnya dengan penuh pengorbanan tanpa pamrih selama bertahun- tahun, baik didalam maupun luar negeri dengan bermodalkan tekad dan cita- cita yang luhur mengangkat martabat keluarganya ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih mulia dimata masyarakata. Betapa tidak. Suatu keluarga miskin, golongan rendah, maju dalam pendidikan. Dari enam orang anak, lima sudah menjadi sarjana. Dia adalah anak yang sulung. Dia mendorong adik- adiknya belajar giat mencapai cita- cita. Dari segi keduniawian hal ini mustahil, tetapi kalau tuhan menghendaki, dari lubang jarum sekalipun gajah dapat lolos. Ternyata bahwa uang atau kekayaan bukanlah merupakan modal utama dalam pencapaian cita- cita seseorang (Victor Hage “otobiografi”).
c.       Pengembangan Paragraf dengan Mengetengahkan Contoh
Sering pula, sebagai pengganti menerangkan makna kalimat judul, seseorang penulis mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia maksudkan.
d.      Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan atau Pertentangan
Cara lain untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu paragraf adalah dengan perbandingan atau pertentangan dengan komparasi atau kontras. Pembaca hendaklah menyadari bahwa butir- butir komparasi tertentu sangat penting terutama sekali sebagai suatu penjelasan terhadapt pernyataan umum kalimat judul. Pembaca haruslah menghindarkan diri dari keasyikan yang keterlaluan terhadap fakta- fakta serta perincian- perincian atau detail- detail yang disajikan oleh penulis, yang justru membuatnya kehilangan akan hal yang hendak dilukisakan,
Dalam setiap paragraf tidak selalu terdapat satu cara mengembangan saja dan tidak pula selalu sejelas yang telah dikemukakan. Kadang- kadang, dua atau lebih cara digabung didalam satu paragraf seseorang penulis. Tugas kita sebagai pembaca adalah mendapatkan/ memperoleh kemampuan untuk mengenal teknik- teknik umum pengembangan paragraf, sehingga kita dapat dengan tepat memahami maksud dan tujuan atau pesan yang hendak disampaikan oleh penulis. Apabila kita memiliki kemampuan tersebut, kita telah mempunyai modal untuk menjadikan diri kita sebagai pembaca yang efisien.
II. Membaca Pilihan yang Lebih Panjang
Kemampuan untuk menghubung- hubungkan paragraf- paragraf  tunggal dan kelompok- kelompok paragraf dengan pengenalan keseluruhan tulisan sangat penting dalam membaca teliti. Begitu pula kemampuan untuk membeda- bedakan, antara paragraf- paragraf yang memuat serta menyajikan ide- ide pokok atau ide- ide utama dan paragraf- paragraf yang semata- mata hanya menguraikan atau menerangkan ide- ide dalam paragraf- paragraf yang terdahulu. (Albert (el al) 1961a : 44)
III. Membaca Catatan
Para mahasiswa/ siswa yang baik biasanya membuat rangkuman mengenai tugas- tugas bacanya. Sebagai tambahan terhadap nilai catatan- catatan itu sendiri, proses aktual pembuatan catatan tersebut akan membantu kita untuk memahami apa yang kita dalm tiga hal penting, yaitu:
a)      Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar
b)      Membuat kita terus menerus mencari fakta- fakta dan ide- ide yang penting
c)      Membantu ingatan kita. Mencatat fakta- fakta serta ide- ide yang penting akan menanamkan kesan yang meundalam pada ingatan kita.
IV. Dalam Kelas
Adapula saatnya guru kita ingin menyampaikan informasi melebihi bahan- bahan yang tertera didalam buku pegangan (textbook) dan mempergunakan pendekatan kuliah (lecture approach). Dalam situasi  seperti itu, perlu diperhatikan hal- hal berikut yang dapat menolong anda membaut catatan- catatan yang bermanfaat.
a)      Jangan berusaha mencatat atau merekam segala sesuatu yang dikatakan oleh guru.
b)      Dengarkanlah benar- benar isyarat- isyarat yang diberikan oleh setiap guru yang menandakan bahwa yang dikatakannya itu penting.
c)      Kalau anda pikir bahwa anda kehilangan atau lupa mencatat sesuatu hal yang penting, tinggalkan satu spasi dalam buku catatan ada dan jalan terus.
d)     Secepat mungkin sesuai pelajaran dikelas itu perhatikan kembali seluruh catatan tersebut untuk memasukkan serta menanamkan fakta- fakta serta ide- ide yang penting ke dalam ingatan dan pikiran anda serta memperbaiki ataupun menambahi hal- hal yang penting terhadap catatan yang telah anda buat. Periksa ulang secara cepat mengenai catatan- catatan yang telah dibuat dalam beberapa jam akan banyka mencegah kelupaan dan membuat segala sesuatu yang telah dipelajari itu akan tetap menjadi milik anda (Albert cs 1961a :45).
V. Menelaah Tugas
Agar pelajaran yang telah diberikan didalam kelas lebih mantap serta lebih dipahami oleh para gur sering memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Agar para siswa dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu dengan baik, mereka seyogyanya telah dibiasakan dengan studi SQ3R (Survey, Question, Read, Review). Kalau mempergunakaan metode ini, kita akan benar- benar terkejut menemui bahwa bukan saja menyelesaikan tugas dalam  waktu singkat, tetapi juga memperoleh hasil yang lebih baik. Berikut ini akan diperbincangkan setiap langkah atau tahap yang terdapat dalam metode studi itu.
a.       Survey (Survei; Penelitian Pendahuluan)
Periksalah keseluruhan tugas yang diberikan kepada anda. Perhatikanlah judul- judul serta subjudul bab utama. Perhatikanlah organisasi bab tersebut. Bacalah secara sekilas pargraf pertama, mungkin merupakan suatu pendahuluan yang bermanfaat bagi tugas itu. Bacalah sekilas paragraf terhahir yang mungkin saja merupakan rangkuman yang berharga.
b.      Question (Tanya)
Pengalaman telah menunjukan bahwa apabila kita membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka kita membaca lebih hati- hati serta saksama dan kita akan mengingat lebih baik apa yang kita baca.
c.       Read (Baca)
Kalau kita menggabungkan keseluruhan pikiran pokok menjadi satu kesatuan, tercerminlah ide- ide utama dari serangkaian paragraf- paragraf dalam suatu bab. Dengan kata lain, keseluruhan pikiran- pikiran pokok itu, kalau digabunkan mencerminkan ide- ide utama dari serangkaian paragraf- paragraf didalam suatu baba. Perhatikan pula hal- hala penting serta unsur- unsur penunjangnya.
d.      Recite (Ceritakanlah Kembali dengan Kata- kata sendiri)
Sekarang berhenti dulu dan renungkan kembali apa yang telah di telaah tadi. Selanjutnya, kita alihkan perhatian pada setiap tercakup dalam catatan- catatan kita. Kita hars yakin bahwa kita dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pada akhir bab, dan mencoba untuk meramalkan pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dalam kuis, diskusi kelas ataupun ujian. Semakin cermat dan teratur kita melaksanakan langkah ini, semakin tinggi pula taraf penguasaan kita terhadap tugas itu.
e.       Review (Tinjauan Kembali)
Periksalah kembali keseluruhan bagian itu. Jangan diulang membaca. Hanya lihatlah pada judul- judul, gambar, tinjau kembali pertanyaan dan sarana studi lainnya untuk meyakinkan bahwa kita telah mempunyai suatu gambaran yang lengkap mengenai tugas tersebut. Langkah ini akan membantu kita dalam mengingat bahan sehingga kita dengan mudah dapat mengingatnya (Albert (el al) 1961a: 48)

C.    Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami :
1)      Standar standar atau norma norma kesastraan (literari standars)
2)      Resensi kritis (critical review)
3)      Drama tulis (printed drama)
4)      Pola pola fiksi (patterens of fiction)

1.      Standar kesastraan
Dalam artian kata yang meluap luap dari pers pers dunia setiap hari, ada sebagian yang ditakdirkan untuk bertahan dan hidup terus. Itulah kata kata yang menghubung, melonjak tinggi, dan berdengung; itulah kata kata yang ingin kita baca berulang ulang untuk menelaah maknanya lebih mendalam serta menikmati keindahannya. Dalam hal serupa inilah kesusastraan itu tercipta. Kesusastraan dapat di klasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
a)      Puisi atau prosa;
b)      Fakta atau fiksi;
c)      Klasik atau modern;
d)     Subjektif atau objektif;
e)      Ekspodidi atau normatif;
Kalau kita sadra akan maksud yang jelas serta orgnisasi yang baik paham akan keserasian kecocokan yang luar biasa dari kata yang tepat dan kalimat yang bersemangat yang terpenting lagi mengenai kelihaian kecerdikan verbal (lisan) dan intregritas (keutuhan) ekspresi, kita rada yakin bahwa kita telah menemui sepenggal karya tulis yang baik, yang besar kemungkinan menjadi sastra yang baik.
2.      Resensi Kritis
Ditinjau dari segi batas kemampuan kita sebagai manusia, tidaklah mungkin membaca suatu buku dan artikel yang baik yang terbit setiap hari. Tulisan tulisan singkat seperti itu, yang biasnya dapat dibaca dalam beberapa menit, mempunyai paling sedikit 4 kegunaa, yaitu :
a.       Mengetengahkan komentar komentar mengenai kesegaran eksposisi atau cerita, memeberikan pertimbangan serta penilaian mengenai betapa baiknya tugas tersebut dilaksanakan, dipandang dari segi maksd dan tujuan pengarang.
b.      Mengutarakan komentar komentar mengenai gaya, bentuk, serta niali atau manfaat ksastraan umum bagian tersebut.
c.       Memberikan suatu rangkuman pandangan, pendidikan, atau point of view (isi eksposisi atau suatu synopsis pola umu cerita yang secara seksama tidak dapat memebeberkan hasil hasilnya).
d.      Menemukan fakta fakta untuk menunjang pertimbangan dan penilaian serta analisis ini juga sera analisis isi dengan jalan mengitup atau menunjuk secara lagsung pada karakter, situasi situasi, dan bahkan pada halaman halaman tertentu dlam buku atau article itu.
Resensi resensi buku merupakan salah satu bentuk yang sangat penting dari bentuk bentuk komunikasi kita yang baru. Memang pada masalalu, reverensi merupakan bahan bagi sarjana, tetapi pada masa kini telah menjadi sarana penting bagi pendidikan. ( Bach elor, Henri, and Salibury, 1951: 299; Salibury, 1955 : 402-403 ).
3.      Drama Tulis
Sepanjang ada kaitannya dengan masalah apresiasi, masalah pengertian dan penghargaan, ada dua cara untuk menikmati sandiwara/ drama. Yang pertama adalaha pada tingkatan aksi primitif, dalam hal ini hati penonton atau pemirsa bergetar karna ketegangan, kekejaman, sehingga menimbilkan keinginan besar untuk melihat betapa caranya hal itu dikeluarkan, diperankan. Yang kedua adalah tingakatan individual yang bersifat interpretatif, dalam hal ini pembaca dapat menarik kesimulan kesimpulan, menvisualisasikan tokoh tokoh, memproyeksikan akibat akibat, serta mengadakan interpretasi intrepretasi ketika dia membaca, membaca kesemprnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Pembaca melakukan hal yang serupa secara dim diam dala hatinya. Oleh karena itu pembaca drama menikmati suatu drama :membuat pouse, bersantai santai terhadap kejutan kejutan, membaca ulang paragraph paragraph yang menarik hati, merenung ulang percakapan tertentu untuk memahami arti yang tersirat didalamnya. Meembaca suatu drama dan menonton bukanlah hal yang sama. Dengan perkataan lain, membaca dan menonton drama merupakan dua hal yang telah dikemukakan diatas bagi pembaca. Membaca suatu drama atau menonton ulang film memberika kesempatan merasakan serta menikmati segala yang ada secara lebih utuh serta meningkatkan kualitas dan kuantitas apresiasi yang merupakan dasar dari kenikmatan. Demikianlah telah diutarakan pembicaraan mengenai drama tulis dengan maksud agar pembaca dapat mngembangkan suatu sikap kritis yang logis terhadap drama, yang antara lain mengertiankan :
a.       Prinsip prinsip kritik drama;
b.      Unsure unsure drama;
c.       Jenis jenis drama;
4.      Pola pola fiksi
Agar kita memahami pola fiksi dengan sebaik baiknya, kita harus trelebih dahulu memahami pengertian fiksi, perbedaannya dengan nonfiksi, unsure unsure serta jenisnya.
a.       Pengertian fiksi
Fiksi merupakan penyajian atau presentasi cara seseorang pengarang memandang hidup ini. Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa fiksi suatu pembeda yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak hostoris dengan uraian yang historis, dengan menonjolkan penekanan khusus pada segi sastranya. (Brooks, ] Warren, 1952 :9).
b.      Fiksi dan nonfiksi
Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi adalah terleak pada maksud dan tujuan dari cerita tersebut, penulis fiksi tidaklah memusatkan perhatiannya pada apa yang telah terjadi secara actual, tetapi justru memusatkan perhatiannya secara realitas. Perbedaan dengan menulis narasi nonfiksi Kesimpulannya ialah bahwa cerita nonfiksi bersufat aktualitas. Aktualitas adalah segela sesuatu yang benar benar terjadi; sedanglan realitas adalah segala sesuatu yang dapat terjadi.
c.       Unsur unsur fiksi
Dalam penulisan sebuah fiksi perlu diperhatikan benar benar prinsip serta masalah teknis berikut
1)      Permulaan dan kesposisi (beginning and exposition)
2)      Pemerian dan latar (description and setting)
3)      Suasana (athmosphere)
4)      Pilihan dan saran (selection and suggestion)
5)      Saat penting (key moment)
6)      Puncak atau klimaks
7)      Konflik (conflic)
8)      Rintangan; komplikasi
9)      Pola atau model
10)  Kesudahan; kesimpulan
11)  Tokoh dan aksi
12)  Pusat minat
13)  Pusat tokoh
14)  Pusat narasi
15)  Jarak
16)  skala
17)  langkah (Brook and Warren, 1959 : 644-8)
Khusus bagi suatu cerita pendek lengkap, maka unsur unsur dibawah ini harus dimiliki :
1)      tema
2)      plot, perangkap, atau konflik dramatik
3)      pelukisan watak
4)      ketegangan dan pembayangan
5)      kesegaran dan suasana
6)      point of view
7)      fokus terbatas dan kesatuan (Lubis, 1960 :14).
D.    Membaca Kritis
Pada umunya membaca kritis menuntut para pembaca agar :
1.      Memahami Maksud Penulis
Langkah langkah dalam memahami maksud penulis:
a.       Carilah terlebih dahulu maksud penulis dalam paragraf paragraf
b.      Perhatikan baik baik bagaimana maksud penulis tersebut dengan jelas
c.       Perhatikan dengan seksama bagaimana caranya maksud tersebut acapkali menentukan organisasi serta penyajian bahannya.
d.      Carilah dan dapatkan maksud maksud yang tersirat yang tersembunyi.
2.      Memanfaatkan Kemampuan Membaca dan Brefikir Kritis
Sebagai seorang pembaca yang bertanggung jawab kita hendaknya memperhatikan hal hal berikut ini dalam membaca atau menyimak :
a.       Yakin bahwa kita membaca atau menyimak untuk memahami apa yang disajikan.
b.      Setelah kita yakin bahwa kita telah memberikan suatu pendengaran yang jujur terhadap penyajian atau uraian orang itu.
c.       Buang jauh jauh prasangka yang buruk itu hanya akan menganggu kita dalam membaca
d.      Jangan biarkan keinginan kita untuk membantah aatau menyangkal
e.       Cobalah untuk melihat logika penyajian itu dari sudut yang dimaksud asumsi asumsi penulis itu sendiri.

3.      Memahami organisasi dasar tulisan
Para pembaca yang teliti memahami indikasi atau petunjuk mengenai pilihan itu dan bagaimana disajikan. Biasanya, penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga yaitu pendahuluan isi dan kesimpulan.
4.      Menilai penyajian pengarang
Sebelum menilai bacaan seseorang kita harus memiliki pertnyaan pertanyaan sebagai berikut :
a.       Informasi
b.      Logika
c.       Bahasa
d.      Kualifikasi
e.       Sumber sumber informasi yang diprgunakan oleh pengarang

5.      Meningkatkan mint membaca
a.       Menyediakan waktu untuk membaca
b.      Memilih bacaan yang baik

6.      Meningkatkan minat membaca
Sebagai pelajar dan mahasiswa yang ingin menjadi anggota masyarakat yang dihormati serta bertanggungjawab, anda semua harus mencurahka perhatian serta usaha pada peningkatan minat baca anda. Suatu sikap ingin tahu yang intelektual, yang bijaksana, ditambah dengan usaha yang konstan untuk menggalih bidang-bidang pengetahuan baru akan menolong anda untuk meningkatkan serta memperluas minat baca. Untuk meningkatkan minat baca ini, perlu sekali kita berusaha .
a)      Menyediakan waktu untuk membaca ;
b)      Memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estentik, sastra, dan moral.

7.      Membacamajalah
Sebagianterbesardariuraian yang diadakanpada “membacakritis” dititikberatkansertadipusatkanpadapembacaanbuku, tetapisebenarnyaprinsip-prinsipdasaritudapatditerapkandengancara yang samapadakegiatankitamembacamajalah yang lebihbaik. Olehsebabitu, agaknyaadamanfaatnyamengemukakanbeberapapertimbanganterhadaphal-hal yang adakaitannyadenganmembacasecaratelitipenerbitan – penerbitanberkala yang serius.
a)      Tingkat –tingkattuntutan / dayapikat
b)      Analisiskomperatifterdapatduaartikel
Ketikaacapkalimenyaksikanadanyaduaartikelatau yang membicarakanmasalah yang sama. Analisiskomparatifterdapatkeduanyadengancaraberikutini :
1.      Bacalahsekilaskeduaartikelituuntukmengadakansuatu survey mengenaiisinya. Kemudian, bacalahartikelitusecaraseksama.
2.      Apakahsalahsatuartikelkelihatanmengubahfakta-faktauntukmenolakmendukungkasusnya? Apakahadasuatuperbedaandalampenekanan yang dapatdipertanggungjawabkanolehpandangandasarpenulisatautemapembicaraannya ?
3.      Apakahsalahseorangpenulismempergunakan kata –kata yang mengandungnilai –nilaiemosionalataukonotatif yang dapatmempengaruhipembacauntukmenerimanyaataumenentangkedudukannya ?dapatkahandatemukankalimat –kalimatberisi kata –kata yang mengandung paling sedikitbeberapaimplikasibaikkesubjektifanmaupunkeobjektifan ? (Albert (et al) ;1961c :15 -19).

E.     Membaca Ide
Yang disebut membaca ide atau reading for ideas adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dalam hal ini, ada suatu prinsip yang harus diingat selalu,yaitu bahwa suatu sumber yang kaya akan ide-ide merupakan dasar bagi komunikasi, dan anak-anak (dan kita juga) cenderung berbicara dan menulis dengan baik kalau mereka penuh dengan ide-ide. Agar kita dapat mencari, menemukan, serta mendapat keuntungan dari ide-ide yang terkandung dalam bacaan, kita harus berusaha membuat diri kita menjadi pembaca yang baik atau a good reader. Berikut ini akan diperbincangkan apa yang diebut pembaca yang baik.
1.      Pembaca yang Baik Tahu Mengapa Dia Membaca
Syarat pertama bagi setiap pembaca yang baik ialah bahwa dia tau dan sadar mengapa ia membaca. Dua buah maksud yang paling umum adalah :
a). mencari informasi
b). menikmati bacaan
2.      Pembaca yang Baik Memahami Apa yang Dibacanya
Syarat kedua bagi setiap pembaca yang baik adalah mamahami benar-benar apa yang dibacanya. Pertama-tama hal ini menuntut perhatian atau konsentrasi dan suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud. Hal ini menuntut pengetahuan mengenai kata-kata dan keresponsifan terhadap organisasi bagian sebagai suatu keseluruhan. Pengalaman menunjukan bahwa para mahasiswa atau pelajar yang mempunyai kosa kata yang baik, pembendaharaan kata-kata yang memadai, dam keterampilan dalam meringkas serta merangkumkan tidak akan menemukan kesulitan dalam pemahaman.
3.      Pembaca yang Baik harus Mengenal Media Cetak
Syarat keempat yang harus dimiliki oleh pembaca yang baik adalah dia harus mengenal bentuk-bentuk kontemporer media cetak, yang meliputi:
a.       papersbacks (buku saku; buu berjilid tipis; kulit kertas);
b.      media grafika (komik; kartun, foto; penyajian statistic, grafis, diagram, peta dan lain-lain);
c.       majalah;
d.      surat kabar (cf. Salisbury; 1955 : 317 – 80).
Dalam bentuk-bentuk kontemporer media cetak tersebut terpendam ide-ide kontemporer yang dapat kia manfaatkan demi kemajuan hidup kita; merupakan sumber yang tidak kunjung kering dengan bahan  yang selalu segar.
3        MEMBACA TELAAH BAHASA
A.    Pendahuluan
Pada hakikatnya segala sesuatu terlebih sesuatu yang kongkret itu terdiri atas bentuk dan isi atau form and meaning, atas jasmani dan rohani. Begitu pula dengan bacaan yang terdiri atas isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keduanya merupakan dwi tunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa sesuatu bahan mencerminkan kindahan serta kemanunggalannya.
Membaca telaah bahasa mencakup pula:
1)      Membaca bahasa asing (foreign langue reading)
2)      Membaca sastra (listerary reading)
Berikut ini akan dibahas satu persatu.
B.     Membaca Bahasa
Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah:
a)      Memperbesar daya kata (increasing)
b)      Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary)
Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu memilih serta mempergunakan kata- kata yang mengekspresikan makna secara jelas dan tepat. Yang satu lagi adalah daya kata yang mempergunakan dalam membaca dan menyimak. Ini adalah daya untuk menghadapi serta menggarap kata- kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup kata- kata tersebut, sehingga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti dan masuk akal.
1.      Memperbesar Daya Kata
Dalam kegiatan membaca bahasa untuk memperbesar daya kata ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:
a)      Ragam- ragam bahasa
b)      Mempelajari makna kata dari konteks
c)      Bagian- bagian kata
d)     Penggunaan kamus
e)      Makna- makna varian
f)       Idionm
g)      Sinonim dan antonim
h)      Konotasi dan denotasi
i)        Derivasi
Secara singkat, berikut ini akan diperbincangkan satu persatu.
a.       Ragam- ragam Bahasa
Secara garis besarnya, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi 5 yaitu:
1.      Bahasa formal atau bahasa resmi, adalah bahasa yang dipakai pada saat resmi oleh orang- orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik. Misalnya pidato kenegaraan, tesis, disertasi n khotbah resmi.
2.      Bahasa Informal atau bahasa tidak resmi, adalah bahasa yang dipakai pada situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan. Misalnya bahasa yang dipakai didalam keluarga, dalam buku harian, dan berbicara pada teman sebaya.
3.      Bahasa Kasar atau Vulgar langue disebut juga bahasa yang tidak baku atau bahasa orang buta huruf, bahasa orag yang tidak berpendidikan, memang jelas mempunyai cara sendiri yang konvensional, tetapi tidak dipegunakan oleh orang yang telah mempelajari bentuk baku.
4.      Bahasa Slang adalah bahasa yang ditujukan pada kelompok- kelompok khusus serta terbatas. Oleh karena itu jarang atau tidak pernah secara efektif dalam tulisan ditujukan pada pembaca umum. Bahasa slang bersifat kesementaraan, hari ini bermakna suatu hal, besok lusa tidak lagi. Tidak ada bahasa yang lebih jelek daripada slang yang ketinggalan zaman yang usang.
5.      Bahasa Teknis adalah bahasa yang dipakai pada profesi- profesi tertentu (dokter, hakim, dan lain- lain) yang telah mengembangkan kosa kata sendiri, ekspresi yang secara cepat dan efisien menyatakan kebutuhan mereka satu sama lain.
b.      Mempelajari Makna kata dari Konteks
Untuk memperbesar daya kata, tidak cukup hanya menghindari bahasa tidak baku, bahasa yang tidak baku, bahasa yang tidak diterima oleh orang- orang yang terpelajar. Kita dapat mempelajari makna kata melalui pengalaman. Cara yang paling baik untuk menghindarkan kesukaran adalah berhenti sebentar memeriksa bagian tempat yang belum lazim itu muncul. Bagian lisan atau tulisan tempat sebuah kata muncul disebut konteks atau hubungan kata.
Ada beberapa cara konteks dapat mencerminkan makna suatu kata.
1)      Konteks dapat membatasi kata
2)      Konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan, suatu komparasi atau kontras yang dapat menolong kita memahami makna kata.
3)      Suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata.
c.       Bentuk bagian Kata
Sebagai tambahan terhadap penggunaan petunjuk konteks untuk menentukan makna sesuatu kata baru, kadang kita dapat pula memperhitungkan maknanya dari pengetahuan mengenai bagian- bagian kata. Banyak tetapi tidak semua kata terdiri dari bagian berikut ini:
I.       Prefiks (Awalan)
II.    Root (Akar atau dasar kata)
III. Suffiks (akhiran)
IV. Infiks (Sisipan)

d.      Penggunaan Kamus
Kamus adalah rekaman kata- kata yang membangun sesuatu bahasa. Bahasa adalah sesuatu hidup, tumbuh, berkembang dan berubah. Seperti halnya bahasa berubah , kamuspun bisa berubah, karena kamus tidaklah mendikte.
e.       Idiom (ungkapan)
sebagai tambahan terhadap makna-makna harfiah (literal meandings) kata0kata individual, kita pun acapkali menemui ekspresi ekpresi atua kelompok-kelompok kata yang menuntut perlakukan khusus.
f.       sinonim dan antonim
untuk memperoleh sukses yang lebih baik dalam pembangunan dan peningkatan daya, daya kata, kita pun perlu mengetahui bagaimana cara mempergunakan sinonim dan antonim dalam berbicra dan menulis, serta memahaminya dalam kegiatan membaca.
g.      konotasi
Konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati kita secara mendalam dan membangkitkan arus-arus dalam yang terpendam yang kadang-kadang memesona kita dengan kejutan.
Hanya kata umum yang mengandung konotasi. Kata ibu misalnya acapkali dihubungkan dengan asuhan, perawatan, kasih sayang, kelembutan, pengorbanan yang dirasakanya apabila dipakai. Konotasi suatu kata adalah asosiasi-asosiasi yang ditimbulkanya dalam hati kita. (albert(et al) :1961a:83).
Penguasaan serta pemahaman konotasi kata-kata yang sangat diperlukan oleh pembaca agar memperoleh suksesyang lebih baik dalm usaha peningkatan daya kata
1.      Derivasi kata
Kalau kita ingin memperkaya kosa kata kita serta meningkatkan daya kata, pengetahuan mengenai derivasi atau asal usul kata sangat penting.
Dalam perbandaharaaan kata-kata bahasa indonesia misalnya, kita menbgetahui bahwa banyak kata asing yang turutmemperkaya kosa kata bahasa kita. Kata-kata asing tersebut, natara lain, berasal dari abhsa arab, belanda, sansekerta, cina, portugis dan persia.
2.      Mengembangkan Kosa Kata Kritik
Upaya memperbesar daya kata hanya dapat berhasil dengan baik bila diikuti oleh upaya mengembangkan serta memperkaya kosa kata. Terlebih-lebih kosa kata yang ada kaitanya dengan kritik (criticdm). Kita tahu bahwa pembaca yang kritis maka kita harus memiliki kosa kata kritik yang memadai. Ini syarat minimal. Semakin kaya kosa kata kita akan semakin baik.
C.    Petunjuk-Petunjuk Konteks
secara garis besarnya, terdapat lima cara konteks mencerminkan makna yaitu:
1.      Definisi atau bahasa
Metode yang jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada saat itu juga.Setiap penulis yang baik ingin membuat dirinya dimengerti akan berusaha sekuat daya membatasi istilah-istilah yang dipergunakan.
2.      Ujaran baru
Kadang-kadang, seorang penulis menjelaskan suatu istilah atau frase dengan  jalan menerangkanya dengan cara lain, dengan satu uraian baru. Untuk menunjukan bahwa dia membuat uraian baru terhadapa suatu ide, dia mempergunakan presentesis, tanda kurang atau tanda pisah.
3.      Mempergunakan mengubah (midifiet)
Ada kalanya pada suatu frase atau klausamengubah, seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah. Kita harus teliti mencari pengubah-pengubah yang menjelaskan makana tersebut.
D.    Membaca sastra
Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan, anatara keindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain, suatu karya sastra dikatakan indah kalau baik bentuknya maupun isisnya sama-sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan antara keduanya. Untuk itu, diperlukan norma-norma antara lain norma-norma estetik, sastra, dan norma yang telah diuraikan sub bab d.7 dimuka.
1.      Bahasa ilmiah dan bahasa sastra
Memperbicarakan perbedaan pengguanaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra kita pada dasarnya memperbincangkan maalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis. Apakah seseorang mempergunakan kata-kata konotative atau apakah kata-kata denotatif dalm tulisannya. Laporan-laporan dalampenelitian bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif, karena laporan-laporan tersebut mengungkaokan fakta bukan perasaan. Oleh karena itu, dalam tulisan kita harus memperhatikan benar konotasi kata dan memang ada alasan kuat kenapa kita harus berhati-hati dalam hal itu. Satu hal misalnya merupakan suatu pemborosan yang keterlaluan membuat hubungan hubungan yang tepat antara makna designatif, tetapi hubungan-hubungan konotasi itu jelek atau salah.
2.      Gaya bahasa
Kekonotatifan bahasa sertra melibatkan emosi-emosi dan nilai-nilai dalam membaca suatu karya sastra, kita harus terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Denagn pengenalan serta pemahaman sejumlah gaya bahasa, kita akan lebih mantap lagi menik,mati keindahan karya sastra tersebut.
Pembicaraan mengenai gaya bahasa ini akan kita batasi pada hal-hal yang umum saja antara lain:
a.       Perbandingan yang mencakup metafora, kesamaan dari analogi;
b.      Hubungan yang mencakup metoninia dan sinekdoke;
c.       Taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes dan ironi(perrin;1968:350-3).







DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Hendry Guntur.1979:Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung.Angkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK