VERBA- TATA BAHASA BAKU 1


MAKALAH
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
                                                           “Verba”
Diampu oleh Roro Dwiastuti,M.Pd.
logo stkip.png






Disusun oleh,
Kelompok IV
                                     1. Eka Ayu Susaningtyas (150400
                                     2. Intan Indah Saputri (150400
                                     3. Ria Destiana (15040030)
                       
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR


Assalamuallaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Tata Bahasa Indonesia, ibu  Roro Dwiastuti, M.Pd. dan pihak-pihak lain yang telah mendukung dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah tersebut. Didalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyusun makalah lain di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi pembaca.
Wassalamuallaikum Wr. Wb
Pringsewu, 23 Februari 2017

Penyusun





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Ciri- ciri Verba...........................................................................................
B.     Bentuk Verba............................................................................................
C.     Verba Turunan...........................................................................................
D.    Perilaku Sintaksis Verba............................................................................
E.     Verba Morfologi beserta Semantiknya......................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................
B.     Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kedudukan Bahasa Indonesia sangatlah penting di bumi pertiwi. Pentingnya bahasa ini dapat dilihat di ikrar ke tiga dalam teks sumpah pemuda dan disalah satu pasal yang terdapat di Undang- undang Dasar. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang paling pertama digunakan. Walaupun di Indonesia banyak sekali bahasa daerah, tetapi tetap yang digunakan sebagai bahasa pemersatu adalah bahasa Indonesia.

Dengan bahasa, manusia mampu menyampaikan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. Proses pembentukan bahasa ini melibatkan proses yang lama. Pada zaman dahulu, bahasa yang digunakan masih sangat sederhana. Seiring dengan perkembangan waktu, bahasa mengalami perubahan menyesuaikan situasi dan kondisi. Terjadi penambahan kosa kata untuk hal-hal yang baru. Kosa kata yang sudah tidak relevan diganti dengan kosa kata yang baru. Sehingga perkembangan bahasa sendiri bersifat dinamis, menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang menggunakan bahasa itu.

Di indonesia sendiri, bahasa Indonesia mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia dahulunya berasal dari Bahasa Melayu. Kenapa Bahasa Melayu yang digunakan? Karena struktur Bahasa Melayu lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa yang lain dan pemakaiannya di Indonesia pada saat itu pun mencapai jumlah terbanyak dibandingkan dengan bahasa yang lain. Untuk memudahkan pembelajaran Bahasa Indonesia, dibuatlah Tata Bahasa Indonesia. Sebelumnya, Indonesia menggunakan ejaan yang belum disempurnakan. Seiring perkembangan waktu, Bahasa Indonesia dibakukan dengan sistem Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan EYD, pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih mudah karena apa yang dibaca dan yang diucapkan adalah sama seperti yang tertulis di tulisan.

Untuk itu kami mendapat tugas membahas tentang Verba karena dirasa penting bagi pengguna Bahasa Indonesia itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, akan sangat kesulitan bila berbicara tanpa menggunakan verba. Dalam makalah ini inshaallah akan membahas secara khusus tentang Verba dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Ciri- ciri verba
2.      Bentuk verba
3.      Verba Turunan
4.      Verba morfologi beserta semantiknya
5.      Perilaku sintaksis verba

C.    Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang verba, yang meliputi;
1.      Ciri- ciri verba
2.      Bentuk verba
3.      Verba Turunan
4.      Verba morfologi beserta semantiknya
5.      Perilaku sintaksis verba


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ciri- Ciri Verba
Ciri- ciri lengkap verba dapat diketahui dengan mengamati bentuk morfologis, perilaku sintaksis dan perilaku semantisnya secara menyeluruh dalam kalimat. Berikut ciri-ciri verba:
1.      Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai initi predikat walaupun dapat juga mempunya fungsi lain.
Contoh: Mereka sedang belajar di kamar.
Bagian yang dicetak miring adalah predikat, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat itu. fungsi dari bagian yang dicetak miring di atas adalah sebagai inti predikat.
2.      Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Semua verba perbuatan dapat dipakai dalam kalimat perintah tetapi tidak semua verba proses dapat dipakai dalam kalimat seperti ini. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapar diubah menjadi *termati atau *tersuka.
Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.
B.     Bentuk Verba
Dalam Bahasa Indosia ada dua macam dasar yang dipakai sebagai dasar dalam pembentukan verba yaitu dasar yang tanpa afiks apapun telah termasuk kategori sintaksis dan memiliki makna yang independen atau yang disebut dengan dasar bebas contohnya marah serta dasar yang kategori sintaksis maupun maknanya dapat ditentukan hanya setelah ditambahkan afiks yang dinamakan dasar terikat contohnya juang.

Berdasarkan kedua macam dasar diatas, maka Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai 2 macam bentuk verba yaitu:
1.      Verba Asal
Verba asal ialah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis. . Hal itu berarti bahwa dalam tataran yang lebih tinggi seperti klausa atau pun kalimat, baik dalam Bahasa formal maupun informal, verba semacam itu dapat dipakai.Contoh adalah sebagai berikut:
1)      Di mana Bapak tinggal?
2)      Segera setelah tiba di Jawa, kirimlah surat ke mari.
Makna leksikal yakni makna yang melekat pada kata. Dalam Bahasa Indonesia jumlah verba asal tidak terlalu banyak. Contoh:
·         Ada                                                                
·         Bangun
·         Lahir
·         Datang
·         Yakin

2.      Verba turunan
Verba turunan ialah verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan).
1)      Transposisi adalah proses penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang lain tanpa mengubah bentuknya.dari nomina jalan, misalnya, diturunkan verba jalan.
2)      Pengafiksan adalah penambahan afiks pada dasar.
Contoh dari Dasar Verba Turunan
·         beli                                    membeli
·         darat                      mendarat
3)      Reduplikasi adalah pengulangan suatu dasar.
Contoh Dasar Verba Turunan
·         lari                         lari-lari
·         makan                    Makan- makanan
4)      Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehhingga menjadi satu satuan makna. Contoh Dasar Verba Turunan:
·         jual, beli                 jual beli
·         jatuh, bangun        jatuh bangun

C.    Verba Turunan
Verba Turunan adalah verba yang dibentuk dengan menambahkan afiks pada dasar kata atau kelompok kata. Dengan demikian maka kita peroleh verba seperti mendarat, berlari- lari dan mengambil- alih. Dengan demikian maka kita peroleh verba seperti:
·         Mendarat, membeli, berdepeda, merestui, memperbanyak
·         Melompat-lompat, berlari-lari, tembak menembak.

A)    PROSES PENURUNAN VERBA
Afiks yang dipakai untuk menurunkan verba ada empat macam, yakni prefiks, sufiks, konfiks dan infiks. Prefiks sering dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks dinamakan akhiran, diletakan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar kata dan membentuk suatu kesatuan. Infiks dinamakan juga sisipan adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar kata.

Dalam Bahasa Indonesia terdapat prefiks verbal meng-, per-, dan ber-. Ada pula prefiks di-, dan ter- yang menggantikan meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu. Jumlah sufiks hanya dua, yakni –kan, dan –i. Prefiks dan sufiks dapat membentuk konfiks jika dua syarat berikut terpenuhi.
1.      Keterpaduan antara prefiks dan sufiks bersifat mutlak, artinya, kedua afiks itu secara serentak dilekatkan pada dasar katanya. Perhatikan contoh berikut:
·         Para pengungsi berdatangan
·         Mereka kejatuhan pohon
Dasar yang dipakai untuk membentuk verba  yang dicetak miring di atas adalah datang dan jatuh. Prefiks ber-, dan e- serta akhiran –an secara serentk ditempelkan pada kedua dasar itu bukan ber- dank e- dahulu kemudian –an atau sebaliknya.
2.      Bahwa pemenggalan salah satu dari afiks itu tidak akan meninggalkan bentuk yang masih berwujud kata yang hubungan maknanya masih dapat ditelusuri. Perhatikan contoh berikut:
·         Mereka kecurian mobil
·         Pak asmuni berhalangan
Verba kecurian secara sepintas dapat dipisahkan menjadi ke-curian karena dalam Bahasa kita memng ada kata curian. Namun makna verba kecurian tidak dapat ditelusuri dari gabungan ked an curian. Karena itu ke-an adalah konfiks. Sebaliknya verba berhalangan tidak terbentuk dari dasar haling dan konfiks ber-an, tetapi dari prefiks ber- dengan bentuk yang sudah bersufiks, yakni halangan.
Urutan penurunan verba mengikuti kaidah tertentu:
1.      Jika prefiks tertentu mutlak ddiperlukan untuk mengubah kelas kata dari dassr tertentu menjadi verba, maka prefiks itu letaknya tinggi dalam hierarki penurunan kata. Contoh:
                        - kuning (adjektiva)     : menguning(verba)
                        -panjang (adjektiva)    : perpanjang(verba)
2.      Jika prefiks tertentu terdapat bersama dengan sufiks tertentu dan kehadiran kedua afiks itu terpadu dan maknanya pun tak terpisahkan, maka baik prefiks maupun sufiks mempunyai tempaat dalam hierarki penurunan kata yang sama tingginya. Prefiks dan sufiks itu merupakan konfiks. Contoh:
                        -banjir (nomina)           : kebanjiran (verba)
                        - jatuh ( verba)             : kejatuhan (verba)
3.      Jika prefiks tertentu terdapat pada verba pada dasar nomina yang bersufiks tertentu, maka sufiks itu lebih tinggi letaknya daripada prefiks dalam hierarki penurunan kata. Contoh:
-          Kaitan             : berkaitan
-          Pasangan         : berpasangan
4.      Jika prefiks tertentu terdapat bersama dengan akhiran tertentu, hubungan antara sufiks dan dasar telah menumbuhkan makna tersendiri, dan penambahan prefiks tidak mengubah makna leksikal, maka tempat sufiks dalam hierarki penuruna kata lebih tinggi pada prefiks. Contoh:
-          Dekat  : dekati                        : mendekati
-          Restu   : restui             : merestui
5.      Jika prefiks tertentu terdapat bersama dengan akhiran tertentu, hubungan antara prefiks dan dasar kata telah menghasilkan perubahan kelas kata lagi, maka dala hierarki penurunan kata prefiks itulaah yang lebih tinggi daripada sufiks. Contoh:
-          Isi                    : berisi              : berisikan
-          Atap                : beratap          : beratapkan
6.      Jika prefiks tertentu terdapat bersama dengan sufiks tertentu, dan keduanya menentukan makna leksikal tanpa menjadi konfiks, maka makna lah yang kita anggap menentukan hierarki pembentukan. Dasar verba transitif berhentikn misalnya kita anggap diturunkan dari berhenti bukan dari hentikan karena maknanya berhentikan ‘sebabkan berhenti’, bukan ‘ditantai oleh hentikan’.

B)    PENGGABUNGAN PREFIKS DAN SUFIKS
Pada dasarnya prefiks dapat bergabung dengan sufiks. Namun dalam kenyataan nya tidak sembarang prefiks dapat bergabung dengan sembarang sufiks, seperti:
·         prefiks ke- tidak dapat bergabung dengan sufiks-kan atau –i
·         prefiks meng-, per-, ter- dan di- tidak adapat bergabung dengan sufiks –an
·         prefiks ber- tidak dapat bergabung dengan sufiks –i
·         prefiks ke- hanya dapat bergabung dengan sufiks –an dan –i
contoh:
menidurkan                      perbaiki                       berisikan
membelikan                      peringati                      berjatuhan
C)    URUTAN AFIKS
Diantara prefiks itu sendiri terdapat urutan yang harus dipatuhi jika dua prefiks terdapat pada satu dasar yang sama. Urutan yang pertama adalah prefiks meng- yang selalu menduduki posisi paling kiri. Kemudian menyusul prefiks per- atau ber- sehingga terjadilah bentuk memper- dan member- seperti pada kata memperjuangkan, memperbaiki, dan memperkecil.
Prefiks ter- dan di- merupakan perwujudan lain dari prefiks meng- dalam posisi tertentu. Jika meng- merupakan prefiks verba yang transitif maka ter- dan di- dapat menggantinya. Contoh:
- membeli-dibeli-terbeli
- membawa- dibawa- terbawa
Dengan demikian meng- disatu pihak dengan di- dan ter- di pihak lain menduduki posisi yang sama di dalam susunan kata.

D.    Perilaku Sintaksis Verba
Perilaku sintaksis verba ialah verba dalam hubungannya dengan kata lain dalam tataran gramatika yang lebih tinggi, khususnya dalam frasa, klausa dan kalimat. Perilaku ini dapat dipahami dengan mengamati frasa verbal, fungsi verba dan jenis- jenis verba menurut prilaku sintaksisnya.
1)      Frasa Verbal
Frasa verbal yaitu satuan bahasa yang  terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan bukan klausa. Subjek, objek, dan pelengkap tidak termasuk frasa verbal.
Contoh: Kesehatannya sudah membaik
2)      Jenis- jenis Frasa
a.       Frasa Endosentrik Atributif
Frasa ini terdiri atas inti verba dan pewatas yang ditempatkan dimuka (pewatasan depan) atau belakang inti (pewatas belakang).
Contoh: Mahasiswa dapat mengajukan permohonan cuti akademik.
b.      Frasa Endosentrik Koordinatif
Wujud dari frasa ini sangatlah sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan atau atau, dan juga dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan dan belakang.
Contoh: Kami pergi atau menunggu dulu?
3)      Fungsi Verba dan Frasa Verbal
Ditinjau dari segi fungsinya frasa verbal terutama menduduki fungsi predikat, walaupun begitu dapat pula menduduki fungsi lain seperti subjek, objek dan keterangan.
a.       Verba dan Frasa Verbal berfungsi sebagai Predikat
Contohnya: Orang tuanya bertani.
b.      Verba dan Frasa Verbal sebagai subjek
Contoh: Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.
c.       Verba dan Frasa Verbal sebagai objek
Contoh: Dia mencoba tidur tanpa bantal.
d.      Verba dan Frasa Verbal sebagai keterangan
Contoh: Paman datang berkunjung minggu lalu.
e.       Verba yang bersifat Atributif
Contoh: Emosi tak terkendali sangat berbahaya.
f.       Verba dan Frasa Verbal yang bersifat Apositif
Contoh: Pekerjaannya mengajar, sudah ditinggalkannya.

E.     Morfologi Verba Beserta Semantiknya
1.      Verba Transitif 
Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Contoh:
1)      bu sedang membersihkan kamar itu.
2)      Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
Verba yang dicetak miring adalah verba transitif. Masing-masing diikuti oleh nomina atau frasa nominal, yaitu kamar itu, pemimpin yang jujur. Nomina dapat juga dijadikan subjek pada kalimat pasif seperti,
1)      Kamar itu sedang dibersihkan oleh ibu.
2)      Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyat.
Dasar verba transitif dapat diturunkan dari verba transitif lain, nomina, adjectiva, numeralia, melalui transposisi dan melalui afiksasi.
1)      Penurunan Melalui Transposisi
a.       Pola agak umum berpangkal pada nomina yang menyatakan alat. Verba berarti “menggunakan (pangkal) terhadap”. Contohnya : Sapu menjadi Menyapu
b.      Verba yang berarti “membuat (pangkal) dari”. Contohnya Santai menjadi menyantai
2)      Penurunan dengan Pengafiksan
a.       Pengafiksan dengan –kan
Contoh: Guna~Gunakan~Menggunakan
b.      Pengafiksan dengan –i
Contoh: Atas~Atasi~Mengatasi
c.       Pengafiksan dengan per- + -kan/ -i
Contoh: Lengkap~Perlengkapi~Memperlengkapi
d.      Pengafiksan dengan se-
Contoh: Pendapat menjadi Sependapat
e.       Pengafiksan dengan ke- -an
Contoh: Dihujani menjadi Kehujanan
f.       Pengafiksan dengan prefiks di- dan ter-
Contoh: Dihormati menjadi Terhormat
g.      Pengafiksan dan Perulangan
Contoh: Berputar menjadi Berputar- putar

2.      Verba Taktransitif
Verba taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.
Subkelompok Verba ini, antara lain:
1)      Verba Taktransitif Asal
Contoh: Ada, Jadi, Sampai, Tiba
2)      Verba Taktransitif Berprefiks Meng-
Contoh: arang menjadi mengarang
3)      Verba Taktransitif Berprefiks ber-
Contoh: hasil menjadi Berhasil dan Bunyi menjadi Berbunyi
4)      Verba Taktransitif Berprefiks ter-
Contoh: tidur menjadi tertidur dan diri menjadi terdiri (atas)
5)      Verba Taktransitif Berkonfiks ber-an
Contoh: muncul menjadi Bermunculan
6)      Verba Taktransitif yang ber[refiks ber- dan Bersufiks –kan
Contoh: Senjata menjadi Bersenjata menjadi Bersenjatakan



3.      Verba Majemuk
Verba majemuk ialah verba yang dasarnya terbentuk melalui proses pemajemukan dua morfem asal atau lebih atau verba yang berafiks yang kemudian digabungkan dengan kata atau morfem terikat sampai menjadi satu satuan makna.
1)      Verba Majemuk Dasar
Verba majemuk dasar yaitu verba majemuk yang tidak berafiks dan tidak mengandung komponen berulang dan dapat berdiri sendiri. Contohnya: Wanita itu sedang datang Bulan.
2)      Verba Majemuk Berafiks
Verba majemuk berafiks yaitu verba yang mengandung afiks tertentu. Contohnya: Ejekan itu memerahmadamkan wajahnya.
3)      Verba Majemuk Berulang.
Verba majemuk berulang merupakan bentuk verba yang dapa direduplikasikan pula.
Contoh: Goyang kaki menjadi Goyang- goyang kaki.
4.      Verba Berpreposisi
Verba Berpreposisi ialah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu, seperti yang terdapat dalam kalimat berikut.
-          Kami belum tahu akan hal itu.
-          Saya sering berbicara tentang hal ini.









BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Ciri-ciri Verba:
1)      Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai initi predikat walaupun dapat juga mempunya fungsi lain.
2)      Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
3)      Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti ‘paling’.
4)      Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan.

Tiap verba memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Verba dari Segi Perilaku Sintaksisnya ada Verba transitif, Verba taktransitif dan Verba berpreposisi.

B.     Saran
Semoga Makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dan membantu para pembaca, Kritik dan saran kami harapkan agar kedepannya dapat lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA

Dardjowodjojo Soenjono, dkk. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS MC ACARA DRAMA

ANALISIS UNSUR SEBUAH PUISI

Makalah Presuposisi (Praanggapan) PRAGMATIK