Sutradara Dan Tugasnya


MAKALAH
KAJIAN DRAMA
“Sutradara dan Tugasnya”
Diampu Oleh Veria Septianingtyas, M.Hum.
STKIP-1.png







Disusun Oleh,
                                                Kelompok       :  V
                                                Kelas               :  4 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2017
DAFTAR NAMA
KELOMPOK V


NO.
NAMA
NPM
PARAF
1





2





3





4





5






6.






7.






KATA PENGANTAR


Assallamuallaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada Ibu Veria Septianingtyas, M.Hum sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Kajian Drama, dan Kedua Orang Tua yang selalu menjadi motivator penyemangat hidup setiap saat serta pihak- pihak lain yang telah mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok di Mata Kuliah Kajian Drama. Didalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyusun makalah lainnya dikesempatan yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi pembaca.
Wassalllamuallaikum Wr. Wb

                                                                                    Pringsewu, 27 Maret 2017

                                                                                                Kelompok V



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
DAFTAR NAMA KELOMPOK...................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.     Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sutradara................................................................................. 2
B.     Tugas Sutradara......................................................................................... 2
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 9
B.     Saran.......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di dalam sebuah drama dibutuhkan seorang sutradara yang bertanggung jawab pada wilayah pementasan mulai dari mengarahkan talent pemain hingga mengambil adegan yang diperlukan. Sutradara ialah orang yang mengaktualisasikan naskah ke dalam pentas. Peran sutradara sangat penting dan besar dalam pementasan sebuah drama karena sutradara dapan menentukan keberhasilan pementasan. Dalam hal ini, sutradara bekerjasama dengan kru-kru lain seperti penulis skrip, Tata Lampu, Artistik, dan sebagainya. Langkah-langkah kerja sutradara mengenai konsep penggarapan sebagai bentuk penyutradaraan sebuah naskah yang telah dipilihnya tersebut, akan berkaitan dengan tugasnya selaku koordinator dalam latihan dan pentas.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha untuk memaparkan lebih jelas mengenai Sutradara serta hal lain yang berhubungan dengan sutradara itu sendiri dan apasaja tugas seorang sutradara dalam keberhasilan pementasan drama. Oleh karena itu kami akan membahas tentang Sutradara agar dapat bermanfaat untuk semua.

B.     Rumusan Masalah
1.      Siapakah Sutradara itu?
2.      Apa saja tugas Sutradara?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang Penyutradaraan dalam Drama.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sutradara
Menurut Hamzah A. dan Ananda S. Sutradara adalah orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab dalam masalah artistik dan teknis        ( bila dalam teater ). Dalam terminologi Yunani sutradara (director) disebut didaskalos yang berarti guru dan pada abad pertengahan di seluruh Eropa istilah yang digunakan untuk seorang sutradara dapat diartikan sebagai master. Oleh karena itu sutradara harus menguasai semuanya.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Sutradara adalah orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik dan teknis dalam pementasan drama, pembuatan film dan sebagainya. Jadi, sutradara merupakan bagian terpenting didalam sebuah pementasan drama.

B.     Tugas Sutradara
Menurut Fran K. Whitting tugas utama dari seorang sutradara, yaitu: merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris.
1.      Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran. Untuk memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana, dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan berbagai persiapan rumit.
Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan aktor atau aktris.

Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan, kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus mendapat perhatian. Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-schedule ini dapat lebih bersifat pasti.

2.      Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1)      Latihan pembacaan teks drama (reading)
2)      Latihan blocking (pengelompokkan)
3)      latihan action atau latihan kerja teater.
4)      Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih
Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak.

W.S. Rendra mengemukakan, ada sebelas langkah dalam menciptakan peran, yaitu:
1)      Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.
2)      Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3)      Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.
4)      Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.
5)      Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6)      Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.
7)      Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8)      Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.
9)      Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana (konsep) penyutradaraan.
10)  Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang peran.
11)  Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.

Menurut Hartoko (1997:17) dalam kutipan blog Feni Rahmayani. Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.
1.      Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara.
2.      Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot dan close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.
3.      Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.
4.      Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.
5.      Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.
           
            Pembinaan Kerja Sutradara yaitu:
1.      Menentukan nada dasar
Tugas pertama sutradara adalah mencari motif yang merasuk karya lakon, yang memberi cirri kejiwaan dan selalu Nampak dalam penyutradaraan. Sebuah nada dasar dapat bersifat :
a.       Ringan tidak mendalam
b.      Menentukan/memberikan suasana khusus
c.       Membuat lakon gembira menjadi banyolan/lucu
d.      Mengurangi tragedy yang berlebih-lebihan
e.       Memberikan prinsip dasar pada lakon
2.      Menentukan casting
Macam- macam casting :
1)      Casting by ability : berdasarkan kecakapan, yang terpandai dan terbaik dipilih untuk peran yang penting/utama dan sukar.
2)      Casting to type : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain.
3)      Antitype casting : pemilihan yang bertentangan dengan watak atau fisik si pemain.
4)      Casting to emotional temperament : memilih seseorang berdasarkan hasil observasi hidup pribadinya.
5)      Therapeutic- casting : menetukan seorang pelaku bertentangan dengan watak aslinya dengan maksud menyembuhkan atau mengurangi ketak seimbangan jiwanya.
3.      Tata dan Teknik Pentas
Segala yang menyangkut soal tata pakaian, tata rias, dekor, tata sinar. Semua itu harus disesuaikan dengan nada dasar. Tata dan teknik pentas ialah segala masalah yang tidak termasuk cerita, naskah dan acting.
4.      Menyusun Mise En Scene
Mise en scene ialah segala perubahan yang terjadi pada daerah permainan yang disebabkan oleh perpindahan pemain atau peralatan. Dengan mise en scane sutradara memberikan sryktur visual pada lakon dengan komposisi pentas. Pemberian bentuk ini bias tercapai dengan 14 macam cara :
1)      Sikap pemain
2)      Pengelompokan
3)      Pembagian tempat kedudukan pelaku
4)      Variasi saat masuk dan keluar
5)      Variasi penempatan perabot (mebel)
6)      Variasi posisi dua pemain yang berhadap-hadapan
7)      Komposisi dengan menggunakan garis dalam penempatan pelaku
8)      Ekspresi kontras dalam warna pakaian
9)      Efek tata sinar
10)  Memperhatikan ruang sekeliling pemain
11)  Menguatkan/ meluangkan kedudukan peranan
12)  Memperhatikan latar belakang
13)  Keseimbangan dalam komposisi
14)  Dekorasi
5.      Menguatkan atau Melemahkan Scene
Sebuah nada dasr merasuk lakon seluruhnya. Usaha menguatkan atau melemahkan adegan adalah teknik yang menggarap berbagai adegan dalam lakon. Kita dapat menentukan tekanan atau aksen pada lakon menurut pandangan kita tanpa mengubah naskah.
6.      Menciptakan Aspek-Aspek Laku
Sutradara harus dapat memberikan saran kepada aktor agar mereka menciptakan apa yang disebut laku simbolik atau acting kreatif. Laku simbolik adalah cara berperan yang biasanya tak terdapat dalam instruksi naskah, tetapi diciptakan untuk memperkaya permainan, yaitu lebih menjelaskan kepada penonton apa yang terkandung dalam batin penonton.
7.      Mempengaruhi Jiwa Pemain
Ada dua cara mempengaruhi pemain, yaitu :
1)       Dengan menjelaskan yaitu Sutradara sebagai interpretator Ia menjelaskan bagaimana menggambarkan untuk peranan dan bagaimana berusaha agar mimik plastik, diksi, sesuai dengan idenya.
2)       Dengan memberi contoh yaitu Sutradara sebagai actor Sutradara langsung member contoh acting dalm hal ini ia harus banyak berpengalaman seperti aktor. Keuntungannya ialah cepat dipahami bahanya, pemain membuat imitasi.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Peran sutradara sangatlah penting dalam proses sebuah drama oleh sebab itu Sutradara  dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengarahkan agar bisa menghasilkan sebuah karya yang berkualitas dan bagus untuk ditonton. Sutradara merupakan orang yang mengkomunikasikan idenya kepada orang lain melalui media. Karena dalam sebuah pertunjukan, pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara harus diterima dengan baik oleh penonton, terlepas dari segi artistic yang digarap oleh sutradara selain itu drama tidak hanya sekadar menyajikan pertunjukan ataupun menghibur tetapi memproduksi atau mengasilkan wacana- wacana kepada masyarakat.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat membantu dan menjadi sebuah referensi bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Kritik dan Saran sangat kami harapkan untuk membangun dan menjadikan lebih baik lagi di tugas- tugas selanjutnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK