MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN (UHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM)
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan
(Makalah)
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kemuhammadiyahan II)
Dosen
Pengampu : Sutikno, M.Pd.I
Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
SEMESTER VI
SEMESTER VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
Tahun
Pelajaran 2018
DAFTAR NAMA KELOMPOK 10
NO
|
NAMA
|
NPM
|
PARAF
|
1
|
Fuji Setyakurnias
Tuti
|
15040009
|
|
2
|
Wike Dwi Agustin
|
15040029
|
|
3
|
Ria Destiana
|
15040030
|
|
4
|
Diah Agustin
Indrawati
|
15040050
|
|
5
|
Pipit Angrieni
|
15040071
|
|
KATA
PENGANTAR
Assallamuallaikum Wr.Wb.
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-Nya sehingga
penyusunan dan penulisan makalah mata kuliah Kemuhammadiyahan ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga atas bimbingan Dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Apabila
ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar -besarnya. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Wassallamuallaikum
Wr.Wb.
|
Pringsewu, 01 Maret 2018
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
DAFTAR
NAMA KELOMPOK ...............................................................................
KATA
PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR
ISI ................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang....................................................................................................
B.
Rumusan Masalah...............................................................................................
C.
Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah Dibidang Pendidikan
B.
Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah...............................................................
C.
Bentuk Dan Model Pendidikan Muhammadiyah...............................................
D.
Pemikiran Dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah..........................................
E.
Tantangan Dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah..................................
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.........................................................................................................
B.
Saran...................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saat
kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam
diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para murid
tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan
tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam. Melihat kenyataan
ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan
bagi umat Islam. Pembaharuan
yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik.
Dalam makalah ini kami inshaallah akan membahasnya secara lebih jelas lagi
selain karena tugas dari mata kuliah, agar dapat menjadi pembaharuan dalam
pemikiran.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang makalah ini, maka penyusun membuat suatu rumusan masalah, yaitu
:
1.
Faktor-faktor yang melatar belakangi pendidikan muhammadiyah ?
2.
Cita-cita pendidikan muhammadiyah ?
3.
Bentuk dan model pendidikan
muhammdiyah ?
4.
Pemikiran dan praksis pendidikan
muhammadiyah ?
5.
Tantangan dan revitalitalisasi
pendidikan Muhammadiyah ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui faktor- faktor yang melatar belakangi pendidikan muhammadiyah.
2.
Untuk mengetahui Cita-cita
pendidikan muhammadiyah.
3.
Untuk mengetahui Bentuk dan model
pendidikan muhammadiyah.
4.
Untuk mengetahui Pemikiran dan
praksis pendidikan muhammadiyah.
5.
Untuk mengetahui Tantangan dan
revitalitalisasi pendidikan Muhammad
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Faktor
yang melatarbelakangi gerakan muhammadiyah di bidang pendidikan
1.
Faktor Internal (dari
dalam diri umat Islam sendiri)
a.
Sikap Beragama Umat
Islam
Kelemahan
praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk.
1)
Tradisionalisme
Pemahaman dan
praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan pengukuhan yang kuat terhadap
khasanah intelektual Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan
ijtihad dan pembaharuan – pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan praktek agama seperti ini
mempersulit agenda umat untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan baru yang
banyak datang dari luar (barat).
2)
Sinkretisme
Pertemuan Islam
dengan budaya lokal disanping telah memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi
lainnya telah melahirkan format-format sinkretik, percampuradukkan antara
sistem kepercayaan asli masyarakat-masyarakat budaya setempat. Kepercayaan terhadap
roh-roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan
sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa.
Islam, Hindu, Budha, dan animisme hadir secara bersama – sama dalam
sistem kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
2.
Faktor Eksternal
1)
Kristenisasi
Faktor eksternal
yang paling banyak mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah Kristenisasi,
yakni kegiatan – kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah agama
penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi Kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan
didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Misi Kristen, baik Katholik maupun Protestan
di Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan – kegiatan Kristenisasi ini
didukung dan dibantu dana – dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama
Kristenisasi inilah yang terutama menggugah K.H. Ahmad Dahlan untuk membentengi
umat Islam dari pemurtadan.
2)
Kolonialisme Belanda
Penjajahan
Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi perkembangan Islam di
wilayah Nusantara ini, baik secara sosial politik, ekonomi maupun
kebudayaan. Ditambah dengan praktek
politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana ingin
menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk melakukan
perlawanan. Menyikapi hal ini, K.H.
Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan
terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
3)
Gerakan Pembaharuan
Timur Tengah
Gerakan
Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata rantai dari
sejarah panjang gerakan pebaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu
Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, dan lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperoleh melalui
tulisan – tulisan Jamaluddin al – Afgani yang dimuat dala majalah al-Urwatul
Wutsqa yang dibaca oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Tulisan – tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata
sangat mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan – gagasan
pembaharuan ke dalam tindakan amal yang riil secara terlembaga. Dalam melihat
seluruh latar belakang kelahiran Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa K.H. Ahmad
Dahlan telah melakukan lompatan besar dalam beritijhad. Prinsip – prinsip dasar perjuangan
Muhammadiyah tetap berpijak kuat pada Al-Quran dan Sunnah, namun implementasi
dalam operasionalisasinya yang memiliki karakter dinamis dan terus berubah-ubah
sesuai dengan perkembangan zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai
pengalaman sejarah secara terbuka ( misalnya sistem kerja organisasi yang
banyak diilhami dari yayasan-yayasan Katolik dan Protestan yang ba;nyak muncul
di Yogyakarta waktu itu).
B.
Cita-cita Pendidikan
Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar
ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan
dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat dipastikan bahwa
ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat
adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan
(formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah
agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah
semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa
Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat
bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara
modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika
kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah.
Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekuen untuk
mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan. Ada beberapa tipe
pendidikan Muhammadiyah:
1)
Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2)
Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3)
Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/
Politeknik/ Akademi
4)
Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas
utama yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan
pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah
Muhammadiyah, sebagai berikut:
1)
Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2)
Beribadah hanya kepada Allah
3)
Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap
kerabat
4)
Memiliki akhlaq yang mulia
5)
Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6)
Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga
pendidikan Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam /
Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari kurikulum dengan harapan
dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik selama proses pendidikan
berlangsung terlebih setelah mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK
perlu diajarkan:
1)
Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia
yang beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2)
Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta
didik dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya.
3)
Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan
di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
C. Bentuk
dan Model Pendidikan Muhammadiyah
Pandangan
pendidikan yang diinginkan oleh KH. Ahmad Dahlan inilah yang sekarang akan
digunakan sebagai pendidikan karakter. Sebenarnya,
pendidikan karakter sudah ada sejak organisasi Muhammadiyah berdiri. Mengapa
pendidikan Muhammadiyah dapat berkembang dengan pesat ? Sebab, Muhammadiyah
memiliki model yang berbeda dalam kemasannya. Mulai sistem pembelajaran hingga sistem administatif
yang tertata rapi.
Model
pendidikan Muhammadiyah yang didasarkan atas nilai-nilai tertentu. Pertama, pendidikan Muhammadiyah merujuk pada nilai-nilai yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai sumber sepanjang masa. Kedua, ikhlas dan inspiratif dalam
ikhtiar menjalankan tujuan pendidikan. Ketiga,
menerapakan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap memelihara sikap
kritis. Keempat, selalu memelihara
dan menghidupkan prinsip inovatif dalam menjalankan tujuan pendidikan. Kelima, memiliki kultur atau budaya
memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan dengan melakukan proses-proses
kreatif. Hal tersebut, sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi
pada masyarakat Indonesia. Keenam,
memperhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelolah lembaga
pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati. Model
pendidikan Muhammadiyah lebih cenderung pada sistem pendidikan moral atau yang
sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter.
D. Pemikiran
dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan
Islam yang memelopori pendidikan Islam modern. Kini pendidikan Muhammadiyah
telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan
tantangan pun tidak kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah
bersaing dengan pendidikan lain yang unggul. Pendidikan Muhammadiyah merupakan
bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia
sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah
Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua
ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut merupakan rintisan
lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang
dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu
agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan
tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada waktu
itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH Dahlan,
dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara
baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).
E. Tantangan
dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
1.
Masalah Kualitas
Pendidikan
Perkembangan
amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat
secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga
sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang
memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan
umat dan bangsa. Kedepan
diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha
Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu
mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
2.
Permasalahan Profesionalisme
Guru
Guru merupakan
variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan
adanya guru terlebih- lebih
guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki
pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Inilah salah satu
permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan
Muhammadiyah masa kini.
3.
Masalah kebudayaan
(alkulturasi)
Suatu
perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasi. Dari
sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya
alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan,
moral dan akhlak anak.
4.
Permasalahan Strategi
Pembelajaran
Menurut Suyanto
era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap
pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global
telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional
ke paradigma pembelajaran baru. Terdapat
tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model
baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru. Hal ini
agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
5.
Masalah Kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Pengaruh negatif
dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi
kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan
(emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis
dan informatika. Tantangan
era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis moral. Melalui tayangan
acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan
pergaulan bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi,
kekerasan, dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif
generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, malas belajar dan
krisis akhlaq lainnya.
6.
Dampak negatif dari era
globalisasi adalah krisis kepribadian.
Di era globalisasi
sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar
disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi,
komputer, internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia
dapat dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat
menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran
akhlak (perilaku), serta bentuk penyimpangan lainnya yang kini telah merebak
dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau
mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat. Dari semua bentuk
penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius untuk mengatasinya.
Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
Kata “revitalisasi”
itu berarti upaya untuk melakukan perbaikan (pementingan) dari beberapa kekurangan
yang yang ada dan diketahui sebelumnya. Perbaikan, maksud arti dari kata
revitalisasi biasanya lebih sering digunakan untuk hal-hal yang tidak nampak
secara kasat mata. Seperti paradigma, konsep dan yang lain-lain.
1.
Pendidikan
Prinsip dari
rencana pendidikan itu biasanya dilakukan dengan penuh sadar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
2.
Pendidikan Muhammadiyah
Dalam usia
Muhammadiyah menjelang satu abad dengan jumlah lembaga pendidikan mulai dari
Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi ribuan, adalah suatu yang aneh
Muhammadiyah belum mempunyai filsafat pendidikan. Dengan demikian, sudah tinggi waktunya
untuk bergegas mencoba menjajagi kemungkinan munculnya satu alternatif rumusan
pendidikan Muhammadiyah sebagai ikhtiar meniti jalan baru pendidikan
Muhammadiyah. Menyatakan bahwa pendidikan Muhammadiyah belum memiliki rumusan
filosofis bukan berarti tidak ada sama sekali perbincangan ke arah itu. Karya
terakhir yang patut dipertimbangkan adalah buku Paradigma Intelektual Muslim:
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah karya Abdul Munir Mulkhan, seorang
aktifis Muhammadiyah. Menurutnya, kemacetan intelektualisme Islam serta
kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Muslim akibat berkembangnya
semacam “ideologi ilmiah” yang menolak apapun yang bukan berasal dari Islam.
3.
Problem Pendidikan
Muhammadiyah
Problem
pendidikan Muhammadiyah terletak pada empat hal, yakni :
1)
Problem ideologi
Problem
ideologi ialah banyak dan berlalu-lalangnya
paham-paham keagamaan lainnya yang tidak sevisi dengan Muhammadiyah. Kehadiran
paham-paham tersebut tentu saja disebabkan karena begitu lemahnya daya kontrol
persyarikatan terhadap amal usaha pendidikan. Karena itu, menjadi wajar apabila
para Muhammadiyah dadakan dapat lebih leluasa dalam membuka palang pintu
masuknya paham-paham keagamaan non Muhammadiyah di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya.
2)
Problem paradigmatic
Problem ini
sesungguhnya muncul akibat “kegagalan” para pimpinan amal usaha pendidikan
dalam menafsirkan serta memahami maksud dan tujuan Muhammadiyah. “Kegagalan”
yang dimaksud terletak pada satu bentuk kesalahan dalam memaknai sejarah. Para
pimpinan amal usaha pendidikan tidak lagi melihat sejarah secara kritis,
sehingga seringkali terjebak pada romantisme sejarah itu sendiri. Dalam hal
ini, kejayaan sejarah Muhammadiyah, terlebih kesuksesan amal usaha pendidikan
yang dikelolanya, bukan lagi ditempatkan sebagai epos masa lalu yang mengandung
hikmah dan ibrah untuk dijadikan bekal dalam menatap masa depan. Dengan
demikian menjadi wajar apabila banyak ditemukan institusi pendidikan
Muhammadiyah yang cenderung bangga dengan kemapanan, sehingga hal itu
ber-dampak pada keringnya inovasi untuk mengembangkan diri . Di samping itu,
problem paradigmatik juga dapat dilihat pada hilangnya orientasi para pimpinan
amal usaha pendidikan dalam menafsir ulang maksud dan tujuan Muhammadiyah
secara sinergis dengan visi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini yang kadang kala
menjadikan visi di antara keduanya justru berlainan, dan bahkan juga ada yang
saling berseberangan.
3)
Problem profesionalisme
manajemen.
Dari sisi
positif, lembaga pendidikan memiliki kekuatan besar untuk dapat “bertahan
hidup”, meskipun jumlah siswanya sedikit. Semangat yang tiada pernah mengenal
kata menyerah untuk melaksanakan dakwah melalui jalur pendidikan tiada kunjung
surut. Namun, pada sisi negatifnya yaitu, lembaga pendidikan terkadang justru
dikelola seadanya, tidak teratur, dan tidak terencana dengan baik. Hal inilah
yang terkadang menjadi salah satu penyebab “lemahnya” lembaga pendidikan
Muhammadiyah saat berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh sebab
itu, diperlukan adanya reformasi manajemen. Reformasi manajemen yang dimaksud
ialah suatu upaya untuk meruntuhkan budaya-budaya pengelolaan sekolah
Muhammadiyah bersifat konvensional dan dialihkan menjadi manajemen mutu terpadu.
4)
Problem pengembangan
pendidikan.
Problem ini
sesungguhnya tidak sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengelola lembaga
pendidikan, seperti Kepala dan warga sekolah. Dalam hal ini, problem
pengembangan pendidikan Muhammadiyah lebih ditujukan kepada pihak
penyelenggara, yakni persyarikatan dan khususnya Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen). Sampai saat ini, Majelis Dikdasmen belum memiliki blue
print yang jelas mengenai pola pengembangan pendidikan Muhammadiyah .
Kerja-kerja praktis administratif dan birokratis telah menjebak penyelenggara
pendidikan Muhammadiyah dalam menjalankan kegiatan-kegiatan rutinan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
materi mengenai Muhammadiyah dan Pendidikan dapat disimpulkan bahwa
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan Islam modern.
Sistem yang digunakan dalam pendidikan Muhammadiyah seperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah
dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal)
milik Muhammadiyah.
Model pendidikan
Muhammadiyah antara lain:
1.
Pendidikan Muhammadiyah bersumber
pada Al-Qur’an dan Sunnah.
2.
Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar
dalam pendidikan.
3.
Menerapakan prinsip musyawarah dan
kerjasama.
4.
Memelihara dan menghidupkan prinsip
inovatif.
5.
Memiliki budaya memihak kepada kaum
yang mengalami kesengsaraan
6.
Menjalankan prinsip keseimbangan
dalam mengelolah lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.
Dalam penyelenggaraannya pendidikan
Muhammadiyah memiliki model yang tidak selebihnya mengikuti pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah atau sekolah umum lainnya. Model pendidikan
Muhammadiyah yang sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter.
B. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini kelompok kami masih memiliki banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan
saran atau kritik yang membangun guna
untuk membuat makalah yang lebih
baik kedepannya.
Komentar
Posting Komentar