KELAS KATA MAKALAH MORFOLOGI
MAKALAH MORFOLOGI
“ KELAS KATA “
Diampu oleh
Veria Septianingsih, M.Hum.
Veria Septianingsih, M.Hum.
Disusun oleh,
Kelompok IV
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANMUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
DAFTAR NAMA
KELOMPOK IV
NO
|
NAMA
|
NPM
|
1
|
Epa Yuli
Tamala
|
150400
|
2
|
Widia Wati
|
150400
|
3
|
Shela
Septiawati
|
150400
|
4
|
Ria Destiana
|
150400
|
5
|
Ria Agustina
|
150400
|
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, allhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang membahas tentang kelas kata. Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar.
Akhir kata
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih.
|
Pringsewu, 02
Oktober 2016
Penulis
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR NAMA
KELOMPOK................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang............................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelas Kata dan Pembagian Kelas Kata..................... 2
2.2 Kelas Kata................................................................................... 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 9
3.2 Saran............................................................................................ 9
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Kamus
Besar Bahasa Indonesia-online
Putrayasa,Ida
Bagus.(2008).Kajian Morfologi (bentuk derviasional dan infleksional).Bandung:PT
Refika Aditama.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Morfologi merupakan pemahaman tentang
seluk beluk kata atau kajian mengenai asal usul kata. Morfologi mengindentifikasi
satuan- satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (Venhaar, 1996).
Dalam berkomunikasi, terkadang ditemukan
kata- kata yang kurang dapat dipahami maknanya. Oleh karena itu, untuk
menghindari terjadinya salah pengertian dalam berkomunikasi, pemilihan,
peyusunan dan penggunaan kata harus diperhatikan.Supaya kata- kata yang
digunakan baik, tepat dan salah satunya perlu diperhatikan mengenai kelas kata.
Menurut buku“Kajian Morfologi” karya Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. Kelas
kata meliputi verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia,
interogativa, demonstativa, artikula,
preposisi, konjungsi, kategori fatis, interjeksi.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari kelas kata dan ada berapa pembagian kelas kata?
2. Bagaimana
penggunaan dan contoh pada kelas kata?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian kelas kata dan pembagian kelas kata.
2. Mengetahui
penggunaan dan contoh kelas kata.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kelas Kata
Alisyahbana:1978, berpendapat bahwa kata
adalah kesatuan kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung
pengertian.
Menurut KBBI, Kelas kata adalah golongan
kata berdasarkan bentuk, fungsi atau maknanya, sedangkan subkelas kata adalah
bagian dari suatu perangkat kata yang berprilaku sintaksis sama.
Perilaku sintaksis yang diutamakan:
a. Posisi
satuan gramatikal yang mungkin atau yang nyata- nyata dalam satuan yang paling
besar.
b. Kemungkinan
satuan gramatikal didampingi atau tidak didampingi oleh satuan lain dalm
konstruksi.
c. Kemungkinan
satuan gramatikal disubsitusikan dengan satuan lain.
2.2 Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
Harimurti
Kridalaksana(1994) membagi kelas kata menjadi 13 antara lain:
1. Verba
Verba adalah subkategori kata yang
memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, tetapi tidak dapat bergabung
dengan partikel di, ke, dari, sangat,lebih atau agak. Dari bentuknya, verba
dapat di bedakan menjadi:
a.
Verba dasar bebas yaitu verba yang
berupa morfem dasar bebas.Contoh : duduk, makan, mandi, minum, pergi.
b.
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami
proses morfologfis seperti afiksasi, reduplikasi dan sebagainya. Contoh :
bernyayi, menari, makan-makan, senyum-senyum.
1)
Dilihat dari banyaknya argumen, verba
dapat dibedakan menjadi :
a.
Verba intransitif, yaitu verba yang
menghindarkan objek atau verba yang tidak membutuhkan objek.Contoh : bangun,
tidur, jatuh, minu, mogok, mandi, terbang.
b.
Verba transitif, yaitu verba yang bisa
mempunyaiatau harus mendampingi objek. Verba transitif dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:
-
Verba monotransitif yaitu verba yang
mempunyai satu objek. Contoh : menulis dalam kalimat ‘saya menulis surat’
-
Verba bitransitifyaitu verba yang
membutuhkan dua objek. Contoh : memberi dalam kalimat ‘Ibu memberi adik kue’
-
Verba disantritif yaitu verba yang
objeknya tidak muncul. Contoh : makan dalam kalimat ‘ adik sedang makan’.
2) Dilihat
dari hubungan verba dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi :
a. Verba
aktif yaitu verbayang subjeknya berperan sebagai pelaku atau penangkap. Verba
tersebut biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefikis. Contoh : Petani
bertanam padi
b. Verba
pasif yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasran atau hasil.
Verba tersebut biasanya deiawali dengan prefiiks di- atau ter-. Apabila
ditandai dengan prefiks ter- yang berarti dapat di atau tidak dengan sengaja,
verba tersebut bermakna perfektif.Contoh : adik dipukul ayah. Pada umumnya
verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif dengan mengganti afiksnya.Contoh: Adik
Disayangi AyahmenjadiAyah menyayangi adik.
c. Verba
anti-aktif (ergatif) yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba
aktif dan subjeknya berupa penanggap.Contoh: Ibu kecopetan di bis, Kakinya
terantuk batu.
d. Verba
anti-pasif, yaitu verba yang tidak dapat di ubah menjadi verba pasif.Contoh: Ia
haus akan kasih sayang.
3) Dilihat
dari interaksi antara nomina pendampingnya, verba dapat dibedakan menjadi:
a. Verba
resiprokal, yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua
pihak, dan perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan. Contoh:
berkelahi, baku hantam, tolong-menolong.
b. Verba
nonpresiprokal, yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukanoleh
dua pihak dan tidak saling berbalasan.
4) Dilihat
dari sudut referensi argumennya, verba dapat dibedakan menjadi :
(1) Verba
refleksi, yaitu verba yang kedua argumen nya mempunyai referan yang sama.
Contoh : bercermin, bercukur, berdandan, berdiang, berhias, melarikan diri,
membaringkan diri.
(2) Verba
nonrefleksif, yaitu verba yang kedua argumennyamempunyai referen yang
berlainan.
5) Dilihat
dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumen nya verba dapat
dibedakan menjadi:
a. Verba
kopulatif yaitu verba yang mempunyaipotensi untuk di tinggalkan tanpa mengubah
kontruksi predikatif yang bersangkutan. Contoh : adalah, merupakan.
b. Verba
ekuatif, yaitu verba yang mengungkapkan ciri dari salah satu argumennya. Contoh
: menjadi, berdasarkan, berasaskan, berjumlah.
6) Verba
telis, dan verba atelis.
Konsep
telis dan atelis dibicarakanjika verba berprefiks me- dapat dipertentangkan
dengan verba berprefiks ber-. Verba telis biasanya berprefiks me-, dan verba
atelis berprefiks ber-. Verba telis menyatakan perbuatan tuntas, sedangkan
verba atelis menyatakan perbuatan belum tuntas atau belum selesai. Contoh: Kami mengubah pendapat
Kami
berubah pendapat
7) Verba
performatif dan verba konstatatif
a. Verba
performatif yaitu verba dalam kalimatyang secara langsung mengungkapkan
pertuturan yang dibuat pembicara pada waktu mengujarkan kalimat. Contoh;
berjanji, menanamkan.
b. Verba
konstatatif yaitu verba dalam kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran
tentang suatu peristiwa. Contoh: menulis.
2.
Ajektiva
Adjektiva atau kata sifatadalah
kategorisasiyang ditanda ioleh kemungkinannya untuk bergabung dengan pertikel
tidak; mendampingi nomina; didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak; mempunyai
ciri-ciri morfologis seperti-er (dalam honor-er), -if(dalam alami); dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil menjadi keadilan, halus
menjadi kehalusan, yakin menjadi keyakinan.
1) Dari
bentuknya, ajektiva dapat dibedakan menjadi:
a. Ajektiva
dasar, ajektiva yang belum mendapat prosesmorfologis seperti adil, bagus,
bebas, suci.
b. Ajektiva
turunan, yaitu ajektiva yang melalui proses morfologis seperti terhormat,
gagah-gagah, kebelanda-landaan, berbakti,berminat.
2) Terdapat
dua macam kategori ajektiva, yaitu:
a. Ajektiva
predikat dan atributif
-
Ajektiva predikat, yaituajektiva yang
dapat menempati poosisi predikat dalam klausa. Misalnya ,hangat, sulit, mahal.
-
Ajektiva atributif,yaitu ajektiva yang
mendampinginomina dalam frase nominal.Misalnya,nasional, niskala.
b. Ajektiva
berfaraf dan tak berfaraf
-
Ajektiva bertaraf, yaitu ajektiva yang
dapat berdampingaan dengan agak,sangat, dan sebagainya.Contoh: pekat, makmur.
-
Ajektiva tak bertaraf, yaitu ajektiva
yang tidak dapat bedampingan dengan agak, sangat, dan sebagainya.Contohyaa:
nasional, intern.
3. Nomina
Nomina adalah kategori yang secara
sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, tetapi
mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Berdasarkan bentuknya,
nomina dapat dibedakan menjadi:
a.
nomina dasar, yaitu nomina yang berupa
morfem dasar bebas. Contoh: batu, kertas, radio, udara, ketela.
b.
Nomina turunan, yaitu nomina yang
terbentuk dari proses morfologis. Contoh: keuangan, perpaduan, tetamu,
rumah-rumah, kelebihan.
1) Nomina
bernyawa dapat dibagi menjadi:
a. Nomina
persona (insan)
Nomina persona terdiri atas (1) nama
diri seperti Susilo, Bambang, Suharto. (2) nomina kekerabatan seperti nenek,
kakek, ibu bapak, adik. (3) nomina yang menyatakan orang atau yang diperlukan
seperti orang, misalnya, tuan, nyonya, nona, raksasa, hantu, malaikat. (4) nama
kelompok manusia seperti Jepang, Melayu, Eropa, Minangkabau, Bali. (5) nomina
tak bernyawa yang di personifikasikan sperti Inggris, DPR.
b. Flora
dan fauna yang mempunyai ciri sintaksis, yaitu(1) tidak dapat disubstitusikan
dengan ia, dia atau mereka, dan (2) tidak dapat di dahului partikel si, kecuali
flora dan fauna yang dipersonafikasikan seperti si kancil, si kambing.
2)
Nomina tak bernyawa dapat dibagi menjadi
:
a. Nama
lembaga: DPR, MPR, UUD.
b. Nama
geografis: Bali, Jawa, utara, selatan, hilir, mudik, hulu.
c. Waktu:
senin, selasa, Januari, pukul 8, sekarang, dulu, besok.
d. Nama
bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda, Bahasa Inggris.
e. Ukuran
dan takaran: kilometer, kali, pikul, goni, lusin, kodi.
f. Tiruan
bunyi: aum, dengung, kokok.
3)
Nomina terbilang dan nomina tak
terbilang
Nomina
terbilang ialah nomina yang dapat dihitung dan dapat didampingi oleh numeralia
seperti kantor, kampung, kandung, buku, wakil, sepeda, meja, kursi, pensil,
orang.Nomina tak terbilangnnomina yang tak dapat didampingi oleh numeralia
seperti, udara, kebersihan, kemanusian; termasuk pula nama diri dan nama
geografis.
4)
Nomina kolektif dan bukan kolektif
Nomina
kolektif mempunyai ciri dapat disubsitusikan dengan mereka atau dapat diperinci
atas anggota atau atas bagian bagian nomina kolektif terdiri atas (1) nomina dasar seperti tentara, pual,
keluarga dan (2) nomina turunan seperti wangi wangian, tepung tepungan,
minuman.
Nomina
yang bukan kolektif. Contoh nomina kolektif: asinan cairan, hadirin, kelurga,
kawanan, kelompok, tumbuh-tumbuhan, dan lain lain.
4.
Pronomina
Pronomina adalah
kategori yang berfungsi menggantikan nomina.Apa yang digantikan tersebut
disebut anteseden. Anteseden terdapat di dalam dan di luar wacana (di luar
bahasa). Sebagai pronomina, kategori tersebut tidak berakfiks, tetapi beberapa
di antaranya dapat direduplikasikan seperti
kami-kami,dia-dia,beliau-beliau,mereka-mereka dengan pengertian’meremehkan’
atau ‘merendahkan’. Kata pronomina dapaat dijadikan frase pronomina seperti aku
ini, kamu sekalian, mereka semua.
1)
Dilihat hubungannya dengan nominaa,
yaitu ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal tersebut
pronomina dibagi menjadi:
a. Pronomina
intratekstual yang menggantikan pronomina yang terdapat dalam wacana. Jika
anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat
anaaforis. Akan tetapi, jikaa anteseden muncul sesudah pronomina,
pronominatersebut dikatakan bersifat kata foris.Contoh:
-
Pronomina bersifat anaforis :
Pak made ssopir kami.
Rumahnya jauh.
-
Pronomina bersifat kataforis
Dengan gayanya
berapi-api itu, sukarno berhasil menarik masa.
b.
Pronomina ekstratekstual yang
menggantikan pronomina di luar wacana. Pronomina tersebut bersifat
deiktis.Contoh: Itu yang kutulis.
2)
Dilihat dari jelas atau tidaknya
referennya, pronomina terdiri atas:
a. Pronomina
tekrif
Pronomina tekrif menggantikan nomina yang
referennya jelas. Jenis pronomina tersebut terbatas pada pronomina persona. Pembagian
pronomina persona dapat di tabelkan seperti berikut.
Persona
|
Makna
|
|||
Tanggal
|
Jarnak
|
|||
Netral
|
Eksklusif
|
Inklusif
|
||
Pertama
|
Saya,
aku, ku-,-ku
|
|
Kami
|
kita
|
Kedua
|
Engkau,
kamu, anda, dikau, kau-,-mu
|
Kalian,
kamu sekalian, Anda sekalian
|
|
|
Ketiga
|
Ia,
dia, beliau, -nya
|
Mereka
|
|
|
5. Numeralia
Numeralia adalah kategori kata yang dapat
mendampingi nomina dalam kontruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendampingi
numeralia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat. Numeralia
mewakili bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa.
Contoh: Gunung semeru lebih dari 1000 kaki tingginya.
Numeralia dapat
dikategorisasikan sebagai berikut :
1)
Numeralia takrif, yaitu numeralia yang
menyatakan jumlah yang tertua. Golongan tersebut terbagi atas:
a.
Numeralia Utama (kardinal)
-
Bilangan penuh
Bilangan
penuh adalah numeralia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Secara
keseluruhan, bilangan penuh dapat berdiri tanpa bantuan kata lain. Contoh: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta, miliar.
-
Bilangan Pecahan
Numeralia
pecahan yaitu numeralia yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi
partikel per-.
Contoh: ½ =
satu perdua atau setengah.
-
Bilangan Gugus (sekelompok bilangan)
Numeralia
yang menyatakan sekelompok bilangan, misalnya:
Lusin : 12
Gros : 144 atau 12 lusin
b.
Numeralia Tingkat
Numeralia
tingkat adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan
berstruktur ke + Num. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numeralia bilangan. Letak numeralia tingkat dalam
kontruksi selalu mengikuti nomina.
Contoh: Catatan kedua sudah diperbaiki.
c.
Numeralia Kolektif
Numeralia
Kolektif merupakan numeralia takrif yang berstruktur Ke- + Num, Ber- + NR, ber- + Num R atau Num + -an. Numeralia
kolektif yang berstruktur ke + Num
letaknya dalam frase selalu
mendahului nomina. Contoh: Ketiga perkara itu sudah disidangkan kemarin.
2)
Numeralia Tak Takrif
Numeralia
tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya: beberapa, berbagai, berbagai, tiap-tiap,
segenap, sekalia, semua, sebagian, seluruh, segala.
6. Adverbia
Adverbia
adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proporsisi
dalam kontruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan ketengan
karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan
konsep fungsi. Adverbia dapt ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan.
Bentuk turunan tersebut terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, dan lain-lain.
a.
Adverbia dasar bebas, merupakan adverbia
dasar bebas. Misalnya alangkah, banget, rada, bukan, paling.
b.
Adverbia turunan terbagi atas
(1)
Adverbia turunan yang tidak berpindah
kelas. Misalnya, bisa- bisa, masih belum, belum boleh, paling- paling.
(2)
Adverbia turunan yang berasal dari
berbagai kelas. Misalnya mula- mula, terlalu, sekali, malam- malam.
(3)
Adverbia deajektival. Misalnya jauh-
jauh, benar- benar.
(4)
Adverbia denumeralia. Misalnya Satu-
satu dan sedikit- sedikit.
(5)
Adverbia deverbal. Misalnya Kira-
kira.
c.
Adverbia yang terjadi dari gabungan
kategori lain dan pronomina. Misalnya, agaknya, pada dasarnya, biasanya,
seluruhnya.
d.
Adverbia deverbal gabungan. Misalnya masih
belum juga, mau tidak mau, ingin benar.
e.
Adverbia deajektival gabungan. Misalnya kerap
kali, tidak jarang.
f. Gabungan
proses. Misalnya secepat- cepatnya, sesungguhnya.
Terdapat dua jenis adverbia, yaitu:
1.
Adverbia intraklausal yang berkonstruksi
dengan verba, adjektiva, numeralia atau yang lainnya. Misalnya baku, hampir,
sering, alangkah.
2. Adverbia
ekstratekstual yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-
pindah posisi dan secara semantis mengungkapkan tingkat proposisi secara
keseluruhan. Misalnya mungkin, bukan, barangkali, memang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kelas
kata adalah golongan atau tingkatan kata berdasarkan bentuk, fungsi atau
maknanya. Yang termasuk kedalam kelas kata antara lain:
1. Verba
(Kata kerja)
2. Ajektiva
(Kata sifat)
3. Nomina
4. Pronomina
(Kata ganti)
5. Numeralia
(Kata bilangan)
6. Adverbia
(Kata keterangan)
3.2
Saran
Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kelompok VI khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan dan menjadikan kami
lebih baik lagi.
Komentar
Posting Komentar